Nafas Kematian Naga Tulang Belulang selalu menjadi mimpi buruk semua makhluk hidup! Nafas hitamnya mengandung kutukan kematian murni - penuaan, kelemahan, korosi dan serangkaian mantra kutukan lain yang membuat makhluk hidup gemetar! Berhadapan langsung dengan Nafas Kematian adalah pilihan tidak bijak bagi semua makhluk hidup.
Tapi sekarang, Gao Leihua justru dengan gagah berani mengayunkan tinju langsung menghantam nafas kematian ini!
"Untukku, buka!" Gao Leihua meneriakkan teriakan liar, sementara kilat hitam di tubuhnya tiba-tiba berdenyut-denyut! Kilat mengelilingi tubuh Gao Leihua, kini dirinya telah menjadi pedang raksasa yang terstruktur dari petir, bertabrakan dengan ganas bersama Nafas Kematian!
Braak! Suara ledakan dahsyat menggema saat Gao Leihua bertabrakan dengan napas naga kematian. Gelombang kejut terlihat jelas menyebar ke segala arah dari titik tumbukan mereka!
Menyusul, di bawah pandangan tertegun Tetua Agung, pedang kilat yang menjelma dari Gao Leihua menyobek napas naga hitam itu menjadi dua bagian persis seperti mengoyak kain lapuk. Dua pecahan napas naga arwah itu melesat menyamping tanpa menyentuh kulit Gao Leihua sedikitpun!
Usai merobek napas naga, momentum Gao Leihua tak berkurang. Ia terus melesat ke arah Tetua Agung yang masih melayang di udara!
Hanya sekejap mata, Gao Leihua sudah berdiri mengahadang di depan Tetua Agung!
"Kuat sekali!" gumam Tetua Agung dalam hati. Hanya segelintir orang berani menghadapi napas naga tulang arwah secara frontal. Bahkan para pejuang tingkat kesucian dari suku manusia-binatang pun mungkin takkan nekat menahan langsung serangan mematikan ini!
“Roaaar~” Naga tulang arwah melihat Gao Leihua menyobek nafas naganya dan muncul di hadapannya, lalu mengeluarkan teriakan arwah yang mencekam. Kehadiran Gao Leihua membuatnya dilanda kegelisahan.
“Siapa kau!” Tetua Agung menatap Gao Leihua di depannya: “Dari penampilanmu, kau bukan dari klan manusia-binatang emas. Kau, sepertinya lebih mirip manusia dari luar?”
Tangan Tetua Agung perlahan menepuk naga tulang di bawahnya, menenangkan makhluk itu yang sebelumnya gelisah.
Pria beruban di hadapannya memiliki rambut putih panjang yang tertiup angin dengan gagah. Di punggungnya sepasang sayap kilat ungu - simbol tingkat kesucian - terkembang perlahan. Pejuang tingkat kesucian elemen petir? Tetua Agung menghela napas pelan, dan ini pastilah kekuatan setara 'Hujan dan Badan' dari tingkat kesucian!
Namun, sambil menatap sosok Gao Leihua, Tetua Agung mengangkat alisnya dengan ekspresi bingung. Aku sepertinya pernah melihat pria ini di suatu tempat. Tatapannya yang penuh curiga tertuju pada Gao Leihua, siluet samar itu seolah pernah ia jumpai, namun tak kunjung teringat.
"Huu!" Gao Leihua menggendong bayi sambil melayang di hadapan Tetua Agung: "Namaku Gao Leihua."
"Gao Leihua?" Tetua Agung mengerutkan alis, nama itu sama sekali asing di telinganya: "Apakah Yang Mulia berasal dari Suku Manusia-Binatang?" Pertanyaannya menggemuruh. Secara bersamaan, tubuhnya bangkit dari punggung naga tulang. Di tangannya muncul tongkat tulang hitam berasap kabut gelap. Menghadapi kekuatan tingkat kesucian Gao Leihua, Tetua Agung tetap tenang. Bagaimanapun, dirinya sendiri adalah pejuang tingkat kesucian dari Suku Arwah. Bahkan tanpa naga tulang, statusnya sebagai Guru Arwah tingkat kesucian tak terbantahkan!
"Kaulah Tetua Agung dari Suku Arwah itu!" Gao Leihua tak menjawab pertanyaan, justru balik bertanya dengan gugup: "Anakku—mana dia sekarang?"
“Ya, aku adalah Tetua Agung Suku Arwah.” Tetua Agung pria berbaju hitam menganggukkan kepala pelan-pelan: “Ada hal apa yang Yang Mulia cari dariku?”
“Jangan banyak tanya! Bayi ada di tanganku, cepat selamatkan dia!” Gao Leihua tidak banyak bicara, waktu tidak bisa ditunda, dengan gesit dia memutar wajah Bayi menghadap Tetua Agung.
“Yang Mulia Putri?!” Ekspresi Tetua Agung yang awalnya tenang berubah drastis menjadi terkejut begitu melihat Bayi!
“Selamatkan dia!” Gao Leihua menyodorkan Bayi ke arah Tetua Agung.
“Kau!” Tetua Agung mengatupkan giginya menatap Gao Leihua, tapi segera menerima tubuh Bayi. Seberkas energi hitam mengalir dari tangan Tetua Agung masuk ke dalam tubuh Bayi.
“Energi Segel sudah masuk ke dalam tubuh?” Tetua Agung menggigit bibir, lalu berbalik memberi perintah mundur segera kepada para tetua lain. Sekaligus memerintahkan pasukan arwah yang sedang bergerak maju ke wilayah klan Singa Emas untuk segera mundur.
Beberapa tetua yang menerima pesan permintaan segera kembali dari Tetua Agung saling memandang dengan curiga, lalu menganggukkan kepala dan segera melemparkan pejuang tingkat kesucian bangsa binatang sebelum bergegas menuju ke arah Tetua Agung.
Pejuang bangsa binatang yang mengembangkan sayap tingkat kesucian di udara tidak mempermasalahkan Suku Arwah. Mereka hanya mengerutkan alis ringan sambil memandang punggung para tetua yang menjauh, seolah sedang merenungkan sesuatu.
Pejuang tingkat kesucian di udara tetap diam, sementara manusia-binatang di daratan membiarkan prajurit Suku Arwah perlahan pergi...
"Kenapa, Kakak? Kita tidak menyerang?" tanya tetua lainnya yang baru tiba.
"Putri ada di sini." Tetua Agung menunjuk bayi dalam pelukannya.
"Putri? Bagaimana bisa di sini? Bagaimana kondisinya?" Empat tetua lainnya segera berlari mendekat. Begitu melihat keadaan Putri yang pingsan, wajah mereka langsung panik.
“Kekuatan segel telah menginvasi Putri.” Tetua Agung tak sempat menjelaskan: “Jangan banyak bicara lagi, sekarang kerahkan semua upaya kita untuk melindungi Putri dari pengaruh kekuatan segel!”
“Ya!” Menyangkut Keselamatan jiwa Putri, beberapa tetua segera mendekati bayi. Secara bersamaan mereka mengumpulkan kekuatan kegelapan. Tak lama, lapisan pelindung asap hitam muncul mengelilingi bayi. Di bawah perlindungan lapisan asap hitam ini, energi emas dari segel akhirnya berhenti mengalir ke dalam tubuh bayi.
“Huu, akhirnya berhasil memblokir kerusakan segel pada Putri.” Tetua Agung menarik napas lega, lalu mengalirkan seberkas kekuatan ke dalam tubuh bayi untuk memeriksa kondisinya. Namun seketika, wajah Tetua Agung berubah pucat!
“Ada apa, Tetua Agung? Bagaimana kondisi Putri?” para tetua lain di sampingnya bertanya dengan panik.
Gao Leihua yang mengepakkan sayap Dewa Petir juga memandang Tetua Agung dengan tenang dari samping.
“Sudah terlambat!” Tetua Agung menghela napas berat. Seketika, sosoknya yang sudah tua itu seakan menua puluhan tahun! “Kekuatan segel sudah memasuki tubuh Putri. Jika kekuatan ini tidak diusir, Putri mungkin tidak bisa bertahan sampai malam!”
“Lalu apa yang harus kami lakukan?” Beberapa tetua langsung panik! Putri kecil adalah seluruh makna hidup mereka. Bagaimana nasib para tetua tua ini jika sesuatu terjadi pada sang Putri!
“Tidak tahu. Kita hanya bisa menunggu sang Dewi bangun. Kekuatan kami para tetua tua ini tidak mampu mengusir kekuatan segel ini.” Tetua Agung kembali menghela napas. “Sejak awal segel ini dirancang khusus untuk Dewi. Saat ini Yang Mulia Putri masih terlalu muda untuk menahan kekuatan segel.” Suaranya gemetar, “Bahkan... jika Dewi tidak segera terbangun, Yang Mulia Putri akan...”
Begitu mendengar ucapan Tetua Agung, para tetua lainnya langsung menjadi gila-gilaan! Tidur panjang Dewi sama sekali bukan sesuatu yang bisa dibangunkan sesuka hati! Perkataan Tetua Agung bagai menjatuhkan hukuman mati bagi Putri...
