“Huu...” Gao Leihua duduk tenang di tepi ranjangnya, merenungkan kembali ciuman bersejarah tadi! Setelah mengantar Jingxin turun, wanita itu langsung kabur ke kamarnya sambil menggendong kedua anak mereka bagai dikejar maut.
Akhirnya, Gao Leihua terpaksa sendirian membawa beberapa anak kembali ke ruangan mereka sendiri, kemudian mengaturkan kamar yang baik untuk Tetua Arwah dan Rhein·Charlie. Bayi sementara tinggal bersama Tetua Arwah, meminta Tetua Arwah menjaganya.
Setelah mengatur semua hal, Gao Leihua kembali ke ruangannya sendiri, lalu terbaring di tempat tidur mengingat-ingat ciuman indah ini.
"Braak! Braak! Braak!" Tiba-tiba, saat Gao Leihua sedang mengingat-ingat rasa manis, di depan pintu terdengar ketukan lembut.
"Siapa Aduh?" Gao Leihua menatap ke atas dan bertanya.
"Ayah, aku, Yue Rui." Di depan pintu terdengar suara Yue Rui.
"Ada hal apa?" Gao Leihua berdiri, berjalan mendekati pintu dan membukanya. Tampak Yue Rui, Yue Shi, dan Shajia berdiri rapi di depan pintu: "Ada apa? Sudah larut malam kenapa datang ke sini?" Gao Leihua bertanya dengan curiga. Dalam hatinya, ia bergumam: Jangan-jangan tiga bajingan ini masih ingin menyiksaku tentang kejadian di punggung naga bersama Jingxin? Hmph! Sekali-kali tidak akan mengkhianati Partai dan rakyat! Menjaga kerahasiaan adalah keunggulan terbesar Partai Komunis! Jika mereka bertanya tentang kejadian di punggung naga, aku akan berpura-pura tidak tahu apa-apa!
"Ayah, tidak mengizinkan kami masuk?" Yue Rui tersenyum tipis pada Gao Leihua.
"Hm, baiklah, masuklah." Gao Leihua mengangkat alis, menyampingkan tubuhnya untuk memberi jalan pada tiga anak itu.
"Bilang, ada keperluan apa?" Setelah masuk, Gao Leihua duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi ketiga anaknya.
“Ayah, begini ceritanya.” Yue Rui menatap Gao Leihua: “Sebenarnya dari tadi ingin memberitahumu, tapi setelah turun dari punggung Bola-Bola, kau kabur terlalu cepat hehe! Barusan Shajia dan Yue Shi bilang, besok ada pertemuan wali di Sekolah Sihir dan Ilmu Beladiri Saint Peter kami. Nah, Ayah bisa hadir nggak? Sebagai wali kami?”
“Pertemuan wali?” Gao Leihua mengangkat alisnya, dalam hati bergumam: Benar-benar tak kusangka, di dunia lain ini ternyata ada juga acara semacam pertemuan wali: “Kalian bertiga datang cuma untuk urusan ini! Gampang! Ini bukan masalah sulit, besok aku ikut kalian!” Gao Leihua tersenyum ringan, masak untuk urusan kecil begini, tiga si kecil sampai datang serius ke ruangannya.
“Haha! Bagus sekali! Ayah setuju!” Yue Shi berseru gembira: “Sudah bertahun-tahun kami tidak ikut pertemuan wali!”
“Bertahun-tahun?” Mendengar ini, Gao Leihua langsung mengerutkan alis: “Yue Shi, Masa sebelumnya Jingxin tidak pernah menemani kalian ke pertemuan wali?”
“Hm?” Yue Shi terdiam sejenak, lalu menundukkan kepala dengan tenang: "Bukan begitu, Ayah. Ibu pernah ikut sekali bersama kami. Tapi setelah itu tidak pernah lagi."
"Mengapa?" Gao Leihua mengerutkan alisnya. Dalam kesannya, Jingxin bukan tipe orang yang mengabaikan anak-anak, pasti ada masalah tertentu di sini!
"Biarkan aku yang jelaskan." Yue Rui di samping mengangkat kepala dan menyambung: "Ini karena Ibu tidak bisa bicara."
Yue Rui berbisik pelan: "Saat itu, pertama kalinya Ibu menemani kami ke Sekolah Sihir dan Ilmu Beladiri Saint Peter. Tapi karena Ibu bisu, ada yang mengejek Ibu sebagai orang cacat. Bahkan banyak yang mengucapkan kata-kata menyakitkan."
Gao Leihua menghela napas pelan. Jingxin yang bisu, ditambah di rumah tidak ada sosok pria. Wajar jika muncul gunjingan dari orang-orang.
“Jadi Jingxin tidak ikut rapat wali bersama kalian?” Gao Leihua menghela nafas lalu bertanya. Menurutnya Jingxin seharusnya bukan tipe orang seperti ini, mustahil karena ejekan orang lalu menolak hadir rapat wali! Gao Leihua sama sekali yakin, andai Jingxin perempuan seperti itu, tentu dia tak akan mulai menyukainya!
“Tidak, bukan begitu.” Yue Rui menundukkan kepala: “Kami, setelah itu tidak memberitahu Ibu tentang urusan rapat wali.”
“Kalian, tidak memberi tahu Jingxin?” Alis Gao Leihua berkerut. Tiba-tiba nada suaranya mengeras: “Kalian juga merasa jijik pada Jingxin? Kalian juga mengeluh dia bisu?!” Sorot mata Gao Leihua tajam bagai obor menatap ketiga anak di hadapannya.
“Tidak! Bukan begitu!” Yue Rui mengangkat kepala: “Bagaimana mungkin kami membenci Ibu.” Suara Yue Rui gemetar menahan tangis: “Kami hanya tak ingin melihat Ibu diejek orang! Tak tega melihat Ibu datang ke rapat wali karena kami, lalu mendengar cibiran menyakitkan di sana.”
“Aku juga begitu.” Yue Shi berbisik pelan.
“Sama seperti sebelumnya.” Shajia berkata dingin.
“Kalian ini, anak-anak.” Gao Leihua mengelus lembut kepala Yue Rui: “Niat kalian baik, tapi justru melakukan kesalahan dengan niat baik itu!”
“???” Tiga anak itu memandang Gao Leihua dengan curiga.
“Kenapa kalian tidak berpikir? Jingxin bukan orang bodoh. Apakah dia tidak tahu jadwal rapat wali tahunan kalian? Tapi saat waktunya tiba, kalian malah tidak memanggilnya. Menurutmu apa yang dia pikirkan?!” Gao Leihua menghela nafas: “Coba pikir sendiri, apakah dia akan mengira kalian juga malu karena dia bisu?!”
“Ah!” Ketiga anak itu seketika memperlihatkan ekspresi gelisah. Mereka sama sekali tidak menyangka akan situasi seperti ini. Lagipula mereka baru berusia sekitar 10 tahun, belum sempat memikirkan konsekuensi sejauh itu! Mereka hanya mengira dengan tidak memberi tahu Jingxin, maka Jingxin tak perlu ke akademi dan menghindari gunjingan orang. Tak disangka hal ini justru mungkin menyakiti hati Jingxin.
“Baiklah, sudah tahu saja.” Gao Leihua berdiri: “Sekarang, pergi minta maaf pada ibu kalian dan jelaskan alasan tidak memberitahunya tentang rapat wali murid! Lalu ajak dia ikut kami menghadiri rapat wali murid ini. Selama beberapa tahun ini, kalian telah melukai hatinya.”
“Ayah, Ayah.” Yue Rui menatap ke atas dengan suara lemah: “Bisakah kau antar kami untuk minta maaf pada Mama?”
“Baik, setuju.” Gao Leihua membuka pintu ruangan: “Ikut aku, pikirkan cara terbaik untuk meminta maaf pada Jingxin.”
Di bawah pimpinan Gao Leihua, ketiga anak yang diliputi kegelisahan ini tiba di depan pintu ruangan Jingxin.
Gao Leihua memberi isyarat agar mereka bertiga berdiri rapi, lalu sendiri mendekat dan mengetuk pintu dengan gerakan halus. *Braak! Braak! Braak!*
“Jingxin, apa kau ada di dalam?” panggil Gao Leihua lembut.
Ruangan itu sunyi senyap, tanpa sedikit pun suara.
“Jingxin, apa kau ada di dalam?” Gao Leihua mengetuk lagi pintunya, kali ini suaranya lebih keras.
Braak~! Suara benda terjatuh bergema dari dalam ruangan, disusul bunyi tubuh seseorang terjatuh ke lantai.
Mendengar suara itu, bayangan adegan perampokan dari serial TV di Bumi langsung terlintas di benak Gao Leihua!
"Jingxin!" Gao Leihua mengaum, lalu tanpa pikir panjang mengayunkan kaki besarnya menendang kencang pintu kamar!
Braak! Pintu kamar Jingxin terlempar terbuka oleh tendangan Gao Leihua. Dengan panik ia menyapu masuk: "Jingxin, kau baik-baik saja? Kraak!" Begitu masuk, matanya langsung terpana!
Di hadapannya, Jingxin terduduk lesu di lantai menatap kosong ke arahnya yang memaksakan masuk. Di samping kaki Jingxin tergeletak rak logam yang terguling - rupanya ia tak sengaja menyenggol rak itu hingga terjatuh.
Tentu saja, hanya situasi seperti ini tentu tidak akan membuat Gao Leihua terpana. Yang utama adalah, Jingxin saat ini hanya mengenakan satu mantel putih di tubuhnya, dan mantel itu masih terbuka lebar.
Mantel yang terbuka sebenarnya bukan masalah besar, namun yang penting adalah Jingxin hanya memakai satu-satunya mantel ini! Dengan demikian, sepasang payudara indah putih bersihnya sama sekali terpapar di hadapan Gao Leihua!!
Gao Leihua menelan ludah dengan lahap. Melihat lebih dekat, di payudara Jingxin seolah ada beberapa zat transparan berwarna hijau pucat. Jika tidak salah tebak, itu pasti serbuk rumput Hantu Senyap!
Sepertinya Jingxin sedang mengusap serbuk rumput Hantu Senyap sesuai permintaan khusus Gao Leihua.
Dengan demikian, hal ini pada dasarnya sudah jelas. Saat Jingxin sedang mengoleskan bubuk rumput Hantu Senyap, Gao Leihua datang mengetuk pintu bersama anak-anak. Karena terburu-buru, Jingxin tak sengaja menyenggol rak logam hingga terjatuh! Lalu, dalam kepanikan, Gao Leihua menendang pintu kamar hingga terbuka!
"Krak! Jingxin, aku, aku tidak sengaja!" Melihat pemandangan memesona di hadapannya, Gao Leihua justru berkeringat dingin. Ia menggelengkan tangan tanda tak bermaksud buruk, sambil diam-diam mundur ke arah pintu.
Aura! Kabut tipis beraroma mematikan menyembul dari tubuh Jingxin!
Swoosh! Tanpa disadari, pedang panjang telah terhunus di tangan Jingxin. Seketika, sinar pedang berbentuk salib berwarna emas yang menyilaukan muncul di depan Gao Leihua, menghujam keras ke tubuhnya!
"Sebenarnya dengan kecepatan Gao Leihua, sinar pedang seperti ini tentu mustahil mengenai dirinya. Tapi saat ini meski Gao Leihua bisa menghindar, dia harus tetap menahannya! Tak ada cara, harus membuat Jingxin meredakan amarahnya!"
"Oh, Ibu~~" Setelah sinar pedang menghantam tubuh Gao Leihua dengan keras, membuat seluruh tubuhnya terlempar mundur.
Sebelum terlempar, sudut mata Gao Leihua "tak sengaja" menangkap dua titik di kelinci putih di dada Jingxin, hm, dua titik merah muda seperti perawan! Ini adalah pemikiran terakhir Gao Leihua sebelum terlempar...
