Saat ini, di dalam ruangan Jingxin.
Jingxin telah mengenakan baju, duduk di tepi tempat tidur dengan wajah memerah tanpa mengucapkan sepatah kata.
Gao Leihua duduk di samping dengan wajah tersipu malu, sementara di dalam hatinya ia mengeluh. Ia berkeluh kesah mengapa dirinya begitu impulsif? Sebelum menendang pintu masuk, mengapa tidak menyebarkan konsentrasinya untuk menyelidiki dulu? Alhasil meski puas memandang, secara keseluruhan ini kerugian lebih besar daripada keuntungan!
Dari ekspresi Jingxin yang kini campur aduk antara malu dan marah, jelaslah beberapa hari ke depan hidupnya tak akan mudah. Paling tidak dalam waktu dekat, keinginannya untuk sekadar menggenggam tangan Jingxin mustahil terwujud.
Setelah mengenakan pakaian, Jingxin melirik Gao Leihua sejenak, lalu sedikit mengangkat sudut matanya.
Gerakan ini adalah cara Jingxin menanyakan maksud kedatangan Gao Leihua di tengah malam begini. Meski belum lama bersama, Gao Leihua telah menguasai betul setiap isyarat yang ingin disampaikan Jingxin.
“Yue Rui, urusan ini kalian sendiri yang bicarakan dengan Jingxin.” Gao Leihua memandangi Yue Rui di sebelah, lalu menunduk melihat sobeken berbentuk salib di dada bajunya. Meski serangan salib Jingxin mengenai tubuh Gao Leihua, tapi tidak melukainya sedikit pun. Hanya baju berkualitas tinggi Gao Leihua yang rusak. Ini membuktikan kemampuan kontrol sinar pedang Jingxin yang mengejutkan, sekaligus menunjukkan tingkat keanehan tubuh fisik Gao Leihua yang luar biasa!
“Ibu, begini ceritanya.” Yue Rui menahan tawa sambil memandang Gao Leihua dan Jingxin, lalu mendekati Jingxin. Dengan lembut ia menceritakan seluruh kejadian malam itu dari awal sampai akhir, termasuk tentang rapat wali murid.
“Bu, kau tidak marah kami tidak memberitahu soal rapat wali murid kan?” Setelah selesai bercerita, Yue Rui panik menatap Jingxin. Matanya berbinar menantikan jawaban sang ibu.
Xinxin tersenyum ringan, mengulurkan tangan mengelus kepala Yue Rui, lalu menggelengkan kepala perlahan. Sejak awal, Xinxin sama sekali tidak menyalahkan anak-anak ini.
"OK! Maka hal ini sudah diputuskan!" Gao Leihua berdiri: "Besok, kita sekeluarga akan pergi menghadiri 'pertemuan wali' bersama!"
"Hm." Xinxin mengeluarkan dengusan hidung lemah, mengangguk pelan tanda setuju.
"Malam ini kita semua istirahat lebih awal." Gao Leihua tertawa pendek: "Besok jangan sampai terlambat ke pertemuan wali."
"Hm." Xinxin mengangguk lemah.
"Xinxin, kau juga istirahatlah. Selamat malam! Tak perlu mengantarku!" Gao Leihua memanggil pelan, lalu berbalik menarik tiga anaknya seperti dikejar maut keluar dari kamar Xinxin.
"Ayah, ngapain lari kencang begitu? Jujurlah, berapa banyak yang kau lihat tadi?" Yue Shi di belakang Gao Leihua nekat bertanya.
"Braak!" Gao Leihua berbalik menghantam Yue Shi: "Sudah, semua tidur! Jangan mikirin hal-hal kacau lagi!"
"Hehe!" Tiga anak tersenyum licik, lalu masing-masing kembali ke kamar mereka sendiri.
"Huu!" Gao Leihua menarik napas lega, setelah tersenyum tipis juga kembali ke kamarnya.
Dengan tendangan keras, Gao Leihua menendang pintunya terbuka lalu menerjang ke tempat tidurnya. Bahkan pintu kamar pun malas ditutupnya.
Setelah berbaring, Gao Leihua baru menyadari kini benaknya dipenuhi dua titik merah muda menggoda itu. Tak bisa hilang!
Malam itu, Gao Leihua terjaga sepanjang malam...
……
Keesokan harinya pagi-pagi buta
Seperti biasa, Gao Leihua bangun sebelum pukul enam. Hanya saja kali ini dia bangun dengan mata panda. Sepanjang malam, dua titik merah muda menggoda itu terus menghantui benaknya, hingga menjelang pagi dia baru memaksakan diri menutup mata sebentar.
Tepat pukul enam pagi, efek jam biologis membuat Gao Leihua merangkak bangun dari tempat tidur secara refleks.
“Hmph, sudahlah, bangun siapkan sarapan.” Gao Leihua mengibaskan kepala, lalu gosok gigi cuci muka, kemudian masuk ke dapur menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga.
Dengan cepat, Gao Leihua menyiapkan tujuh porsi sarapan, dua porsi air susu plus satu porsi daging panggang. Tujuh porsi sarapan itu untuk tujuh orang dewasa di rumah. Awalnya lima porsi, karena ditambahkan Tetua Arwah dan Rhein·Charlie menjadi tujuh. Dua porsi air susu tentu untuk Lu Dongfa dan Xiao Jin Sha'er yang masih kecil. Sedangkan porsi daging panggang terakhir adalah kesukaan si Slime kecil, hidangan ini sengaja dibuat khusus untuk Slime Bola-Bola.
Masih ada satu bayi yang belum siap karena masih dalam kondisi pingsan, jadi Gao Leihua juga belum membuatkan sarapan untuknya.
Setelah sarapan siap, seperti biasa Gao Leihua menempatkan total sembilan porsi sarapan ke dalam air hangat untuk mencegah makanan menjadi dingin.
Setelah semua persiapan selesai, Gao Leihua mengangkat kepalanya dan melirik lonceng ajaib. Bagus, tepat pukul enam lagi!
"Bagus, waktunya pas!" Gao Leihua tersenyum penuh kesombongan, lalu melangkah mantap menuju tangga atas.
Begitu jarum jam menunjukkan pukul enam, keluarga Jingxin bangun dari tempat tidur seperti zombie. Hmm, setelah beberapa bulan, mereka sudah terbiasa bangun tepat waktu meski masih setengah tidur.
Meski keluarga Jingxin sudah memiliki "kebiasaan baik" ini, Tetua Arwah dan Rhein·Charlie yang baru datang belum memahami aturan di rumah Jingxin.
Oleh karena itu, tepat pukul enam, Gao Leihua melihat beberapa anak sudah bangun dengan patuh. Tapi dia tidak menghiraukan mereka, langsung bergegas ke kamar Tetua Arwah.
Braak! Suara keras terdengar saat Gao Leihua membuka pintu besar ruangan Tetua Arwah. Terlihat sang Tetua Arwah tengah tertidur pulas di ranjangnya. Bayi yang dititipkan padanya saat ini terbaring di tempat tidur terpisah di sisi lain.
Melihat bayi tidak tidur bersama Tetua Agung, Gao Leihua terkekik hehe dua kali.
"Hah, menghemat sepuluh hari lebih pikiranku." Senyum licik mengembang di wajah Gao Leihua. "Awalnya aku khawatir jika bayi tidur satu ranjang dengan Tetua Arwah, saat ranjang terbalik bayi akan ikut terjatuh. Ternyata mereka tidur terpisah, ini benar-benar mempermudah pekerjaanku!"
Menghampiri ranjang Tetua Arwah, Gao Leihua menggelegar dengan teriakan liar: "Pukul enam! Bangun!"
"Hmm?!" Tetua Arwah mengusap mata berkabut, memandang Gao Leihua dengan tatapan mengantuk: "Ada apa, Saudara Gao Leihua?"
Braak! Di saat Tetua Arwah belum bereaksi, Gao Leihua telah membalikkan kasur besar dengan keras! Di depan tatapan terkejut Tetua Arwah, badannya yang kurus tertindih keras di bawah kasur.
"Bangun! Sudah pukul enam!" Gao Leihua meneriakkan perintah, lalu berjalan menuju ruangan Rhein·Charlie tanpa menoleh.
Tetua Arwah melotot menyaksikan Gao Leihua yang dengan santai membalikkan kasurnya, lalu hanya bisa memandang pasrah saat Gao Leihua berjalan congkak menuju kamar Charlie.
Tak lama kemudian terdengar lagi teriakan Gao Leihua: "Bangun!" disusul suara kasur terbalik dan erangan kesakitan Rhein·Charlie.
Tetua Arwah dengan keras mengusap keringat, dia tidak tahu urusan apa yang membuat Gao Leihua membangunkan mereka pukul enam. Tapi dirasakannya ada kejanggalan pada Gao Leihua pagi ini. Sangat berbeda dengan sosok lembut Gao Leihua di siang hari. Seperti berubah menjadi orang lain secara tiba-tiba, Gao Leihua saat ini seolah lebih mirip seorang tentara?!
“Waah Sial, mantap aduh!” Setelah membongkar dua tempat tidur berturut-turut, Gao Leihua mengerang nyaman. Beberapa waktu sebelumnya, keluarga Jingxin telah menjadikan kebiasaan bangun tepat pukul enam pagi, membuat Gao Leihua tidak terbiasa selama beberapa hari —— karena setelah bangun pagi tidak ada tempat tidur yang bisa dibongkar.
“Sudah semua berkumpul atau belum?!” Gao Leihua berseru ke arah beberapa anak-anak yang secara otomatis berkumpul di bawah ini.
“Hm, Ayah, Ibu tidak datang.” Yue Rui mengusap matanya sambil berseru.
“？”，。？
“Mungkinkah terjadi sesuatu pada Jingxin?” Gao Leihua bergumam dalam hati, kemudian tiba-tiba ia teringat satu hal! Oh, Dewa Pencipta di atas! Mungkinkah rumput Hantu Senyap sudah mulai berefek?!
Begitu memikirkan ini, Gao Leihua tertawa terbahak dua kali, lalu melangkah riang menuju kamar Jingxin! Dalam benaknya bahkan sudah terbayang sosok Jingxin yang memancarkan aura keibuan bersinar...
