“Tetua Graddex, saat ini tinggal di kediaman eksklusif Penjaga Aliran Kiri Kuil Cahaya.” Gao Leihua menyelesaikan pembacaan dokumen. Data yang diberikan Pastor Wu Tian sangat detail, memungkinkan Gao Leihua dengan cepat menemukan lokasi target nomor satu.
Di bawah bimbingan dokumen ini, Gao Leihua dan Charlie bergerak dengan gesit di dalam kompleks Kuil Cahaya.
"Di sinilah tempatnya, sesuai yang ditunjukkan peta!" Gao Leihua merendahkan suara pada Charlie. Terhampar di depan mereka sebuah kompleks bangsawan megah yang berbeda mencolok dengan bangunan di sekitarnya. "Sepertinya hidup para tetua Kuil Cahaya sangat makmur!"
Setelah tiba di kompleks bangsawan, Gao Leihua mengembangkan kesadaran spiritualnya untuk memindai sekeliling. Di bawah penginderaan spiritualnya, setiap sehelai rumput hingga sebatang pohon di sekitar terpantul jelas dalam benaknya! Setelah melakukan pemindaian, dia menganggukkan kepala. Di sekitar bangunan ini hanya ada sedikit penjaga, juga tidak ada penyergapan atau sejenisnya. Tampaknya Wu Tian memang tidak membocorkan rencana kedatangan mereka ke Kuil Cahaya, sehingga kuil pun tidak mengetahui kedatangan Gao Leihua di malam hari ini dan sama sekali tidak mempersiapkan diri.
"Wu Tian benar-benar bukan ampas biasa." Gao Leihua berbisik. Karena tidak ada jebakan atau hal serupa, Gao Leihua dan Charlie pun diam-diam menyusup masuk ke kompleks kediaman khusus Penjaga Kiri Kuil Cahaya ini.
Setelah menyisir seluruh area kompleks megah itu, akhirnya mereka menemukan target pertama malam ini - seorang pria gemuk yang sedang tertidur pulas seperti babi mati di atas ranjang.
“Pria tua gemuk ini?” Rhein·Charlie memandangi si tua yang sedang tidur di ranjang sambil merendahkan suaranya: “Saudara Gao Leihua, kau yakin bajingan ini benar-benar punya level tingkat enam seperti yang tercantum di dokumen?”
“Kehidupan nyaman telah mengikis kewaspadaan dan ketajaman yang seharusnya dimiliki seorang pendekar.” Gao Leihua menyeringai dingin: “Kekuasaan dan nafsu membuatnya kehilangan penilaian dingin, menjadi seperti ini sangat normal.”
“Hah.” Charlie tertawa pendek, lalu mengulurkan tangan kanannya mengukur jarak antara kepalanya dengan kepala tetua bernama Gladdex: “Satu pukulanku bisa meledakkan tempurung rapuh ini.”
“Kalau begitu ledakkan saja, jika kau rasa tak akan merasa mual.” Kata Gao Leihua.
“Hehe!” Charlie menghampiri tetua bernama Gladdex: “Meski meledakkan kepala itu hal yang mantap, tapi itu bukanlah seni.” Charlie mengenggam kepala tetua dengan tangan kuatnya: “Jadi, aku lebih suka begini!”
"Wu!" Setelah kepalanya dipegang, Tetua Gladdex merasakan ketidaknyamanan hebat. Dia membuka matanya. Begitu membuka mata, dia langsung menemukan raksasa setinggi menara besi berdiri di sampingnya, dengan tangan-tangan raksasa itu masih mencengkeram kepalanya! "Wu!" Tetua Gladdex mengeluarkan suara panik, lalu langsung membuka mulut ingin berteriak minta tolong.
Krak! Dengan senyum jahat, Charlie dengan mudah mematahkan leher rapuhnya sebelum suara pria tua gemuk itu sempat keluar dari tenggorokan!
"Bergerak. Target selanjutnya berada di arah selatan Kuil Cahaya." Gao Leihua berbisik kepada Charlie. Keduanya tanpa ragu menyelinap ke lokasi target berikutnya.
Dokumen yang diberikan Pastor Wu Tian sangat lengkap. Lima tetua yang tercantum dalam dokumen tinggal di lokasi yang tidak terlalu terisolasi satu sama lain.
Hanya setengah jam waktu yang dibutuhkan Gao Leihua dan Charlie untuk menyelesaikan misi dengan mudah, membuat lima tetua dalam dokumen bertemu Dewa Cahaya tercinta mereka dalam mimpi...
"Sudah selesai, kita pulang saja." Gao Leihua tersenyum.
"Nggak ada rasa pencapaian sama sekali." Rhein·Charlie menggerutu kesal, padahal sebelumnya mengira para tetua ini punya kemampuan khusus yang bisa membuatnya melonggarkan tulang-tulangnya.
"Ha." Gao Leihua hanya bisa tersenyum pasrah.
……
Setelah urusan selesai, keduanya tak terburu-buru pulang karena masih ingin menunggu reaksi Kuil Cahaya saat mengetahui pembunuhan lima tetua ini! Maka Gao Leihua dan Rhein·Charlie pun berjalan santai mengelilingi Kuil Cahaya sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan, menanti ada yang menemukan jenazah kelima tetua.
Sepanjang perjalanan mereka berdua mengamati sekitar, harus diakui arsitektur Kuil Cahaya memang megah dan pemandangannya cukup indah.
“Eh? Charlie, kau dengar suara apa tidak?” Saat melewati sebuah bangunan besar, Gao Leihua tiba-tiba merasa mendengar suara yang sangat familiar.
“Hm? Sepertinya ada suara.” Rhein·Charlie juga diam dan fokus. Keduanya mengarahkan telinga dan menyimak dengan cermat.
“Tidak, Bruce, kau tak boleh melakukan ini!” Suara itu kembali terdengar. Meski panik membuat suaranya berubah, Gao Leihua langsung mengenali pemilik suara tersebut - Santa Cahaya Bilisi.
“Bilisi, aku Putra Suci, kau santa wanita. Kau akhirnya akan menjadi milikku, masakan sekarang masih menolak?” Suara bernada mesum bergema kemudian.
“Ayo Charlie, kita intip.” Gao Leihua tersenyum licik lalu berlari ke sumber suara. Charlie mengangguk dan menyelinap bersama ke lokasi tersebut.
Melalui suara, Gao Leihua dan Charlie tiba di sebuah kompleks bangsawan yang lebih megah daripada kediaman lima tetua sebelumnya. Mengikuti keributan yang terus terdengar, keduanya menyelinap ke ruangan tempat Bilisi berada. Setelah mencapai jendela ruangan, mereka mengangkat kepala pelan-pelan untuk mengintip ke dalam.
Di dalam, seorang pria berusia sekitar dua puluhan sedang mendekati Santa Bilisi langkah demi langkah. Suara mesum yang terdengar sebelumnya berasal darinya.
Sementara Bilisi terus mundur, sesekali mengambil barang-barang di sekitarnya dan melemparkannya ke arah pria itu.
Adegan ini seketika mengingatkan Gao Leihua pada serial TV di Bumi dimana penjahat besar hendak menodai gadis-gadis.
"Bilisi, aku sudah bertahan selama tiga tahun penuh! Malam ini, aku takkan membiarkanmu pergi!" teriak pria yang menyebut diri Putra Suci itu, lalu menerjang Bilisi layaknya terkaman harimau kelaparan...
“Hehe, sepertinya malam ini harus menculik gadis ini.” Gao Leihua tersenyum licik, lalu dengan santai mendatangi pintu ruangan tersebut dan menendang pintu hingga terbuka. Awalnya Gao Leihua khawatir Bilisi akan jengah pada keluarganya setelah diculik. Karena itu dia akhirnya menyangkal rencana penculikan santa wanita. Namun situasi saat ini memaksanya kembali menjalankan rencana menculik santa wanita Bilisi.
Di dalam ruangan, saat Putra Suci akhirnya menerjang Bilisi, Bum! Pintu besar ruangan ditendang dengan keras oleh seseorang! Pintu berat itu mengakhiri misinya lebih cepat dan berbaring dengan berat di lantai.
“Siapa?!” Setelah urusannya diganggu, pria itu memancarkan sinar jahat ke arah dua pria yang menendang pintu!
“Hah! Maaf mengganggu urusanmu.” Gao Leihua melangkah mantap masuk ke ruangan. Di bawah angin malam, rambut putihnya berkibar-kibar menciptakan kilatan yang menyilaukan mata.
"Sang santa wanita yang sedang berjuang tiba-tiba diam membeku. Matanya menatap kosong ke arah Gao Leihua di hadapannya. Meski malam gelap menyulitkannya melihat rupa wajah pendatang, namun dari rambut putih satu-satunya yang khas, Bixi langsung mengenali identitas orang tersebut."
"Kalian ini siapa? Tidak tahukah ini adalah tempat tinggal resmi Sang Putra Suci? Cepat pergi dari sini!" Pria itu mengaum marah karena urusannya terganggu, berani menghardik Gao Leihua dan Rhein·Charlie yang baru saja membobol pintu.
"Hehe!" Gao Leihua menyeringai, matanya mengukur tubuh pemuda itu. "Bagus, punya nyali! Charlie, bukankah kita harus memberi hadiah khusus pada pemuda berani macam ini?"
Rhein·Charlie di sampingnya mengangguk mantap disertai senyum licik.
"Kalian dari Kuil Kegelapan!" teriak Sang Putra Suci histeris setelah memperhatikan pakaian dan sikap Gao Leihua berdua.
“Pemuda yang berani, kau akan mendapatkan pujian dari suku manusia-binatang untuk seorang ksatria!” Rhein·Charlie mendekati Putra Suci, lalu, Plak! Suara telapak tangan Charlie menghantam kepala Putra Suci. Tamparan ini langsung memukulnya hingga terlempar ke tanah.
“Berani kau memperlakukan aku seperti ini?! Aku beri tahu, aku akan membuatmu tahu akibatnya nanti...”
“Plak!” Lagi-lagi Charlie menampar dengan keras kepala pemuda itu, melemparkan seluruh tubuhnya hingga terlempar jauh.
“Pemuda pemberani, inilah penghormatan suku manusia-binatang untuk sang ksatria!” Rhein·Charlie tersenyum memandang Putra Suci yang tergeletak.
Bilisi si santa wanita di samping terkejut dan tercengang melihat kehadiran tiba-tiba Gao Leihua dan Charlie, mulutnya terkunci tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata.
“Gadis kecil. Siapa bajingan ini?” Gao Leihua melirik pria yang baru saja dilempar Charlie, bertanya pada Bilisi.
“Putra Suci Kuil Cahaya Bruce, juga anak dari Paus yang sekarang.” Bixi memandang Putra Suci itu dengan datar, saat ini hatinya penuh kebencian terhadap sang Putra Suci.
“Hm, ternyata anak sang Paus. Ini jadi mudah, sekaligus menghemat waktu untuk mencari kurir.” Gao Leihua tersenyum licik, mendekati Putra Suci bernama Bruce: “Hei, pemuda, sampaikan pesanku pada ayahmu! Katakan: Karena dia menculik putriku Gao Leihua, hari ini aku datang mengambil bunga, sekaligus menculik santa wanita Kuil Cahaya kalian!”
“Tuan Gao Leihua, apa maksud perkataan Anda? Anda ingin menculikku?” Bixi merasa pusing mendadak. Gao Leihua datang ke Kuil Cahaya untuk menculiknya? Apakah dia tidak tahu tindakan ini berarti bermusuhan dengan seluruh Kuil Cahaya?
"Tidak ada maksud khusus, hanya sesuai arti harfiahnya." Gao Leihua tersenyum licik: "Charlie, bawa tawanan kita malam ini, kita bisa pulang!"
"Haha, tidak masalah!" Rhein·Charlie mendekati Bilisi, tanpa ragu menyambar santa wanita itu lalu menggendongnya di bahu.
"Terakhir, sampaikan ke Paus." Gao Leihua menendang-nendang sang Putra Suci di lantai: "Suruh ayahmu si Paus selama sebulan ke depan mengirim seribu koin emas setiap hari tepat waktu! Setelah genap sebulan, baru santa wanita akan kami kembalikan! Katakan padanya, namaku Gao Leihua, dia pasti tahu kemana harus mengirim koinnya!"
"Tidak, kalian tidak boleh membawa Bilisi! Kalian akan menerima hukuman dari Dewa! Santa wanita harus memanjatkan doa setiap malam! Tanpa doanya, bersiaplah menghadapi murka langit!" Sang Putra Suci yang tergeletak berusaha mengancam Gao Leihua dengan label "Dewa".
“Penghukuman?” Gao Leihua memandang remeh si pemuda: “Cuma dengan Dewa Cahaya yang kau sebut-sebut ini mau menghukumku? Jangan bikin aku mati ketawa, untuk menghukumku, dia tak pantas!” Setelah berkata demikian, Gao Leihua dan Rhein·Charlie membawa Bixi dengan santai keluar dari Kuil Cahaya.
“Penjaga, penjaga! Tangkap mereka!” Putra Suci berlari keluar dari dalam rumah, menunjuk Gao Leihua dan Charlie sambil mengaum.
Gao Leihua tertawa ringan: “Ingat, jelaskan baik-baik pada ayahmu, seribu koin emas setiap hari, selama sebulan penuh!” Usai bicara, Gao Leihua dan Rhein·Charlie mulai naik perlahan! Kemudian terbang menuju rumah Keluarga Jingxin.
Para prajurit di Kuil Cahaya menatap kosong kepergian dua sosok Gao Leihua. “Tingkat Kesucian?!” Beberapa prajurit baru menyadarinya!
“Kalian sampah-sampah tak berguna!” Putra Suci yang gagal menangkap target akhirnya melampiaskan kemarahannya pada para penjaga ini.
"Sampah? Lalu kenapa kau sendiri tidak menyerang mereka? Tingkat kesucian lho, kenapa kau tidak mencoba menghentikan mereka?" gumam para penjaga dengan kesal, meski tak berani mengatakannya keras-keras. Bagaimanapun dia adalah Putra Suci, sementara mereka hanya prajurit rendahan.
Saat Gao Leihua dan Charlie melayang pergi, teriakan panik bergema di dalam Kuil Cahaya. Jelas, mayat lima tetua akhirnya ditemukan...
