Setelah Yuehua Tian pergi, seluruh ruangan kembali hening. Di dalam kini hanya tersisa Jingxin dan Gao Leihua, suasana sesaat terasa agak mencekam.
Setelah lama, Gao Leihua mulai tak tahan. Dengan gerakan halus ia menengadah mencuri pandang ke Jingxin, namun justru bertabrakan dengan tatapan Jingxin yang sedang mengarah padanya.
Mata biru laut Jingxin memandang lembut ke arah Gao Leihua. Mungkin karena efek ciuman penuh gairah tadi belum sepenuhnya hilang, di kedalaman matanya masih tersisa kilatan-kilatan kecil kelembutan.
"Jingxin." Memandangi mata itu, Gao Leihua tak sengaja memeluk erat Jingxin: "Aku menyukaimu, Jingxin."
Senyuman merekah di wajah Jingxin. Perlahan ia menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya di bahu kokoh Gao Leihua.
Gerakan Jingxin tanpa diragukan lagi menyampaikan informasi bahwa dia juga menyukai Gao Leihua. Gao Leihua mengangkat wajah Jingxin dengan lembut menggunakan tangannya, jarinya mengelus rambut indah berwarna biru milik Jingxin. Sekali lagi, bibir Gao Leihua menempel pada bibir merah menggoda milik Jingxin.
Jingxin perlahan menutup matanya. Dengan pengalaman beberapa kali berciuman, dia membuka mulut mungilnya sambil menghisap lembut bibir Gao Leihua, sesekali menggigit sudut bibirnya dengan gigi mutiara.
"Huu!" Gao Leihua menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat Jingxin dengan gerakan cepat dan membawanya menuju tepi tempat tidur. Dengan hati-hati dia membaringkan wanita itu di atas ranjang.
Setelah membaringkan Jingxin, Gao Leihua dengan berat hati melepaskan bibir mungilnya. Dia berdiri tegak sambil memandangi Jingxin yang setengah berbaring di pelukannya.
Jingxin balas memandang dengan kelembutan sama. Tangan rampingnya merangkul leher Gao Leihua.
Gao Leihua dengan bersemangat mengulurkan tangan-tangannya, gemetar mulai membuka kancing di dada Jingxin.
Jingxin tidak memberontak, sepasang matanya yang biru memandang wajah Gao Leihua dengan tenang, sekejap pun tak rela berpaling.
Satu, dua! Satu lagi, dua titik kemerahan di dada Jingxin akan segera muncul lagi di hadapan Gao Leihua!
Gao Leihua merasakan napasnya menjadi cepat, jari-jarinya yang mendekati kancing terakhir bergemetar tak terkendali. Gao Leihua menyadari, masuknya dirinya dari tingkat tujuh ke Delapan Tingkat pun tak semenegangkan ini!
Akhirnya, jari Gao Leihua menyentuh kancing terakhir pada kerah baju Jingxin! Adegan yang menggugah hati sebentar lagi akan terungkap...
“Waah~~ Waah~~” Tiba-tiba, tangisan bayi bagai siraman air dingin menyiram Gao Leihua. Seketika, semangat membara kedua insan itu pun lenyap. Gao Leihua menoleh kaku dan menemukan sumber suara itu adalah Lu Dongfa yang semula sudah tertidur pulas dengan botol susu di ranjang kecil. Rupanya suara bergairah saat dia menggendong Jing Xin ke tempat tidur tak sengaja membangunkan sang bayi.
Swoosh! Wajah Jing Xin seketika memerah membara bagai terbakar api. Ia bangkit tergesa-gesa, tangan-tangan gemetaran mulai mengancingkan kembali baju. Gao Leihua menghela nafas: setelah tangisan Xiao Lu Dongfa ini, semua gairah telah sirna.
Dengan pandangan tak rela, Gao Leihua menatap Jing Xin yang sedang menunduk mengancingkan pakaiannya. Untuk sementara, keinginan untuk melanjutkan sesuatu sudah tidak realistis lagi.
Untuk menghindari kecanggungan, Gao Leihua memilih untuk pergi sementara: "Jing Xin, ternyata persediaan bumbu di rumah sudah hampir habis. Aku akan membeli beberapa sekarang."
Jingxin mengangguk pelan-pelan, tangan-tangannya gemetar menyematkan kancing bajunya, namun tak berani mengangkat pandangan sekilas pun ke arah Gao Leihua.
Gao Leihua menghela nafas kesal sambil menggaruk-garuk kepalanya, lalu turun dari tempat tidur dengan gerakan hati-hati. Dengan langkah gontai penuh kekecewaan, ia berjalan menuju ke bawah tangga...
……
Di bawah, beberapa anak telah menyelesaikan sarapannya. Karena pertemuan wali kemarin, sekolah harus melakukan restrukturisasi setengah hari. Jadilah mereka tak perlu bergegas ke akademi pagi ini, cukup datang perlahan saat sore nanti. Sementara Yuehua Tian, kakak laki-laki Jingxin, kini asyik meneliti botol susu itu di ruangannya dan takkan keluar dalam waktu dekat.
"Santap saja perlahan, aku akan keluar dulu membeli beberapa barang!" seru Gao Leihua pada sekelompok orang di meja makan yang masih mengelus perut sambil menghela nafas.
"Hati-hati di jalan." Tetua Agung Arwah menganggukkan kepala. Rhein·Charlie hanya bisa melambaikan tangan lemas, wajahnya pucat karena kekenyangan.
Gao Leihua tersenyum pasrah, lalu berjalan menuju pintu besar.
"Garam batu, bumbu penyedap, kantong penyegar sihir." Setelah keluar rumah, Gao Leihua segera menyusun daftar belanjaan dan menuju pasar sayur ibukota. Sejak tinggal di rumah Jingxin, semua urusan remeh temeh kehidupan sehari-hari menjadi tanggung jawabnya! Aktivitas membeli bahan makanan dan perlengkapan hidup semuanya dibebankan pada bahunya.
Sesampai di toko garam, Gao Leihua mengetuk jendela sambil memanggil pemilik di dalam: "Bos, dua keping garam."
"Haha, Saudara datang lagi sendiri untuk berbelanja?!" Pemilik toko garam batu itu adalah pria perkasa, kabarnya ia seorang pendekar empat tingkat. Garam batunya diangkut dari wilayah suku manusia-binatang di perbatasan. Perjalanannya cukup berisiko, justru karena itulah ia menguasai kemampuan tempur yang lumayan.
Laut di dunia ini berbeda dengan laut di Bumi. Perbedaan utamanya adalah air laut di sini adalah air tawar yang tidak memiliki kemampuan memproduksi garam. Oleh karena itu, bahkan ibukota yang terletak di pesisir pun kesulitan mendapatkan garam. Satu-satunya cara untuk memperoleh garam adalah dengan mendatangkannya dari wilayah manusia-binatang yang jauh letaknya dalam bentuk garam batu.
"Hm, memang benar." Gao Leihua tersenyum kecut. Dengan malu-malu ia melirik ke arah pasar sayur. Di seluruh area pasar, semua orang yang membawa keranjang belanja adalah perempuan. Hanya Gao Leihua seorang pria dewasa yang tampak mencolok seperti bangau di antara ayam.
"Saudara, ini dua keping garam batunya." Setelah menyerahkan garam, pemilik toko itu tertawa licik sambil berkata: "Saudara, apakah istri Anda terlalu sibuk? Sekalipun sibuk, tidak seharusnya menyuruh suami seperti Saudara yang berbelanja! Setiap kali saya lihat, selalu Saudara yang membeli kebutuhan rumah tangga."
"Ha." Gao Leihua mengelap keringat di dahinya. Dengan cepat ia berpamitan dan meninggalkan toko itu!
Dengan susah payah akhirnya membeli semua barang, Gao Leihua menghela napas pelan. Seorang pria yang belanja memang tidak praktis. Apalagi saat antre, di depan perempuan, di belakang juga perempuan. Gao Leihua yang terjepit di tengah-tengah terlihat seperti ikan di luar air.
Setelah semua barang terbeli, Gao Leihua menarik napas lega dan berjalan santai menuju rumah.
Karena tidak terburu-buru, sambil berjalan Gao Leihua tak bisa menahan diri untuk merenungkan hubungannya dengan Jingxin. Sejujurnya bahkan dia sendiri tidak tahu harus menggolongkan hubungan mereka ke kategori mana. Yang pasti, hubungan antara dia dan Jingxin memang ambigu. Terutama belakangan ini, perkembangan hubungan mereka sangat cepat. Namun seolah masih ada tembok tak kasat mata yang membuat Gao Leihua merasa tak nyaman.
Tanpa sadar, Gao Leihua berjalan santai memasuki sebuah gang kecil. Ini adalah jalan pintas menuju rumah Jingxin. Hanya saja tempat ini cukup gelap dan sering terjadi insiden, sehingga jarang dilalui orang. Dengan keahlian tinggi dan nyali besar, Gao Leihua takkan peduli dengan hambatan apapun. Seperti biasa, ia bersenandung dengan tempo terukur sambil memeriksa barang-barang di tangannya dan mencocokkan dengan daftar belanja.
"Hm, sepertinya semua barang yang harus dibeli sudah lengkap." Gao Leihua mengucapkan kalimat itu sambil tersenyum ringan, matanya masih fokus menghitung persediaan.
Saat seluruh perhatian Gao Leihua terkonsentrasi pada penghitungan barang-barang tersebut, tiba-tiba kilatan hitam menyambar dari udara kosong di belakangnya - sebuah pisau belati hitam!
Senjata itu muncul dari ruang hampa, menghujam keras ke arah ubun-ubun Gao Leihua! Cepat, kejam, dan tepat. Sang pembunuh bayaran ini benar-benar menguasai trik tiga prinsip pembunuhan diam-diam!
Jika yang menjadi target adalah orang biasa, mungkin sudah tumbang di tempat oleh tusukan mematikan itu!
Tapi Gao Leihua tidak termasuk dalam kategori "orang lain" ini!
Senyuman mengejek mengembang di sudut bibir Gao Leihua yang sedang menunduk. Sebenarnya, sejak awal memasuki gang kecil dan menghitung barang dengan teliti, semua itu hanyalah umpan untuk memancing pembunuh bayaran yang menguntitnya agar muncul!
Begitu keluar dari pasar, Gao Leihua langsung merasakan ada yang mengawasinya. Diam-diam ia mengaktifkan kesadaran spiritualnya.
Di bawah penginderaan kesadarannya, pembunuh siluman ini sebenarnya sudah ketahuan sejak lama.
Saat itu, si pembunuh di belakangnya dengan penuh keyakinan menghujamkan pisau belati ke arah Gao Leihua. Begitu melihat pisau hitam itu menembus tubuh target, tiba-tiba si pembunuh berteriak "Hah?" heran! Tusukan tadi sama sekali tidak memberi sensasi menusuk daging, malah seperti menembus ruang hampa!
Refleks pembunuh ini cepat. Ia langsung sadar telah gagal - belati tadi cuma mengenai bayangan samar pria itu belaka!
Setelah menyadari kegagalannya, si pembunuh buru-buru menengadah ke depan.
"Tepat! Di hadapannya, Gao Leihua tanpa disadari telah berbalik badan dan kini menatapnya dengan tatapan bermain-main."
Tubuh sang pembunuh bayaran terhenti, dia buru-buru mundur selangkah. Siluet samarnya segera mulai menyamar.
"Teknik menyusup para pembunuh bayaran? Tapi kalau sudah muncul, masih ingin kabur?" Gao Leihua tersenyum licik, sementara kaki kanannya melangkah halus ke depan. Seketika tangannya telah mencubit dagu si pembunuh yang sedang menyamar itu.
Tertangkap oleh Gao Leihua, sang pembunuh hanya bisa memandang dengan pasrah. Gao Leihua menatap matanya - sepasang bola mata berwarna merah menyala yang angker. Jika tidak salah tebak, ini pastilah ciri khas mata seorang Ahli Sihir unsur api.
"Mungkin aku memang seharusnya sudah menebak sejak awal. Bukan begitu?" Tatapannya tertuju pada pasangan mata merah menyala sang pembunuh, senyum licik merekah di wajah Gao Leihua.
Pembunuh bayaran di hadapan ini tubuhnya bergetar halus, tapi kemudian kembali tenang. Mata merahnya juga menunjukkan ekspresi bermain-main saat menatap Gao Leihua.
"Hm?!" Gao Leihua berkata lembut, karena di belakangnya, seorang pria berbaju hitam lain muncul secara tiba-tiba.
Mata yang sama memancarkan sinar merah, baju hitam serupa, dan pisau belati hitam yang identik.
Pembunuh bayaran kedua ini juga mengayunkan pisau belatinya menghujam ke arah Gao Leihua.
Gao Leihua tidak bergerak. Dia masih dengan tenang menggenggam leher pembunuh bayaran di tangannya.
Pembunuh bayaran di belakang Gao Leihua mengeratkan pisau belati hitamnya. Tepat ketika pisau itu hampir menyentuh tubuh Gao Leihua, tiba-tiba gerakannya terhenti. Pisau di tangannya akhirnya tidak jadi dihujamkan...
