Yuehua Tian memandang Gao Leihua dengan penuh simpati sambil menepuk bahunya. Terkait hal tak sengaja membuat Jingxin senang ini, Yuehua Tian menyatakan belasungkawa terdalamnya. Namun simpati bukan berarti harus berbagi suka-duka! Meski mengasihani Gao Leihua, Yuehua Tian sama sekali tidak berniat ikut menikmati "hidangan spesial" keluarga Gao Leihua di siang hari ini.
"Saudara Gao Leihua, semoga kalian beruntung saat jam makan siang! Kami pamit duluan, tak perlu diantar, sampai jumpa! Hmm, tentu saja, seandainya masih ada kesempatan bertemu lagi di lain waktu." Yuehua Tian menepuk lembut bahu Gao Leihua, lalu kabur dari rumah Gao Leihua seperti dikejar maut.
Gao Leihua memandang sosok Yuehua Tian yang kabur itu dengan ekspresi bingung. Tak terbayang olehnya hal apa yang bisa membuat Yuehua Tian yang doyan makan ini sampai rela meninggalkan jamuan makan siang? Sebenarnya apa yang telah dilakukan Jingxin hingga membuat Yuehua Tian ketakutan setengah mati?
"Kak Gao Leihua, ada apa dengan rumahmu? Tadi Om itu kabur dengan ekspresi panik sekali." Xiao San menatap Gao Leihua penuh tanda tanya.
“Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Setelah masuk dan melihat, seharusnya kita akan mengerti.” Gao Leihua menggelengkan kepala menandakan ketidaktahuannya, lalu menyembulkan setengah kepalanya untuk mengintip ke dalam pelataran. Dari luar pintu, tak terlihat sesuatu yang mencurigakan - pelataran kosong sama sekali.
"Hm, sepi. Mari menyusup diam-diam!" Gao Leihua menoleh dan berbisik pada Xiao San, lalu menyelinap masuk dengan hati-hati. Aula kosong, restoran sepi, ruang tamu pun tak berpenghuni.
Aneh, ke mana perginya Jingxin? Gao Leihua yang membawa Xiao San ke restoran tetap tak menemukan bayangan manusia. Bahkan anak-anak pun menghilang. Ada apa gerangan? Pikirnya penuh tanda tanya.
"Sekarang, hanya tersisa satu tempat terakhir!" Gao Leihua teringat masih ada satu ruangan di rumah! Ruangan ini adalah tempat yang jarang dikunjungi Jingxin, sekaligus area yang paling tidak ingin dijamah oleh Gao Leihua dan anak-anak - dapur!
"Jangan-jangan Jingxin ada di sana!" Gao Leihua menelan ludah dengan gugup, lalu berbisik pada Xiao San di sampingnya: "Xiao San, kau tunggu di sini dulu, aku akan menyelinap masuk untuk memeriksa!"
"Hm!" Xiao San mengangguk patuh, lalu menyembunyikan badannya di balik pintu.
Gao Leihua memberi isyarat persetujuan pada Xiao San, kemudian bergerak diam-diam, perlahan, tanpa mengeluarkan suara sedikit pun mendekati dapur.
Di depan pintu dapur, Gao Leihua membuka celah kecil di tepi pintu dengan hati-hati, menutup satu mata dan mengintip ke dalam melalui celah tersebut!
Di dalam dapur, Gao Leihua melihat punggung berambut biru yang familiar sedang sibuk mondar-mandir. Tangan kecil putih dan halusnya tak terlalu lihai menggunakan pisau dapur di dapur. Hm, cara dia menggenggam pisau itu persis seperti sedang memegang pedang.
Guk! Gao Leihua menelan ludah keras-keras. Dia teringat saat pertama kali datang ke rumah Jingxin, Jingxin langsung memasakkan semua orang hidangan daging panggang! Lalu, semua orang hanya bisa termangu memandangi benda mirip arang yang hitam legam di atas meja makan.
Belakangan, Shajia diam-diam pada malam itu melemparkan beberapa keping daging panggang itu ke dua ekor anjing serigala perkasa yang dipelihara keluarga terkaya di kota. Hasilnya, dua ekor anjing perkasa itu menjadi sangat lemah selama dua minggu penuh setelah memakan daging panggang buatan Jingxin. Selama dua minggu itu, dua makhluk perkasa itu menjadi kurus kering. Ini juga menyebabkan sekarang jika ada yang memberi mereka makanan berwarna hitam, mereka pasti akan langsung menggigit kaki sang pemberi yang wangi tanpa ragu-ragu...
Glek! Gao Leihua merasakan dirinya menelan ludah dengan keras.
Gao Leihua akhirnya mengerti alasan terburu-buru melarikan diri Yuehua Tian. Yuehua Tian sebagai kakak laki-laki Jingxin, tentu tahu bagaimana kualitas masakan adiknya. Maka ketika melihat Jingxin turun ke dapur sendiri, Yuehua Tian langsung bersiap-siap untuk kabur.
Sekarang Gao Leihua juga langsung paham alasan utama Yuehua Tian menyuruhnya membelikan obat penawar racun. Meski tidak tahu pasti apa fungsi barang-barang seperti obat penawar racun, tapi mungkin memang bisa berguna.
Begitu terpikir ini, Gao Leihua tak sengaja menatap lebih lama siluet anggun Jingxin di dapur. Sekaligus bergumam dalam hati, apakah tubuh Delapan Tingkat-nya ini sanggup menanggung efek makan siang kali ini?
Memandangi posisi Jingxin memotong sayur seperti sedang membunuh orang, Gao Leihua bergumam apakah benar harus buru-buru keluar membeli obat sebelum masakan Jingxin matang, lalu membagikan sedikit ke semua orang untuk jaga-jaga.
……
Gao Leihua diam-diam mundur dari tepi dapur. Kemudian kembali ke aula mencari Xiao San.
"Xiao San, kenapa? Tertidur?" Gao Leihua menepuk-nepuk raut wajah Xiao San yang terlelap. Baru sebentar, tak disangka dia sudah bisa duduk sambil tidur seperti ini.
“Hm？！Ah, mungkin aku terlalu lelah akhir-akhir ini.” Xiao San tersenyum tipis sambil mengusap mata.
“Hehe, ikut aku dulu. Aku akan membawamu ke atas menemui anak-anak.” Gao Leihua diam-diam membimbing Xiao San menaiki tangga.
Saat tiba di ruangan Gao Leihua, pandangan pertama yang tertangkap adalah beberapa anak sedang berjongkok membahas sesuatu. Di sisi mereka, Tetua Arwah tetap bersikap acuh tak acuh - sebagai Guru Arwah, hidangan seburuk apapun takkan berpengaruh padanya. Namun di sisi lain, Rhein·Charlie sudah terlihat memucat.
“Anak-anak, kenapa kalian semua berkumpul di ruanganku?” Gao Leihua memasuki ruangan sambil tersenyum bersama Xiao San.
“Ayah, akhirnya kau kembali!” Yue Shi berseru gembira melihat Gao Leihua: “Ayah harusnya melihat saat masuk tadi! Si emak sekarang sedang di dapur!”
“Yang lain, Hah!” Gao Leihua menepuk-nepuk tubuh Yue Shi dengan lembut: "Aku baru saja melihat."
“Kalau begitu Ayah, cari solusi dong.” Yue Shi berkata.
“Hehe, aku turun lihat dulu.” Gao Leihua tersenyum: “Aku akan ke lantai bawah sekarang, berusaha membantu Jingxin menyiapkan hidangan. Semoga bisa mencapai level yang masih bisa dimakan.”
“Ayah, semangat!” Semburat harapan terpancar dari pandangan Shajia.
“Ngomong-ngomong, Yue Rui. Masih ingat dia?” Sebelum turun tangga, Gao Leihua menarik Xiao San dari belakang dan berkata pada Yue Rui.
Yue Rui mengamati Xiao San dengan cermat lalu tersenyum tipis. Meski seluruh tubuh Xiao San terbungkus rapi saat ini, Yue Rui langsung mengenalinya hanya dengan melirik matanya: “Ini bukan Xiao San yang pernah kami temui di Lembah Arwah-Arwah? Ada urusan apa ke sini?”
“Hehe, tak kusangka Yue Rui masih ingat jelas padahal hanya bertemu sekali.” Xiao San tersenyum licik.
“Ah, Yue Rui masih ingat Xiao San itu yang terbaik.” Gao Leihua tersenyum: “Yue Rui, kau jaga Xiao San ya, aku sekarang pergi ke dapur dulu.”
“Tenang, serahkan padaku.” Yue Rui tersenyum kepada Gao Leihua.
“Ah. Baguslah, sisanya kupercayakan padamu.” Gao Leihua tersenyum tipis, lalu berbalik menuju dapur di lantai bawah.
……
Di dapur, Jingxin sedikit mengerutkan alis. Sebenarnya dia sendiri juga tak tahu mengapa tiba-tiba ingin memasak, hanya merasa agak senang, dan sedikit ingin menyiapkan hidangan, akhirnya pun datang ke dapur.
Hanya saat mulai memotong daging, Jingxin merasa pisau dapur di tangannya susah dipakai. Setelah melanjutkan beberapa saat, Jingxin mulai tak sabar, pisau ini bagaimana dipakai tetap tak enak!
Maka Jingxin berbalik badan sambil mengeluarkan belati pendeknya. Pedang yang digunakan Jingxin adalah jenis pendek, teknik pedangnya lebih condong ke bentuk ringan. Jika benar-benar dihitung, dia seharusnya dikategorikan sebagai pendekar pedang ringan atau pembunuh bayaran. Dengan pedang di tangan, Jingxin tersenyum puas. Kemudian dia memegang erat pedangnya dan mulai memotong daging itu. Swoosh-swoosh! Beberapa tebasan pedang, potongan daging terbelah rapi menjadi irisan-irisan. Tanpa disadari, ekspresi kepuasan muncul di wajah Jingxin.
Pada saat ini, ketika Gao Leihua baru saja memasuki dapur, dia langsung menyaksikan pemandangan Jingxin yang sedang memegang pedang panjang untuk memotong daging. Tanpa disengaja, Gao Leihua merasakan kesejukan menggelombang dari punggungnya: "Jingxin." Gao Leihua berkata lembut.
"Hm?" Jingxin menoleh memandang Gao Leihua yang baru saja masuk dari depan pintu.
"Jingxin." Gao Leihua perlahan mendekati belakang Jingxin: "Memotong daging, bukan seperti ini caranya."
"Hm?" Jingxin memandangi Gao Leihua dengan mata biru tuanya yang penuh kebingungan.
"Ah, lepaskan dulu pedang panjang di tanganmu. Benda ini bukan untuk memotong daging." Gao Leihua tersenyum, menggenggam tangan kecil Jingxin dengan lembut. Dengan hati-hati ia melepaskan pedang dari genggaman Jingxin dan menaruhnya di sisi.
"Untuk memotong daging, harus pakai pisau ini." Gao Leihua mengambil golok dapur dari rak: "Kemarilah Jingxin, berdiri di depanku. Akan kuajari."
"Hm." Jingxin mengangguk lemah, patuh berdiri di hadapan Gao Leihua.
Gao Leihua terlebih dahulu menata bahan-bahan yang dibelinya di rak dapur satu per satu, kemudian mengeluarkan sepotong daging tanpa lemak dari tas.
"Ayo Jingxin, pegang erat pisau ini." Gao Leihua menyodorkan golok daging ke tangan Jingxin.
"Hm." Jingxin mengangguk, menerima pisau dapur dari tangan Gao Leihua. Namun begitu memegang pisau, tangannya secara kebiasaan langsung mengambil posisi memegang pedang.
“Hē. Jingxin, pisau dapur tidak digenggam seperti ini.” Gao Leihua mendekati bagian belakang Jingxin, kedua tangannya dengan lembut meraih dari belakang tubuh Jingxin hingga ke depannya, membentuk posisi berpelukan yang ambigu. Bersamaan itu, tangan besar Gao Leihua menutupi tangan kecil putih bersih Jingxin, lalu jarinya membelah genggaman tangan kecil Jingxin yang memegang gagang pisau.
“Pisau dapur, harus digenggam seperti ini.” Gao Leihua berbisik lembut di telinga Jingxin: “Santai saja, aku akan mengajarimu posisi menggenggam pisau dapur.”
Dipeluk Gao Leihua dari belakang, seluruh tubuh Jingxin bergetar halus, sementara pipinya memerah sedikit. Namun dia tidak menahan gerakan Gao Leihua, membiarkan tangan besar pria itu terus menggenggam tangan kecilnya...
