"Untuk memotong daging, kau bisa memperhatikan urat-urat dan corak permukaannya, lalu potong mengikuti garis corak tersebut." Gao Leihua memeluk Jingxin dengan lembut dari belakang, tangan kanannya dengan hati-hati menggenggam tangan Jingxin. Perlahan ia mengajarkan metode memotong daging pada Jingxin.
Jingxin menundukkan wajahnya sedikit, sudut bibirnya memperlihatkan senyum tipis. Tanpa disadarinya, ia mulai terbiasa dengan keakraban Gao Leihua. Bagi Jingxin, Gao Leihua adalah pria yang sangat ajaib. Rook, Pastor Wu Tian, dan Yifa tidak pernah memberikan perasaan seperti ini. Dalam pelukan Gao Leihua, Jingxin merasa seolah bisa melepaskan semua beban dan hanya diam dengan tenang. Perasaan ini membuatnya merasa sangat nyaman.
"Saat memikirkan ini, Jingxin tidak sengaja melirik tangan besar Gao Leihua yang menggenggam tangan rampingnya. Kulit Gao Leihua berwarna kuning, warna kulit yang belum pernah dilihat Jingxin sebelumnya. Kombinasi kulit kuning dan mata hitam menjadi pembeda utama Gao Leihua dengan penduduk dunia ini. Di dunia yang dipenuhi berbagai macam ras ini, sama sekali tidak ada suku dengan ciri rambut hitam, mata hitam, dan kulit kuning. Meskipun putra sulung Shajia juga berambut dan bermata hitam, namun warna kulitnya tetap putih alami."
"Baiklah, Jingxin, coba kau lakukan sendiri," bisik Gao Leihua dengan lembut di telinga Jingxin.
Jingxin merasakan telinganya memanas, hembusan nafas Gao Leihua saat berbicara menyentuh kulit telinganya, membuat kedua daun telinganya memerah karena malu...
Dengan cepat, waktu pagi pun berlalu dalam proses mengajari Jingxin memasak.
Tengah hari tiba di tengah kekecewaan anak-anak yang masih belum puas!
“Bilisi, kau siap kapan saja untuk melempar metode terapi besar!” Shajia memerintahkan santa wanita Bilisi seperti ini sebelum turun tangga.
Anak-anak turun dari lantai atas dengan perasaan "prajurit pergi takkan kembali", meskipun Gao Leihua bilang akan membantu Jingxin memasak, tapi kemampuan memasak Jingxin yang terlalu... itu membuat mereka masih belum tenang.
Tapi setelah turun, begitu melihat beberapa hidangan siang di atas meja yang langsung menggugah selera, Shajia dan yang lain terpaku.
“Tidak mungkin, seenak ini?!” Yue Shi menatap tak percaya pada jamuan mewah di hadapannya!
“Selamat siang, anak-anakku.” Gao Leihua tersenyum ringan: “Siap-siap makan. Habis ini kalian juga harus ke akademi.”
“Hm.” Anak-anak mengangguk kaku, lalu satu per satu duduk di kursi mereka.
Di bawah tatapan penuh harap Jingxin dan Gao Leihua, Shajia bersama beberapa anak lainnya serta Charlie, Bixi, Xiao San, dan Tetua Arwah dengan hati-hati menjepit hidangan di atas meja menggunakan sumpit.
Seketika, seluruh wajah mereka memancarkan ekspresi "lezat".
Melihat ekspresi bahagia anak-anak, Jingxin merasakan kehangatan di hatinya, lalu pandangannya tak sengaja tertuju pada Gao Leihua di sampingnya.
Saat ini Gao Leihua layaknya seorang ayah sejati, dengan tekun mengambilkan berbagai masakan lezat ke mangkuk anak-anak.
Kehidupan seperti ini ternyata juga menyenangkan. Jingxin tiba-tiba merenung tanpa alasan jelas, lalu senyum tipis mengembang di bibirnya.
"Jingxin, telur ini khusus untukmu." Gao Leihua menaruh sebutir telur utuh ke dalam mangkuk Jingxin.
“Hm.” Jingxin mengangguk lemah, lalu menjepit telur itu dari mangkuknya, menggigit sedikit bagian kecil. Hari ini adalah salah satu hari paling ceria bagi Jingxin! Ternyata perasaan melihat orang lain menyantap hidangan buatannya juga bisa sebahagia ini!
“Ngomong-ngomong, Ayah.” Di tengah-tengah makan, Yue Shi tiba-tiba mengangkat kepala dan menatap Gao Leihua: “Ada hal yang ingin kubicarakan.”
“Apa itu?” Gao Leihua meletakkan sumpit sambil tersenyum menatap Yue Shi.
“Begini, Ayah. Malam ini di ‘Lelang Dewa’ ibukota akan ada acara lelang. Bisakah kau mengajak kami ikut?” Yue Shi memandang Gao Leihua dengan harap: “Lelang ibukota cuma diadakan sekali setahun!”
Bukan hanya Yue Shi, Shajia dan Yue Rui juga memandap Gao Leihua dengan ekspresi penuh harap.
“Hm? Lelang? Kalian sangat ingin pergi?” Gao Leihua bertanya sambil tersenyum.
“Ya~!” Ketiga anak itu serentak menganggukkan kepala.
“Hari ini di akademi kami, banyak orang tua siswa yang bilang akan membawa mereka ke lelang untuk melihat-lihat. Siapa tahu kami juga bisa memenangkan beberapa barang kesukaan kami.” Yue Rui menatap Gao Leihua dengan penuh harap: “Katanya Lelang Shenji ini sangat hebat! Asal kau bisa bayar harganya, bahkan sisik naga pun bisa mereka datangkan untukmu! Kami juga ingin pergi untuk melihat-lihat!”
“Melihat-lihat? Mungkinkah kalian belum pernah pergi sama sekali?” Gao Leihua tertawa sambil bertanya.
"Ya, sebelumnya kami tidak pernah pergi." Yue Rui mengangguk lemah, Lelang, Jing Xin sama sekali belum pernah membawa mereka ke sana. Mereka hanya mendengar siswa-siswa di akademi sering berdiskusi tentang perhelatan besar lelang tahunan ini, tapi sejak kecil mereka belum pernah mengikutinya. Sebenarnya mereka juga tidak pernah meminta Jing Xin untuk mengajak mereka, karena Jing Xin tidak bisa bicara. Jadi ketika membeli tiket tidak terlalu nyaman, beberapa anak ini cukup perhatian. Meski sangat ingin pergi, tapi sama sekali tidak pernah menyebutkannya pada Jing Xin. Shajia dan yang lain tidak memiliki ayah sejak kecil, tapi justru ketiadaan ayah membuat mereka terlihat jauh lebih matang daripada anak seumuran.
“Baiklah!” Gao Leihua tersenyum sambil menganggukkan kepala. Dia sudah bisa menebak alasan mengapa anak-anak tidak meminta Jingxin mengajak mereka pergi. Tanpa disadari, sorot mata penuh kebanggaan terpancar dari wajahnya saat memandangi anak-anak itu. Anak-anak seperti ini benar-benar luar biasa. Gao Leihua menepuk bahu Yue Rui di sampingnya: “Mengikuti lelang semacam ini memang kesempatan bagus untuk menambah wawasan. Mungkin aku bisa mendapatkan barang kesukaan kalian. Tenang saja, urusan lelang malam ini serahkan padaku. Nanti sore akan kulihat apakah perlu membeli tiket.”
“Terima kasih, terima kasih Ayah!” Yue Rui yang ceria langsung menerjang ke depan, memeluk erat Gao Leihua sambil mencium keras pipinya: “Kalau begitu pastikan Ayah membawa kami saat kami pulang nanti malam ya!”
“Haha.” Gao Leihua menepuk-nepuk kepala Yue Rui sambil tertawa: “Tenang saja, kapan aku pernah menipu kalian? Sebelum kalian kembali nanti malam, pasti semua persiapan sudah kuselesaikan.”
“Hm!” Anak-anak itu mengangguk gembira. Sejak kecil mereka selalu iri melihat orang tua anak-anak lain mengajak masuk ke tempat lelang. Sekarang, mereka akhirnya bisa memasuki balai lelang itu!
Gao Leihua tersenyum memperhatikan anak-anak yang sedang bersukacita, lalu memandang Bilisi di sebelah: “Oh ya, Bilisi, kalau sore tidak ada acara, kau bisa ikut Shajia ke akademi. Meski aku ‘menculik’mu, terus-terusan di rumah juga bukan solusi.”
“Hm.” Santa Bilisi mengangguk pelan. Sejujurnya, tinggal di rumah Gao Leihua jauh lebih nyaman daripada di Kuil Cahaya. Di sini ada kehangatan yang tak pernah ia rasakan di kuil. Di Kuil Cahaya, sebagai santa agung yang merepresentasikan Dewa Cahaya, semua orang memperlakukannya layaknya dewa yang tak tersentuh.
“Baiklah, urusan lelang sudah kuterima. Semua, lanjutkan makan. Jangan sia-siakan hidangan yang dibuat dengan susah payah oleh Jingxin.” Gao Leihua tersenyum memandangi anak-anak yang sedang gembira, lalu dengan lembut menjepit sepotong daging tanpa lemak ke mangkuk Bixi: “Bixi juga harus banyak makan. Jangan sampai sebulan kemudian saat kembali ke Kuil Cahaya, badannya kurus sekali. Nanti orang mengira kau kusiksa di rumahku.”
“Cis!” Bixi terkikik ringan. Ya, inilah perasaan yang didapat di rumah Gao Leihua. Di sini, tak ada yang memperhatikan statusnya sebagai santa wanita. Perasaan seperti ini, sungguh menyenangkan...
Ketika keluarga Gao Leihua sedang asyik menikmati hidangan, tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang sangat pelan di depan rumah. Andai bukan karena pendengaran Gao Leihua yang tajam, mungkin suara itu tak akan terdengar.
“Sepertinya ada yang mengetuk pintu.” Gao Leihua menoleh ke arah pintu masuk sambil berkata.
"Aku yang akan lihat." Rhein·Charlie yang berada paling dekat dengan pintu besar, dia berdiri dari tempat duduknya lalu berlari ke pintu masuk dan membukanya: "Siapa itu!" seru Charlie setelah membuka pintu.
"Permisi, apakah ini tempat tinggal Tuan Gao Leihua di ibukota?" Suara perempuan yang lemah terdengar dari luar pintu.
"Saudara Gao Leihua, ada yang mencari kamu, seorang perempuan." Rhein·Charlie menoleh ke arah Gao Leihua. Ucapannya langsung membuat mata biru es Jingxin menatap tajam ke Gao Leihua. Seolah aura samar mulai berkumpul.
"Sial, Charlie! Omongan macam apa itu!" Gao Leihua memarahi Charlie, lalu berjalan ke pintu dan membuka gerbang taman.
Di depan pintu, seorang gadis kecil berbaju jubah ritual putih sedang menatap takut ke arah Rhein·Charlie yang gagah seperti menara besi. Rupanya penampilan Charlie telah menakut-nakuti anak ini.
"Sial, Charlie kau ini menakut-nakuti si gadis kecil." Gao Leihua tersenyum sambil menepuk bahu Rhein·Charlie: "Saat berhadapan dengan anak kecil harus selalu tersenyum, baru tidak membuat mereka ketakutan." Setelah berkata demikian, dia menoleh ke gadis kecil itu dengan senyuman: "Ada yang bisa kubantu, Nona?"
Namun, gadis kecil di hadapannya tiba-tiba—swoosh!—seluruh wajah mungilnya berubah memucat. Bibir kemerahannya menjadi kebiru-biruan! Ekspresinya saat ini seolah Gao Leihua telah melakukan hal tak senonoh padanya.
"Hahaha! Hahaha!" Rhein·Charlie tertawa terbahak-bahak, sungguh menggelikan! Gao Leihua tadi mengajarinya cara tidak menakuti anak kecil, tapi lihatlah—baru tersenyum saja si gadis sudah ketakutan setengah mati: "Saudara Gao Leihua, sepertinya kau justru yang membuatnya trauma!"
Gao Leihua seketika merasa memalukan, tanpa sadar mengelus dagunya sendiri. Mungkinkah penampilanku benar-benar semenyeramkan ini? Aneh sekali, wajahku ini justru sangat disukai anak-anak. Mengapa gadis kecil ini langsung gemetar begitu melihatku?
Gadis kecil itu menggigil sambil menatap pria berambut putih di hadapannya. Ya, dialah pria berambut putih itu! Tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya bertanya dengan suara gemetar: "Maaf, apakah Anda adalah, Gao, Gao Leihua, Tuan?"
"Hm. Benar." Gao Leihua memandangi gadis kecil yang gemetar tak karuan ini dengan bingung. Apakah daya tarikku sudah hilang? Sampai-sampai gadis kecil ini gemetar ketakutan seperti ini saat melihatku?
"Siapa namamu? Ada keperluan denganku?" Gao Leihua mengerahkan senyuman terbaiknya.
“Itu, itu. Aku, aku namanya Xiao, Xiao Bi, Bibi·Sisi·Suoduo Sen.” Gadis kecil itu berbicara dengan suara gemetar yang lemah……
