Karena tidak tahu siapa sebenarnya yang menulis surat itu, Gao Leihua pun ragu apakah ini sebuah konspirasi atau sekadar pengingatan untuk dirinya. Solusi terbaik adalah meminta Tetua Arwah memanggil sekumpulan abu meriam sebagai pasukan pengintai!
Yang tidak disangka Gao Leihua, pasukan yang dipanggil Tetua Arwah sama sekali bukan abu meriam!
Pertama, untuk tidak mengganggu musuh di kejauhan, Tetua Arwah membuat segel kecil di sekitarnya untuk membatasi aliran getaran magis. Baru setelah itu, ia mulai melantunkan mantra-mantra perlahan.
"Dengan nama Dewi Arwah Penasaran, atas identitas Pemburu Berdarah di bawah takhtanya, kupersyaratkan: Lewati batas ruang, datanglah menghadapku! Berperanglah untukku! Panggil--Resimen Ksatria Arwah!" Tongkat tulang Tetua Arwah menggores formasi magis indah di udara. Setelah karakter terakhir diucapkan, ia mengayunkan tongkatnya dengan keras pada formasi tersebut!
Krak! Formasi magis yang indah terpotong menjadi dua bagian secara rapi oleh tongkat tulang Tetua Agung Arwah! Menyusul kedua bagian formasi magis itu, secara perlahan membentuk dua pintu panggilan raksasa di hadapan Tetua Agung Arwah! Mantra-mantra indah yang terukir di pintu menunjukkan keluhuran dan keistimewaan gerbang ini. Inilah teknik panggilan paling keren X dalam ilmu hitam arwah - Panggilan Resimen! Memanggil satu resimen sekaligus, inilah esensi taktik "mengalahkan sedikit dengan jumlah banyak" para praktisi sihir arwah!
Creeeek! Bunyi berderit itu menggema saat pintu megah di hadapan mereka perlahan membuka celahnya.
"Atas nama Dewi Arwah Penasaran! Serang semua yang berani melawan kehendak Dewi! Kematian adalah takdir akhir mereka, neraka akan menjadi rumah masa depan mereka." Empat barisan rapi Ksatria Arwah yang mengendarai kuda-kuda tulang berbaris sambil meneriakkan slogan serempak, perlahan merangkak keluar dari gerbang panggilan ini!
"Di bawah Dewi Arwah Penasaran, Batalyon ke-95784 Regu 874 dengan total 400 Kesatria Arwah melapor." Kesatria Mengerikan di barisan terdepan yang mengenakan zirah tempur Hantu Senyap putih mengendarai kuda maju beberapa langkah, memberikan hormat dengan penuh penghormatan kepada Tetua Arwah!
"Ini, ini Kesatria Arwah yang memiliki kesadaran? Sama seperti di domain segel?!" Gao Leihua menatap dengan terkejut keempat regu Kesatria Arwah yang tertata rapi itu.
"Hm, inilah pasukan sejati Dewi Arwah!" Suara Tetua Arwah penuh kesombongan: "Pada masa perang dulu, pasukan ini bisa disebut sebagai kekuatan serangan terkuat. Kali ini cuma memanggil satu regu. Cekikikan, kalau semuanya dipanggil, aku bisa hancurkan ibukota Kekaisaran Cahaya dengan mereka. Aduh, melihat tempat yang penuh aura terang itu benar-benar menyebalkan. Cekikikan!~"
"Heh." Gao Leihua tersenyum tipis: "Kalau begitu, mulailah aksi kami!"
“Tidak masalah!” Tetua Arwah menarik mundur batas energi penyegelan di sekitarnya. Menyusul, empat ratus Kesatria Arwah di bawah kendali kesadaran Tetua Arwah dengan cepat bergerak maju ke lokasi lima ratus meter di depan. Kemudian diam-diam mengelilingi area yang ditunjuk Gao Leihua!
Saat ini, para elit organisasi yang sedang berdiskusi tiba-tiba merasakan getaran halus di daratan. Lalu mereka terkejut melihat empat barisan ksatria yang berpakaian lengkap dengan cepat dan rapi mengepung lima puluh lebih anggota mereka!
“Kalian siapa?” Seorang anggota organisasi melangkah maju menghardik: “Apakah ini pasukan berkuda Kekaisaran Cahaya? Mengapa mengepung kami?!”
"Bang!" Suara itu disambut oleh tombak panjang di tangan Knight Terror yang mengenakan zirah tempur Hantu Senyap putih! Knight Terror adalah evolusi dari Kesatria Arwah. Kekuatannya setara level enam atas. Ditambah si penyerang yang tidak waspada, bahunya tertembus tombak. Andai tidak bergeser sedikit saat refleks, tombak itu sudah menembus jantungnya!
Di saat ini, anggota organisasi yang cerdik mulai menyunggingkan senyum getir. Keempat ratus pasukan berkuda ini memancarkan aura kematian pekat - mustahil mereka pasukan Kekaisaran Cahaya. Yang mengherankan, pasukan beraura kematian sekuat ini berani muncul di wilayah kekuasaan Kekaisaran Cahaya.
Ketua kelompok yang duduk di kursi utama melihat lebih dari empat ratus ksatria ini sambil mengerutkan alis dengan halus, lalu mengucapkan empat kata: "Kesatria Arwah."
"Apa, apa! Ketua, kau bilang ini Kesatria Arwah?!" Si gemuk yang sebelumnya ribut dengan Ye Dong langsung merasakan dingin menusuk tulang punggungnya saat mendengar nama itu. Kesatria Arwah, level empat tingkat tinggi hingga lima tingkat awal, tetapi selama kepala mereka tidak dihancurkan, mereka takkan pernah mati. Mereka adalah mimpi buruk di hati para prajurit manusia!
Apa yang paling efektif melawan ksatria? Tidak lain adalah pasukan tombak! Tapi tombak yang menembus tubuh Kesatria Arwah sama sekali tak berpengaruh, selama kepala utuh mereka tetap bisa maju terus. Jumlah pasukan tombak manusia yang tewas di tangan Kesatria Arwah saat Perang Dewa-Iblis dulu bisa disebut tak terhitung! Pertempuran itulah yang mengukuhkan reputasi mengerikan Kesatria Arwah!
"Nama seseorang, bayangan pohon." Begitu nama Kesatria Arwah disebut, seketika hati para elit ini setengah beku.
Ketua mengerutkan alis. Kesatria Arwah seharusnya dipanggil dari Ruang Arwah, tapi mengapa tadi dia tidak merasakan sedikitpun getaran magis? Meski masih muda, berkat pelatihan maksimal dari pemimpin lama, dia sudah menjadi penguasa kuat yang menginjak tingkat kesucian. Sekalipun lawannya lebih kuat darinya, mustahil tidak ada getaran magis yang terdeteksi! Lagipula, siapa yang memanggil Kesatria Arwah ini?!
"Ketua, Kesatria Arwah tidak bisa terbang! Mari kita kabur lewat udara!" teriak seorang anggota organisasi. Tanpa menunggu perintah, dia sudah mengembangkan teknik terbang dan melesat ke angkasa.
Plak! Suara lengkingan, tombak tulang putih pucat muncul tiba-tiba dengan cepat, menghujam keras dada anggota ini! Braak! Mayat yang masih mengucurkan darah panas jatuh dari udara, memercikkan bunga-bunga darah.
"Selamat siang, Anak-anak." Di bawah pandangan kosong semua orang, Gao Leihua dan Tetua Arwah perlahan mengambang melangkah mendekat. Tombak tulang putih pucat ini persis karya agung Tetua Arwah.
"Beres pergi sebelum aku datang? Sungguh tak sopan." Gao Leihua menyipitkan matanya mengamati orang-orang di bawah.
"Gao Leihua?!" Ye Dong menjerit kaget. Teriakannya membuat semua mata tertancap pada pria berambut putih pucat, bermata hitam, dan berkulit kuning ini. Di seluruh benua, hanya satu orang yang memiliki ciri-ciri seperti ini - target operasi mereka, Gao Leihua!
Ye Dong dan Ye Yan sama-sama memperlihatkan ekspresi curiga! Tak ada yang menyangka Gao Leihua ternyata mengetahui lokasi hutan monster legendaris tempat mereka bersembunyi!
"Apakah Tuan-tuan sedang berdiskusi tentang rencana menyerang saya?" Gao Leihua menyipitkan matanya sambil mengamati semua orang di bawah. Setelah diteliti, Ye Yan dan Ye Dong ada di sana, tapi pria berbaju hitam yang selalu mengikuti Pangeran Ifa sepanjang tahun justru tidak terlihat.
"Kau, Gao Leihua?!" Ketua muda itu berdiri perlahan, lalu melirik sekeliling pasukan berkuda arwah dan dua pejuang tingkat kesucian yang mengambang di udara tanpa alat bantu apapun.
"Benar, saya." Gao Leihua menyempitkan matanya sambil menatap pemuda yang baru saja berdiri ini.
"Bolehkah kami tahu maksud kedatangan Tuan Gao Leihua ke tempat ini?" Ketua muda ini benar-benar layak menjadi pimpinan kelompok, ketenangannya dalam menghadapi bahaya menunjukkan keunikan dirinya dibanding yang lain.
“Tidak ada hal penting.” Gao Leihua menatap pemuda itu sambil tersenyum: “Cuma ingin berterima kasih atas banyak masalah yang kalian timbulkan untukku, dan dari ekspresi kalian sepertinya masih hendak melanjutkan untuk memberiku lebih banyak masalah! Jadi, aku merasa harus melakukan sesuatu agar kalian selamanya tidak akan lagi membuat masalah untukku.”
“Apakah maksud Tuan Gao Leihua ingin membunuh semua orang yang hadir di lokasi ini?” Ketua kelompok tersenyum kepada Gao Leihua: “Satu-satunya yang tidak akan membuat masalah adalah arwah, bukan?”
“Bagus, kau pintar.” Senyuman di wajah Gao Leihua tiba-tiba menghilang. Semua orang tak bisa tidak menghela nafas melihat perubahan ekspresinya yang begitu cepat.
Menyusul, di bawah pandangan semua orang, swoosh! Siluet samar Gao Leihua tiba-tiba lenyap dari udara!
Pada detik berikutnya, Gao Leihua sudah muncul di belakang Ketua kelompok, tangan kirinya menempel di bahu sang Ketua.
“Cepat sekali!” Ketua muda itu tak bisa menahan keluhnya, kecepatan Gao Leihua luar biasa cepat, bahkan sampai membuatnya tak punya waktu untuk bereaksi!
"Mengobrol dengan orang hendak meninggal adalah hal yang membosankan!" Gao Leihua berbisik di telinga Ketua, sembari mengangkat tangan kanannya yang dipenuhi Kekuatan Dewa Petir! Busur listrik ungu-emas terus melompat-lompat di tangan kanannya. Bzzzt! Dentuman udara pecah saat tangan kanannya menghunjam ke arah jantung pemuda di hadapannya.
Terpengaruh serial TV, Gao Leihua sangat membenci kebiasaan mengoceh panjang sebelum membunuh. Meski dalam drama biasanya musuh yang banyak bicara ke protagonis, lalu si tokoh utama tersenyum licik setelah lawan selesai berbicara - entah meledak marah atau pasukan bantuan datang. Karena itu, Gao Leihua lebih suka sedikit bicara banyak berkelahi. Langsung eksekusi! Omongan sampah tak perlu!
Tampak jelas pemuda ini berusaha mengulur waktu. Gao Leihua sama sekali tak mau buang-buang kata.
"Hah!" teriak Ketua muda. Plak! Sepasang sayap elemen berkilat petir mengembang dari punggungnya.
“Tingkat Kesucian Elemen Petir？” Gao Leihua memandang pria di hadapannya dengan penuh minat.
Setelah mengembangkan Sayap Petir, kecepatan Ketua langsung naik drastis. Sayap Dewa Petir mengepak keras, melontarkan seluruh tubuhnya ke samping dengan upaya maksimal menghindari serangan Gao Leihua!
Braak! Tangan kanan Gao Leihua menghantam daratan! Seluruh permukaan tanah bergetar hebat, serangan santainya itu meninggalkan lubang selebar satu meter!
Ketua yang terpental ke samping mengusap keringat sambil menatap lubang itu. "Seandainya serangan tadi mengenai tubuhku," gumamnya, "mungkin aku sudah mati atau terluka parah! Kekuatan dahsyat seperti itu, bahkan perlindungan energi tempur pun belum tentu bisa menahan..."
