Sesuai mantra dari suara perempuan merdu tersebut, sekumpulan petir segera berkumpul di atas kepalanya. Membentuk sebuah perisai yang terbuat dari kilat!
Tapi bagaimana mungkin perisai kilat sembarangan bisa menahan serangan petir yang dilancarkan Gao Leihua?!
Plak! Kilauan petir ungu-emas dengan mudah membelah perisai kilat, mengabaikan pertahanan tersebut dan langsung menebas sosok di balik perisai itu!
Braak! Petir yang dilepaskan Gao Leihua membelah lokasi pohon besar itu, menciptakan lubang raksasa. Seluruh batang pohon yang butuh dua orang untuk merangkulnya berubah menjadi kehampaan di bawah kekuatan petirnya. Seandainya ada petugas lingkungan di sana, pastilah Gao Leihua akan didenda sampai seratus kali lipat!
Gao Leihua menyipitkan matanya menatap area yang telah hancur berantakan. Samar-samar, siluet ramping terlihat melesat di balik debu yang beterbangan. Satu-satunya yang jelas terlihat adalah busur sihir bertuah berukiran pola magis yang miring tergantung di bahunya. Dengan kecepatan luar biasa, beberapa kali berpindah titik, sosok itu pun menghilang dari pandangan.
"Kak Gao Leihua, siapa gerangan orang tadi?" tanya Xiao San yang masih gemetar ketakutan sambil menepuk dada.
“Hehe.” Gao Leihua mengulurkan tangannya menggenggam erat anak panah yang terus berputar di hadapannya namun tak maju seinci pun: “Tidak tahu, tapi.” Gao Leihua mengeratkan genggamannya, anak panah di tangannya hancur berkeping-keping!
“Dia seolah ingin memancing kita untuk mengejarnya.” Senyum jahat mengembang di sudut bibir Gao Leihua! Meski tadi perempuan itu bergerak cepat, namun rute pelariannya sengaja ditampilkan sepenuhnya di hadapan matanya.
“Lalu apakah kita akan mengejarnya?” tanya Xiao San dengan ragu.
“Hehe!” Senyuman di wajah Gao Leihua semakin mengerang: “Tentu, ayo kita lihat. Mari kita selidiki maksud di balik usahanya menarik kita kesana.”
“Kak Gao Leihua, sebaiknya kita tidak perlu pergi. Masalah rumit seperti ini lebih baik dihindari.” Xiao San mencoba membujuk.
“Hehe.” Gao Leihua tertawa ringan: “Lebih baik kita periksa, kalau tidak, aku yakin dia akan terus mengganggu hingga kita mengikutinya!”
“Baiklah.” Melihat Gao Leihua bersikeras, Xiao San pun terpaksa menganggukkan kepala.
Gao Leihua menggetarkan tali kaku di tangannya, lalu mulai menunggang kuda menuju kedalaman gurun yang luas ini.
"Hampir sampai, di sinilah tempatnya!" Gao Leihua membawa Xiao San menjelajahi padang gurun mengikuti rute pelarian perempuan itu. Tepat! Setelah berjalan tidak jauh, mereka melihat siluet samar perempuan itu berdiri seolah menanti kedatangan mereka.
Begitu melihat Gao Leihua dan Xiao San mendekat, perempuan itu kembali mulai berlari di depan. Demikianlah, di bawah pimpinan perempuan ini, Gao Leihua dengan tempo terukur terus membuntuti dari belakang, memasuki wilayah terdalam padang gurun.
Setelah melanjutkan perjalanan beberapa li, kabut mulai muncul secara bertahap di sekitar lokasi tempat Gao Leihua berada sekarang.
"Apa yang terjadi?" Xiao San memandang sekeliling dengan tatapan bingung menatap kabut tebal. Daerah gersang ini biasanya bahkan tidak memiliki sedikit pun kandungan air, bagaimana mungkin tiba-tiba muncul kabut di saat seperti ini?!
“Hehe, sudah sampai.” Gao Leihua di depan tiba-tiba mengangkat kepala dan berkata kepada Xiao San di belakangnya. Perempuan di depan itu telah menghilang tepat di hadapan mereka!
“Hm?!” Xiao San menoleh, mengikuti arah pandangan Gao Leihua: “Langit!” teriaknya kagum. Di depan Xiao San berdiri dua silinder raksasa! Tiang-tiang itu begitu tinggi hingga puncaknya tak terlihat, dan tampaknya hanya ada dua tiang batu besar!
Tiang batu itu terlihat semakin misterius dikelilingi kabut! Di antara kedua tiang tersebut terbentang kegelapan tak bertepi, sama sekali tak terlihat barang apa pun.
“Ayo, masuk.” Gao Leihua tersenyum sinis, menggenggam tangan Xiao San lalu melangkah mantap menuju gerbang tiang batu itu!
Swoosh! Saat melewati tiang batu, Xiao San dan Gao Leihua merasakan penglihatan mereka mendadak gelap, kemudian terang kembali.
“Pintu teleportasi?!” Xiao San terkejut berseru. Tak disangka dua tiang raksasa itu ternyata merupakan gerbang teleportasi!
Gao Leihua mengerutkan alisnya. Setelah melewati tiang batu, pandangannya tiba-tiba terang.
Yang muncul di hadapan Gao Leihua adalah sebuah aula raksasa! Agak mirip dengan aula besar dalam mitologi Yunani! Aula batu yang megah dan perkasa ini sepenuhnya terbuat dari batu. Tempat ini seharusnya merupakan sebuah kuil. Gao Leihua mengangguk dalam hati, tepat di tengah kuil berdiri sebuah patung kolosal yang mendominasi pusat kuil!
"Ini!" teriak Xiao San takjub setelah mengamati patung dewa di kuil tersebut dengan seksama: "Patung Dewa Petir!"
"Dewa Petir?" Gao Leihua memandang patung batu raksasa ini. Tangan kiri patung menggenggam tongkat merah darah setinggi manusia, sementara tangan kanannya memegang pedang panjang yang sangat familiar bagi Gao Leihua! Benar, itu adalah pedang yang saat ini menjadi senjata andalannya - Pedang Dewa Petir!
"Apakah ini... Kuil Dewa Petir?!" Xiao San menatap takjub ke arah kuil ini. Dia tidak menyangka mereka justru sampai di Kuil Dewa Petir yang legendaris. Dewa Petir, dalam mitos prasejarah adalah seorang dewa besar yang merepresentasikan putusan dan hukuman ilahi!
Pada era prasejarah yang jauh, saat tulisan manusia bahkan belum ada. Yang tersisa hanyalah sedikit legenda tentang Dewa Petir yang diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Era itu adalah zaman para dewa. Berbeda dengan sekarang, saat itu dewa petir, dewa angin, dewi salju, dan dewa-dewa lain menguasai seluruh benua. Pada masa itu, kuil-kuil berbagai dewa tersebar di seluruh penjuru dunia.
Entah sejak kapan, jumlah dewa yang diingat manusia semakin berkurang. Kuil-kuil tersebut satu per satu menghilang tanpa alasan jelas dalam aliran sejarah. Yang tersisa hanyalah Kuil Cahaya dan kuil-kuil milik berbagai suku mereka sendiri.
"Bagus, penglihatan gadis kecil ini cukup tajam." Dari sayap samping Kuil Petir, muncul seorang sesepuh. Di belakangnya mengikuti dua belas pemuda-pemudi. Enam pria dan enam perempuan berdiri dalam dua barisan yang seimbang.
Di antara enam perempuan ini, Gao Leihua menemukan wanita yang menembaknya dengan panah, postur tubuhnya ramping dan jenjang. Yang utama adalah busur panjang yang sangat mencolok di bahunya membuat Gao Leihua mengenalinya.
"Tidak tahu maksud kalian membawaku ke sini untuk urusan apa." Mata Gao Leihua menatap tajam ke sesepuh itu. Getaran kekuatan dari tubuh sesepuh itu terasa aneh. Seolah-olah dia adalah eksistensi Saint tingkat tujuh, tapi tubuhnya membawa aura samar kekuatan tingkat delapan. Namun Gao Leihua yakin sesepuh ini hanya berlevel tujuh.
"Tuan Gao Leihua." Sesepuh itu menghampiri Gao Leihua lalu berkata: "Menurut informasi kami, kau mengalahkan Xie Lin·Luo Di, benar kan?"
"Hehe." Gao Leihua tertawa ringan sambil menganggukkan kepala.
"Kemudian, Tuan Gao Leihua juga merebut Pisau Hukuman dari tangannya, ya?" Sesepuh itu berbisik pelan.
Gao Leihua tersenyum, menunjuk pedang panjang di punggungnya. Pedang yang tertancap miring di punggungnya itu persis Pisau Hukuman!
“Tepat! Pisau Hukuman.” Mata sesepuh itu terbuka lebar kemudian perlahan terpejam, ia mengangguk lembut: "Tuan Gao Leihua, hamba yang tak berarti ini punya permintaan. Mungkinkah Tuan mengembalikan Pisau Hukuman ini ke Kuil Petir kami? Senjata ini memang merupakan milik Dewa Petir kami yang agung. Apakah Tuan berkenan menyerahkannya kembali?"
Sudut bibir Gao Leihua memperlihatkan ekspresi mengejek: "Mengapa harus kuserahkan Pisau Hukuman padamu? Senjata ini kurebut dari tangan Xie Lin·Luo Di. Tak ada keharusan bagiku untuk memberikannya padamu."
"Tuan Gao Leihua, Pisau Hukuman pada dasarnya adalah milik Kuil Petir kami," sesepuh itu berbisik pelan: "Hanya saja dicuri oleh Xie Lin·Luo Di beberapa tahun silam. Ini memang sejak awal menjadi hak kami."
"Tetua, tak perlu bicara panjang lebar!" Seorang pria muda di sampingnya berseru: "Langsung saja kita rebut pedang di tangannya! Daripada buang waktu berbicara dengannya!"
"Rebut?" Gao Leihua menyeringai sinis, matanya tiba-tiba memancarkan kilau dingin! Seketika, aura intimidatif dahsyat menghantam kedua belas orang di hadapannya! Gao Leihua telah mencapai kedewaan, dalam keadaan normal hanya mereka yang indra keenamnya tajam yang bisa merasakan tekanannya. Tapi saat dilepaskan, itulah wibawa seorang dewa sejati!
Kedua belas orang itu langsung terhuyung, pria muda yang menjadi sasaran utama wajahnya pucat pasi, "Waah!" Dia muntah darah segar sebelum tubuhnya ambruk lemas di tanah!
Xiao San menatap kosong. Hanya dengan aura intimidatif saja bisa membuat seseorang muntah darah dan cedera - ini adalah tingkat kekuatan yang tak terbayangkan bagi manusia biasa!
“Kalian masih berniat merebut?” Gao Leihua menyeringai dingin: “Apakah kalian menganggapku Gao Leihua mudah ditindas? Jadi berani merampas milikku? Saat Pisau Hukuman berada di tangan Xie Lin·Luo Di dulu, mengapa tak kalian rampas?! Sekawanan pengecut yang hanya berani lawan yang lemah!”
“Tuan Gao Leihua, tindakanmu keterlaluan. Pisau Hukuman ini memang benda pusaka istana kami. Jika tak mau mengembalikan pun tak apa, tapi mengapa harus melukai orang?” Sesepuh itu berkata dengan napas tersengal.
“Hmph, alasanku bertindak kau pasti paham di hati.” Gao Leihua berkata dingin: “Di dunia ini, tak ada satu pun yang bisa merebut barang dari tanganku Gao Leihua!”
“Tuan Gao Leihua, bisakah kau tarik kembali aura intimidasimu? Mari kita berdiskusi baik-baik.” Sesepuh itu merendahkan posturnya sambil berbisik, melihat anak buahnya hampir tak sanggup menahan tekanan.
Gao Leihua tertawa ringan, menarik kembali aura intimidatif yang dikenakan pada dua belas orang itu. Seketika, dua belas orang itu merasa seperti baru dibebaskan, menghela napas lega. Hanya beberapa puluh detik terpapar aura intimidatif, mereka sudah berkeringat dingin sepenuh badan.
"Baik, apa yang ingin kau bahas denganku. Aku sedang terburu-buru sekarang, tak ada waktu untuk membuang-buang dengan kalian!" Gao Leihua memandang dingin ke arah sesepuh itu.
"Tenang saja, Tuan Gao Leihua, kami sama sekali tidak akan menyia-nyiakan waktu. Sebelumnya, bolehkah saya mengajukan satu pertanyaan kepada Tuan?" Sesepuh itu membuka matanya menatap Gao Leihua.
"Tanyakan saja, tapi belum tentu kujawab." Jawab Gao Leihua.
"Tuan Gao Leihua, apakah Anda sudah menguasai kedewaan dewa petir?" Sesepuh itu menatap Gao Leihua dengan harapan.
"Hm." Gao Leihua menganggukkan kepala.
Begitu kata-kata itu keluar, sebelas pemuda di belakang sesepuh itu langsung memucat. Satu orang lainnya sudah wajah pucat bagai mayat. Pencerahan kedewaan Gao Leihua seolah menjadi kabar buruk yang menyedihkan bagi mereka.
Apalagi pemuda yang awalnya ingin merebut dari Tuan Gao Leihua, sekarang wajahnya pucat pasi.
"Tepat seperti dugaan!" Ekspresi sesepuh itu berbinar: "Tuan Gao Leihua, sudikah Anda mengikuti hamba ke barisan belakang? Ada suatu benda yang ingin hamba perlihatkan kepada Tuan..."
