IBUKOTA
Gao Leihua mendarat di tanah tepat di luar kota, kemudian dengan Bola-Bola di punggung dan Mengsi di pelukannya, berjalan menuju ibukota.
Saat tiba di dekat pintu gerbang, seperti biasa Gao Leihua melangkah perlahan ke depan.
"Tunggu, pajak masuk kota." Seorang prajurit menghalangi jalan di depan Gao Leihua: "Masuk kota, dua keping perak. Satu perak per orang." Prajurit itu menunjuk Gao Leihua dan Mengsi yang sedang digendongnya.
"Hm?" Gao Leihua curiga: "Aku sudah cukup lama di sini, tak pernah dengar soal pajak masuk kota." Dua koin perak itu sebenarnya bukan masalah baginya, tapi sikap tak sabar mulai terlihat.
"Eh? Mentor Gao Leihua?! Benarkah ini Mentor Gao Leihua!" Tiba-tiba, seorang anak laki-laki berjubah sihir di sebelahnya memanggil dengan gembira.
"Memanggilku?" Gao Leihua menoleh, baru teringat statusnya sebagai instruktur tituler di sebuah akademi. Karena tak pernah dipanggil demikian sebelumnya, ia sempat bingung.
"Baik, biar kubayarkan pajak masuk Mentor Gao Leihua." Siswa pria itu mengeluarkan kantong kain dari pelukannya, menghitung dua koin perak untuk prajurit.
Gao Leihua mengerutkan alis. Dari ekspresi siswa pria ini terlihat jelas kehidupannya yang pas-pasan.
"Silakan lewat." Setelah menerima pajak masuk kota, para prajurit pun menyingkir ke samping dan mengizinkan mereka masuk.
“Kau siapa namanya?” Setelah masuk kota, Gao Leihua bertanya.
“Michael Jackson.” Anak laki-laki itu menjawab.
“Kau mengenal aku? Aku ingat tidak pernah muncul beberapa kali di akademi.” Gao Leihua berkata, wajahnya menunjukkan rasa malu. Dirinya memang tidak pernah lama berada di Sekolah Sihir dan Ilmu Beladiri Saint Peter.
“Ya! Mentor Gao Leihua, saat pertandingan tantangan akademi sebelumnya, Mentor dengan mudah mengalahkan Ksatria Emas Bianse. Aku sangat mengingat penampilan Mentor waktu itu!” Michael Jackson melambaikan tongkat sihirnya: “Penampilan Mentor saat itu luar biasa!”
“Heh, sepertinya kau seorang guru.” Gao Leihua menatap jubah guru yang dikenakan Michael Jackson: “Bagaimana, sebagai seorang guru, kau masih suka pertempuran antar ksatria?”
“Kenapa? Apa guru tidak boleh menyukai ilmu bela diri?” Michael Jackson tersenyum licik.
Gao Leihua mengamati tubuh kurus Jackson sambil tertawa: “Kau terlihat terlalu ringkih.”
"Bukankah Mentor Gao Leihua juga kurang berotot?" Mike Jackson tidak mau kalah, postur tubuh Gao Leihua saat ini juga termasuk golongan "kurus" standar.
Gao Leihua menatap ekspresinya di cermin, menggelengkan kepala pasrah. Saat di Bumi dulu, penampilannya tidak seperti ini. Seketika ia teringat transformasi tubuhnya: "Ngomong-ngomong Mike, sistem pajak di pintu gerbang kota itu bagaimana? Sudah dua bulan aku tinggal di sini, kok tidak tahu?"
"Hmm, aku juga tidak paham. Tapi kabarnya Kekaisaran Cahaya sedang bersiap perang." Mike Jackson tersenyum tipis: "Hal-hal seperti ini bukan urusan kami rakyat biasa. Kami malas ikut campur. Perang cuma akan membuat kami menderita."
Perang. Gao Leihua mengerutkan alis. Baru saja dia membunuh sang putra mahkota, lalu Kekaisaran Cahaya langsung bersiap tempur? Jangan-jangan ini terkait dirinya? Gao Leihua bertanya-tanya dalam hati.
"Gao Leihua justru menebak dengan benar, meskipun Perang ini tidak ada hubungan langsung dengan Gao Leihua, tapi secara tidak langsung disebabkan olehnya."
Untuk sementara waktu, Gao Leihua dan Mike Jackson diam seribu bahasa, perlahan berjalan maju.
"Eh? Kapan toko perhiasan ini buka di sini?" Tiba-tiba Gao Leihua menatap toko perhiasan di pinggir jalan sambil berjalan.
"Oh, ini baru buka dua hari lalu, toko perhiasan yang cukup terkenal." Mike Jackson sepertinya punya jalur kabar yang bagus, bahkan hal-hal seperti ini bisa diketahuinya.
"Mari kita masuk lihat." Gao Leihua mengajak Mike Jackson menuju toko perhiasan itu.
"Mentor Gao Leihua, itu, apa kau yakin mau masuk?" Wajah Mike Jackson memerah, di dunia ini perhiasan adalah hak eksklusif perempuan, makna toko perhiasan sama sekali tidak berbeda dengan toko khusus pakaian perempuan.
"Hm, kebetulan, aku ingin membelikan sesuatu untuknya." Gao Leihua membawa Mike Jackson melangkah masuk ke toko perhiasan ini.
“Selamat datang, ingin membeli apa?” Pelayan tertegun sejenak melihat dua pria yang masuk, tapi segera menyusul respons cepatnya.
“Hm, saya ingin membeli perhiasan untuk tunangan saya.” Gao Leihua tersenyum.
“Ah, sungguh beruntung tunangan Tuan! Aku belum pernah melihat pria yang mau datang ke toko semacam ini untuk pasangannya.” Pelayan dengan kemampuan menerima yang baik ini langsung memandu, “Tuan, ada model spesial yang diinginkan? Mengingat Anda pelanggan pria pertama kami, saya beri diskon 20%.”
“Hehe, terima kasih banyak.” Gao Leihua menganggukkan kepala sambil mulai mengamati koleksi perhiasan di sekelilingnya.
Mike Jackson yang memerah wajahnya terus membuntuti Gao Leihua dari belakang, ingin keluar tapi malu untuk melakukannya.
“Jackson,” sambil tetap mengamati liontin di etalase, Gao Leihua bertanya sambil tersenyum, “Kalau bukan ada urusan penting, pasti kau takkan ikut masuk ke sini kan?”
“Aku, aku.” Michael Jackson menundukkan kepala, mengulang-ulang kata 'aku' namun tak kunjung melanjutkan.
“Tenang, katakan saja apa masalahnya, hehe. Asalkan bisa kulakukan, pasti akan kutolong.” Gao Leihua tersenyum licik.
“Aku, aku tidak apa-apa.” Michael Jackson menundukkan kepala.
“Baiklah, kalau kau bertahan tidak mau bicara, sudahlah.” Gao Leihua tersenyum. “Lain kali, jika kau mau bicara, temui saja aku.”
Setelah berkata demikian, Gao Leihua mengeluarkan sepasang anting berbentuk salib bertatahkan permata biru kecil dari telinganya: “Nona Pelayan, aku pilih yang ini. Bisa dibungkus?”
“Tidak masalah.” Pelayan itu menerima anting-anting tersebut sambil tersenyum: “Tuan memang punya selera yang unik. Anting ini bernama 'Air Mata Lautan', karya master ternama. Nilainya seribu koin emas, untuk Tuan saya beri diskon 20%, jadi delapan ratus koin emas.” Dengan cekatan, pelayan memasangkan anting itu ke dalam kotak kecil dan membungkusnya rapi.
“Terima kasih.” Gao Leihua mengeluarkan kartu kristal magis dan menyelesaikan transaksi. Setelah kembali dari lelang sebelumnya, harta Gao Leihua memang bertambah cukup signifikan dengan banyaknya koin emas yang dimilikinya.
Membawa Mike Jackson keluar dari toko perhiasan tersebut.
"Mike Jackson, jika kau ingin memberitahuku nanti, datanglah mencariku." Gao Leihua menepuk bahu penyihir muda ini. Dia bisa melihat ada sesuatu yang ingin diungkapkan pemuda itu, namun masih ragu-ragu.
"Hm! Terima kasih Mentor Gao Leihua. Kalau begitu aku pulang dulu." Ekspresi Mike Jackson terlihat jauh lebih cerah. Setelah melambaikan tangan ke Gao Leihua, dia berlari penuh semangat ke depan.
Memandang sosok Mike Jackson yang semakin menjauh, Gao Leihua tersenyum tipis lalu menggendong Mengsi berjalan menuju rumahnya.
……
Saat ini, di rumah Jingxin.
Tetua Agung Arwah memperlihatkan senyum sinis di wajahnya, sedang mengukir sebuah formasi magis di tanah. Di sampingnya, Rhein·Charlie membantu Tetua Penyihir Arwah dengan melakukan tugas-tugas kecil seperti menyerahkan bahan-bahan sihir dan mengantarkan ramuan magis.
"Cekikikan! Cekikikan~~" Senyum sinis di wajah Tetua Agung Arwah semakin mengerikan, membuat Rhein·Charlie yang berdiri di sebelahnya takut hingga seluruh tubuhnya membeku.
"Teknik Pembunuh, ber-evolusilah!" Tetua Agung Arwah menutup matanya, meletakkan bahan terakhir ke dalam formasi magis ini. Formasi magis menyala dengan kilatan cahaya sesaat. Namun cahaya itu segera meredup dengan cepat...
"Cekikikan~ Charlie, aku berhasil." Tetua Agung Arwah menyeringai: "Teknik Pembunuh akhirnya berevolusi! Haha!"
"Apa efektivitasnya?" Rhein·Charlie gemetar ketakutan melihat senyum jahat Tetua Agung Arwah, kini tawannya terasa dipaksakan.
"Haha, begini penjelasannya. Dulu aku maksimal hanya bisa membawa enam Pembunuh tingkat kesucian. Sekarang, setelah teknik Pembunuh berevolusi, keenam Pembunuh tingkat kesucian ini masing-masing bisa membawa dua penguasa kuat yang levelnya lebih rendah dari mereka sendiri. Haha!" Tetua Arwah terkekeh licik, sementara dalam hatinya merencanakan percobaan. Siapa kira-kira yang akan menjadi subjek percobaan pertama sang Tetua Arwah? Kebetulan saat ini Ketua Organisasi "Soren" yang malang sedang menuju rumah Gao Leihua. Mungkinkah dia akan menjadi kelinci percobaan pertama?
"Lalu kapan kamu mau membuatkan Pemburu Pembantai yang lebih hebat untukku?" Rhein·Charlie bersemangat. Bukan hal mudah baginya menjadi asisten Tetua Arwah seperti adik junior ini! Semua demi mendapatkan Pemburu Pembantai keren.
"Hehe, ini tergantung pada dirimu sendiri!" Tetua Arwah tertawa. "Seberapa baik bahan yang kau temukan, sebaik itu pula barang yang bisa kubuat. Prinsipku jelas: satu bahan satu barang!"
……
Gao Leihua dengan lembut mendorong pintu gerbang taman.
"Aku kembali!" Gao Leihua berkata lembut setelah mendorong pintu, lalu berjalan menuju aula.
Sesampainya di aula, Gao Leihua melihat Jingxin sedang duduk di meja restoran dengan wajah bahagia, pelan-pelan menyantap sesuatu. Ekspresi bahagia di wajahnya menunjukkan betapa nikmatnya makanan itu. Rambut biru laut panjang Jingxin terurai di bahunya, sesekali dia menyisirnya ke belakang.
Hati Gao Leihua terasa hangat. Kapanpun melihat Jingxin, dia selalu merasa nyaman. Tapi, bagaimana adegan ini terlihat berkesan familiar?
"Jingxin, aku kembali." Gao Leihua mendekati Jingxin, lalu mengulurkan tangan hendak secara kebiasaan mengangkat rambut Jingxin.
Namun saat ini, Jingxin yang sedang makan tiba-tiba menoleh sambil memperlihatkan senyuman bermain-main.
"Krak!" Tangan Gao Leihua langsung kaku di angkasa. Setelah mengamankan Mengsi dan Qiuqiu di pelukan, seluruh tubuhnya gesit melompat ke belakang. Lalu menatap ke atas sambil bertanya dengan suara lemah: "Ini Jingxin atau Ibu Mertua Yang Mulia?"
"Hmm! Nak, kali ini kau cukup cepat bereaksi." Tiba-tiba sosok Ayah Mertua yang sebesar menara hitam muncul di samping Gao Leihua. Dengan trisula di tangan yang penuh aura pembunuh, ia berkata pada Gao Leihua.
"Haha, haha." Gao Leihua tersenyum malu. Hampir saja ia lupa bahwa Ibu Mertua masih ada di rumah.
Saat itu, Jingxin dari dalam rumah juga keluar. Ia memberikan senyuman ringan pada Gao Leihua.
"Yang ini pasti Jingxin asli!" Gao Leihua dengan lembut meletakkan Mengsi di pelukannya ke samping, lalu berlari mendekati Jingxin. Dengan hati-hati ia mengambil piring dari tangan Jingxin: "Jingxin, tutup matamu. Aku membawakan hadiah untukmu."
Jingxin berkedip penuh tanda tanya, lalu menganggukkan kepala dan menutup matanya.
Gao Leihua memeluk Jingxin dengan hati-hati. Lalu mengeluarkan sepasang anting-anting dari pelukannya, lalu dengan lembut mengenakannya di telinga Jingxin...
