Sejak datang ke rumah Jingxin, Gao Leihua belum pernah membelikan perhiasan apapun untuk Jingxin. Meskipun merasa pasangan anting pilihannya cukup bagus, Gao Leihua tidak tahu apakah ini cocok untuk Jingxin.
Setelah dengan lembut memasangkan "Air Mata Laut" di telinga Jingxin, Gao Leihua menarik napas lega. Anting-anting itu terlihat sangat sempurna di telinganya, seolah-olah memang dirancang khusus untuk Jingxin.
Jingxin yang tak pernah berdandan pun terlihat semakin mengesankan dengan hiasan anting-anting ini.
Jingyin, sang mertua perempuan, menyikut lembut Raja Lautan di sampingnya, memberi isyarat agar Raja Lautan belajar dari Gao Leihua. Sejujurnya, perbedaan antara Gao Leihua dengan pria di dunia ini terlalu mencolok. Membelikan perhiasan untuk perempuan mereka adalah hal yang sangat langka di dunia yang menganut prinsip kekuatan militer di atas segalanya ini, karena biasanya pria tidak akan memasuki toko perhiasan. Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya, di dunia ini, seorang pria yang masuk ke toko perhiasan sama memalukannya dengan seorang pria dewasa di Bumi yang masuk ke toko khusus pakaian dalam perempuan.
"Sudah selesai." Gao Leihua dengan berat hati melepas pelukan dari Jingxin, lalu bertanya dengan suara lembut: "Bagaimana?"
Jingxin membuka matanya, lalu mengulurkan tangan kanannya untuk menyentuh cuping telinganya.
Dengan gesit, Gao Leihua mengeluarkan sebuah cermin dan menempatkannya di hadapan Jingxin.
Memandangi bayangannya sendiri di cermin, senyuman indah merekah di wajah Jingxin. Kecantikan memang selalu menjadi daya tarik universal, dan Jingxin pun tak bisa lepas dari hal itu.
Di hadapan Raja Lautan dan ibu mertua Jingyin, Jingxin dengan ceria langsung memeluk Gao Leihua dan memberikannya French kiss yang romantis. Inilah karakter Jingxin yang meskipun terkesan dingin, selalu bertindak langsung sesuai keinginan hatinya. Jika ingin mencium, langsung dicium. Tanpa basa-basi.
Jingyin memandangi putrinya dengan perasaan kagum, lalu menyikut lengan Raja Lautan dengan geram. Pesannya jelas - Raja Lautan harus mengerahkan segala upaya untuk memilih perhiasan bagi sang istri abadi yang tetap muda dan cantik...
……
"Eh, Ayah, siapa orang ini?" tanya Jin Sha'er si putri bungsu yang selama ini bersama nenek Jingyin, heran melihat Xiao Mengsi yang digendong Gao Leihua. Kemiripan Mengsi dan Xiao Jin Sha'er benar-benar persis sama. Jin Sha'er kecil merangkak mendekati Mengsi lalu mengulurkan tangan mungilnya menusuk-nusuk pipi Mengsi.
Setelah mendengar perkataan Xiao Jin Sha'er, Gao Leihua dengan berat hati melepaskan bibir merah Jingxin dan memandang ke arah Mengsi yang berada di depan Xiao Jin Sha'er.
Jingxin juga menoleh ke belakang, lalu matanya tertuju pada gadis kecil yang berwajah persis sama dengan Xiao Jin Sha'er itu.
"Hehe, gadis kecil ini namanya Mengsi," kata Gao Leihua sambil melepas pelukan Jingxin, lalu dengan perlahan menceritakan secara detail peristiwa di Dataran Es Besar dan asal-usul Mengsi kepada Jingxin dan yang lain.
Raja Lautan mengernyitkan alis sambil mengamati gadis baru yang dibawa Gao Leihua ini. Terutama saat mendengar bahwa Mengsi disegel oleh Dewa Petir, matanya menyipit penuh kecurigaan. Namun meski telah menguras seluruh ingatannya, tetap tak ada data apapun tentang gadis ini. Bagaimanapun juga Raja Lautan adalah penguasa lautan, urusan daratan bukanlah bidang keahliannya.
Kini, Xiao Jin Sha'er dan Xiao Mengsi saling melototi. Melihat sosok yang persis sama dengan diri mereka sendiri, kedua si kecil itu menjadi sangat tertarik.
"Adik, Ayah bilang namamu Mengsi ya!" Xiao Jin Sha'er merangkak mendekati Mengsi.
Mengsi mengangguk pelan-pelan.
"Haha!" Xiao Jin Sha'er tertawa, "Kalau gitu mulai sekarang panggil aku Kakak ya, di rumah ini aku yang akan melindungimu!"
……
"Hah, Saudara Gao, kau sudah kembali?" Tiba-tiba Tetua Agung dan Rhein·Charlie turun dari lantai atas setelah menyelesaikan eksperimen. Mereka langsung melihat sosok Gao Leihua yang mencolok dan dua Xiao Jin Sha'er berwarna hitam-putih: "Eh? Saudara Gao, dari mana lagi kau dapatkan Xiao Jin Sha'er ini?"
Gao Leihua hanya bisa tersenyum kecut, lalu kembali menceritakan secara singkat kejadian di dataran es besar kepada semua orang.
Rhein·Charlie juga memandangi Xiao Mengsi dengan bingung, tak ada informasi tentang gadis kecil ini dalam memorinya. Namun peristiwa penyegelan gadis ini seharusnya terjadi setelah Rhein·Charlie sendiri disegel oleh beberapa Dewa Cahaya ke Lembah Arwah-Arwah.
Saat itu Rhein·Charlie memimpin aliansi manusia, bangsa binatang, dan peri untuk melawan Iblis. Saat itu setelan Dewa Peri masih melekat pada tubuh Dewa Peri itu sendiri. Ketika Gao Leihua menemukan setelan Dewa Peri ini, setelan tersebut sudah digunakan sebagai posisi formasi magis untuk menyegel.
"Eh, Tetua Agung. Mana Bayi?" Gao Leihua memandangi tetua dengan curiga. Seharusnya Tetua Arwah tak pernah melepas Bayi dari pengawasannya, hari ini kenapa? Tak terlihat bayangan Bayi sama sekali?
"Oh, kau maksud cucu perempuanku itu." Jingyin, sang mertua perempuan tiba-tiba menyela. "Tadi siang kusuruh Jingxin menyusuinya, sekarang mungkin dia masih tidur."
“Oh.” Gao Leihua menganggukkan kepala: “Aku tidak ada beberapa hari ini, rumah tidak ada masalah apa-apa kan?”
“Ada masalah sedikit malah lebih baik.” Ayah mertua yang bertubuh seperti menara besi, Yang Mulia Raja Lautan bersungut: “Sebelum kau pergi kau takut ada yang cari masalah. Aku sudah di sini begitu lama, jangankan pencari masalah, bayangan orang pun tidak kelihatan. Orang-orang Kuil Cahaya memang datang setiap hari, tapi cuma untuk mengantar uang.”
“Heh, tidak ada masalah justru yang terbaik, bukan?” Gao Leihua tertawa ringan, kabar baik baginya bahwa rumah aman-aman saja.
Braak! Braak! Braak! Saat itu, pintu gerbang taman diketuk orang.
“Pasti lagi kurir pengantar uang dari Kuil Cahaya hari ini.” Raja Lautan pasrah menjentikkan jari, pintu gerbang besar terbuka secara otomatis.
Tapi kali ini diluar dugaan Raja Lautan, yang datang adalah seorang pria berbaju hitam bertubuh kurus.
"Haha! Apa ini orang yang datang mencari masalah?!" Raja Lautan langsung berdiri penuh semangat. Sungguh memalukan bagi sosok termasyhur seperti Raja Lautan melakukan hal yang tidak sopan seperti ini. Tapi melihat dia sudah berhari-hari berjaga seperti pengasuh di rumah Gao Leihua, bahkan seorang Santo pun pasti sudah tidak tahan.
"Bukan, bukan. Saya datang mencari Tuan Gao Leihua." Pria berbaju hitam itu langsung melambaikan tangan gugup melihat aura mengintimidasi dari Raja Lautan.
"Lho, bukankah ini Solon!" Gao Leihua menyeringai licik melihat tamu itu. Di pintu masuk berdiri pria berbaju hitam Solon yang biasanya selalu mengawal Putra Mahkota Kekaisaran Cahaya.
"Hehe, syukur Tuan Gao Leihua ada di rumah." Solon mengusap keringatnya. Tekanan dari pria seperti menara besi tadi benar-benar membuatnya ketakutan. Ia melirik Gao Leihia, dalam hatinya bergumam: orang sejenis memang berkumpul, semua teman Gao Leihua tidak ada yang mudah dikunyah.
“Ada apa?” Gao Leihua menyipitkan matanya memandang Soren. Ingat si bajingan ini pernah berjanji akan menyerahkan toko waralaba "Xue Sha" terbesar di benua ini padanya, tapi beberapa hari ini dirinya tidak berada di rumah.
“Tuan Gao Leihua, saya datang untuk merealisasikan janji saya.” Soren menghampiri Gao Leihua dan menyerahkan sebuah kontrak sihir: “Ini adalah kontrak toko pakaian 'Xue Sha' yang paling terkenal di benua. Saat ini, saya secara resmi menyerahkan 'Xue Sha' kepada Saudara Gao Leihua. Besok saya akan membawa penanggung jawab utama Xue Sha untuk menemui Tuan Gao Leihua. Mulai besok, Xue Sha akan bekerja di bawah komando Tuan. Xue Sha secara resmi menjadi milik Tuan Gao Leihua, hehe.”
Gao Leihua tersenyum licik, tanpa ragu menerima kontrak sihir tersebut lalu menyerahkannya ke tangan Tetua Agung di belakangnya. Kemudian ia memalingkan kepala ke arah Soren: "Sesuai syarat waktu itu, kau serahkan Xue Sha padaku, dan aku akan membunuh rivalmu. Kali ini, siapa targetnya?"
"Saya ingin Tuan membunuh seluruh enam anggota faksi kanan." Soren mengeluarkan enam foto proyeksi magis dari dalam pelukannya dan memberikannya pada Gao Leihua: "Semuanya saya serahkan pada Tuan."
"Baik, beri tahu lokasi mereka saat ini." Gao Leihua menerima foto magis itu sambil melirik: "Malam ini akan kuhabisi mereka. Tapi membunuh enam orang sekaligus pasti akan membuat orang curiga itu ulahmu."
"Memang tidak ada cara lain." Soren tersenyum getir: "Lebih baik mereka mati meski semua tahu itu perbuatanku, daripada membiarkan mereka hidup. Keberadaan enam orang ini menghalangi rencanaku menyatukan organisasi."
"Hal ini, biar aku yang menyelesaikan masalah." Kilatan cahaya fanatik muncul di mata Tetua Agung! Kebetulan ia membutuhkan sekelompok orang untuk menguji kemampuan barunya: "Aku bisa membuat keenam bajingan itu mulai besok sepenuhnya patuh pada perintahmu!"
Gao Leihua curiga menatap Tetua Arwah. Mungkinkah Tetua Arwah ingin mengubah keenam orang itu menjadi boneka Pembunuh?
Tetua Arwah membisikkan sesuatu di telinga Gao Leihua, lalu keduanya sama-sama memperlihatkan senyuman licik.
"Malam ini, apakah kau bisa mengumpulkan mereka di satu tempat?" Gao Leihua menatap Soren: "Asalkan kau bisa mengumpulkan mereka berenam malam ini, aku akan memberimu enam anak buah yang setia mutlak dan takkan pernah mengkhianatimu."
"Tuan Gao Leihua, kau tidak sedang bercanda?" Soren tampak sulit mempercayainya, tak pernah berkhianat?! Mungkinkah ini bisa dilakukan?
“Jangan kau urusi apakah aku bisa melakukannya atau tidak.” Gao Leihua tersenyum sinis: “Kau hanya perlu menarik mereka berkumpul bersama. Bahkan jika aku tak bisa membuat mereka benar-benar patuh padamu, aku tetap bisa membunuh mereka.”
Soren mengangguk setelah mendengar penjelasan yang masuk akal: “Baiklah, Tuan Gao Leihua. Nanti malam akan kucoba kumpulkan enam orang itu di tempat yang ditentukan.”
“Sekarang kau bisa pulang untuk mempersiapkan pertemuan mereka. Pukul delapan malam, kutunggu di wilayah hutan itu.” Ujar Gao Leihua.
“Baik, Tuan Gao Leihua. Untuk urusan mengumpulkan mereka, aku masih mampu melakukannya.” Soren mengangguk pasrah, merasa kecewa karena harus mengandalkan kekuatan pria ini untuk menyatukan organisasi.
Sekitar pukul delapan malam
Tepat seperti janji, Soren berhasil membawa enam anggota faksi oposisi mengikutinya ke hutan besar dengan cara misterius.
Gao Leihua dan Tetua Arwah melayang di angkasa sambil memandang dingin ke bawah.
“Kelompok ini bisa diproduksi sebagai boneka kelas dua.” Tetua Arwah menatap sekumpulan orang yang dibawa Soren sambil tersenyum licik.
Sedangkan untuk menguasai beberapa boneka kelas dua ini, masih diperlukan seorang Pembunuh satu tingkat...
