Seolah merasakan kedatangan Gao Leihua, Jingxin menoleh sebentar ke arahnya sebelum kembali memandang cakrawala laut di kejauhan.
“Jingxin, ada apa? Apakah terjadi sesuatu?” Gao Leihua mendekat dengan hati-hati.
Saat ini Jingxin sudah berhenti menangis. Ia berdiri sendirian memandang lautan luas, lalu menghela napas lembut. Di bawah sinar bulan, bayangannya terlihat murung.
Gao Leihua berjalan mendekati Jingxin, tiba-tiba kakinya tak sengaja tergelincir nyaris membuatnya terjatuh. Gao Leihua menunduk melihat ke bawah, lalu menemukan beberapa butir mutiara indah di bawah kakinya.
Tunggu! Melihat mutiara-mutiara ini, Gao Leihua teringat sebuah legenda. Konon, air mata putri duyung yang sedang bersedih akan berubah menjadi mutiara saat jatuh ke tanah. Pikirannya kemudian beralih ke mertuanya——Yue Zhen Tian·Poseidon, sang Raja Lautan!
Jangan-jangan Jingxin adalah putri duyung?! Gao Leihua bertanya-tanya dalam hati. Ia membungkuk dan dengan hati-hati memungut mutiara-mutiara itu. Ini adalah air mata Jingxin. Gao Leihua menyimpan mutiara itu ke dalam cincin ruang, lalu mendekati Jingxin.
"Jingxin." Gao Leihua menggenggam tangan Jingxin, memutar tubuhnya menghadap dirinya: "Apa yang terjadi denganmu malam ini?"
Mata biru laut Jingxin menatap erat Gao Leihua. Setelah lama memandang, tiba-tiba kilatan ketegasan muncul di matanya, seolah ia telah mengambil suatu keputusan penting.
Tiba-tiba Jingxin melepaskan genggaman tangan Gao Leihua, lalu berbalik melompat ke laut.
"Jingxin!" Gao Leihua menjerit histeris, tanpa pikir panjang langsung menyusul lompatan Jingxin ke laut.
Dalam proses terjun bebas, Jingxin yang melihat Gao Leihua mengikutinya menyembulkan kegembiraan samar di matanya.
Braak! Braak! Dua suara jatuh air terdengar saat Jingxin dan Gao Leihua mendarat di permukaan laut.
"Jingxin, di mana kau?!" Begitu masuk air, Gao Leihua langsung memutar-matar pandangannya dengan panik mencari siluet istrinya. Namun tak ada jejak Jingxin—seolah menyublim setelah mendarat tadi.
Gao Leihua segera menutup matanya, lalu kesadaran spiritualnya dengan cepat terkembang! Pemandangan sekitar Gao Leihua segera muncul dalam benaknya. Namun, meski telah mengembangkan kesadaran spiritual, Gao Leihua tetap tidak menemukan Jing Xin. Jing Xin seolah menghilang, lenyap tanpa jejak.
"Jing Xin! Jangan menakut-nakutiku, cepat muncul! Di mana kau?" Gao Leihua membuka matanya dan mengaum dalam air.
"Gao... Lei... Hua... Aku... aku..." Saat Gao Leihua sibuk memeriksa sekeliling dengan cemas mencari siluet Jing Xin, suara lembut nan merdu yang terputus-putus terdengar dari belakangnya. Suara itu terdengar kaku dan tidak lancar, seolah pemiliknya belum terbiasa berbicara. Namun kekakuan itu sama sekali tidak mengurangi tingkat kemerduannya.
Ketika Gao Leihua mendengar suara ini, seluruh tubuhnya bergetar! Perasaan yang tak terungkapkan muncul. Suara ini terdengar tidak wajar dan agak kaku, namun tetap memancarkan daya magis yang membuat orang terbuai. Seolah-olah suara ini membawa kekuatan magis!
"Gao, Lei, Hua." Suara ini masih terdengar belum terbiasa berbicara, tapi lebih lancar dibanding awalnya.
Menyusul, sepasang lengan putih bersih merangkul Gao Leihua dari belakang.
"Apakah itu kamu? Jingxin?" Gao Leihua menggenggam erat tangan kecil itu dengan penuh semangat, berterima kasih pada langit sialan, dia akhirnya mendengar Jingxin berbicara!
"Hm. Aku, Jingxin." Suara Jingxin sangat lembut dan halus.
Gao Leihua terus menggenggam erat tangan kecil Jingxin. Tepat! Sejak awal dia yakin Jingxin bisa bicara. Nyatanya, Jingxin benar-benar bisa berbicara.
Entah mengapa, saat benar-benar mengetahui Jingxin bisa bicara, Gao Leihua justru tidak menunjukkan gerakan antusiasme berlebihan seperti saat bertemu mertua perempuan sebelumnya.
Kali ini, Gao Leihua hanya menggenggam erat tangan Jingxin, menikmati momen ini. Saat ini dia terlalu gembira hingga tak bisa berkata-kata.
Suara Jingxin, sedikit lebih baik dibanding suara mertua perempuan. Gao Leihua bergumam dalam hati. Pasti dirinya terlihat sangat konyol sekarang, mengambang di air dengan tatapan kosong seperti idiot yang tak bergerak.
"Jingxin, kau benar-benar bisa bicara?" Gao Leihua menggenggam tangan Jingxin, bersiap menariknya ke depan tubuhnya.
"Tunggu, sebentar. Gao Lei, Hua." Suara Jingxin terdengar: "Sudahkah kau siap secara mental?"
"Maksudmu apa?" Gao Leihua bertanya dengan bingung, mungkinkah sekadar melihat Jingxin perlu persiapan mental?
"Aku, memintamu untuk, siap mental." Jingxin menempel di punggung Gao Leihua: "Sudah siap?"
"Hm." Gao Leihua mengangguk lemah, dalam hati berpikir hari ini Jingxin tampak berbeda dari biasanya.
Jingxin melepas tangan yang memeluk Gao Leihua. Kemudian, dengan sedikit tenaga, Gao Leihua menarik Jingxin hingga berada di hadapannya.
"Lei, Hua." Jingxin yang telah ditarik ke depan, berbisik lembut.
Gao Leihua memandang sosok menakjubkan di hadapannya. Rambut biru panjang Jingxin yang sebelumnya diikat kini terurai bebas. Anehnya, meskipun berada dalam air, rambutnya sama sekali tidak basah, bahkan air laut pun tak mampu membasahinya.
Pandangan Gao Leihua tiba-tiba menyempit. Di dalam air, kedua kaki jenjang Jingxin telah menghilang. Yang tersisa adalah ekor ikan biru yang berayun-ayun lembut di dalam air.
"Aku... putri duyung." Mata biru laut Jingxin menatap tajam Gao Leihua, getar kegelisahan terlihat jelas: "Kau... masih bisa menyukaiku?"
Gao Leihua tidak menjawab, dia hanya menatap Jingxin di hadapannya tanpa bergerak. Karena saat ini benak Gao Leihua benar-benar kosong, hm, kekosongan yang penuh kebahagiaan!
Melihat Gao Leihua tak kunjung merespon, sorot mata Jingxin meredup. Lalu dia menghela napas pelan. Melepaskan tangan Gao Leihua, Jingxin memutar seluruh tubuhnya.
"Jingxin!" Gao Leihua tiba-tiba memeluk Jingxin yang hendak berenang pergi. Dengan kasar dia memutar tubuh perempuan itu.
Syukurlah, nyaris saja Jingxin pergi. Gao Leihua diam-diam merasa lega. Menarik tangan Jingxin, Gao Leihua memeluknya erat-erat.
Cinta bukan diukur dari kata-kata!
Gao Leihua menahan pipi Jingxin, lalu menyatukan bibirnya dengan bibir merah Jingxin dalam ciuman yang dalam. Cinta harus dibuktikan dengan tindakan nyata!
Entah karena pengaruh air, bibir Jingxin terasa dingin. Tapi sensasi dingin ini justru membuat Gao Leihua sangat nyaman. Rasanya luar biasa enak!
Setelah dicium dengan agak kasar oleh Gao Leihua, mata Jingxin membelalak seketika, kemudian perlahan menyempit. Akhirnya, kedua tangan Jingxin memeluk kepala Gao Leihua, dengan aktif menjulurkan lidah kecilnya ke dalam mulut Gao Leihua.
Gao Leihua, cinta sejati seumur hidupnya. Juga akan menjadi satu-satunya untuk masa depannya.
"Aku cinta padamu, Jingxin." Usai ciuman, Gao Leihua memeluk erat Jingxin yang ada di pelukannya, begitu kuat hingga seolah ingin meremasnya menjadi satu dengan tubuhnya. Dipeluknya erat-erat, takut Jingxin kabur dari dekapan: "Aku bersumpah, demi hatiku yang tulus, selamanya aku mencintai Yue Jingxin." Sumpah yang klise, tapi dalam suasana saat ini terasa sangat mengharukan. Paling tidak, Jingxin tersentuh karenanya.
Dengan gesit ia menyelip ke pelukan Gao Leihua, menangis bahagia. Jingxin merasa agak sakit karena diremas Gao Leihua, tapi tak sedikit pun suara keluar darinya.
"Jingxin, tadi, kepergianmu. Ini adalah bentuk, ketidakpercayaan padaku." Gao Leihua memeluk erat Jingxin: "Kau harus percaya padaku, apapun wujud aslimu, asalkan kau tetap Jingxin. Hehe, katakanlah, bagaimana caranya mengganti rugi hati yang terluka ini..."
"Chu!" Sebelum Gao Leihua selesai berbicara, bibir merah Jingxin sudah dengan keras mencap di mulut Gao Leihua, menghentikan kata-kata berikutnya yang hendak diucapkannya.
Setelah ciuman usai, Jingxin menatap tajam mata Gao Leihua: "Aku, tahu, Leihua."
"Jingxin, mengapa tadi kau tiba-tiba lari?" Gao Leihua memeluk Jingxin dengan kesal.
"Lei, Hua." Jingxin menatap ke atas: "Cerita yang kau ceritakan tadi. Masih ingat?"
"Hm." Gao Leihua menatap Jingxin. Tunggu! Gao Leihua seolah mulai menebak-nebak sesuatu dalam hati, jangan-jangan kebetulan seperti ini! Putri duyung yang sama, sama-sama kehilangan suara. Jingxin takkan kebetulan menjadi protagonis dongeng itu kan. Kalau iya, alur ceritanya jadi terlalu klise!
Gao Leihua menggelengkan kepala, tidak mungkin. Jingxin seharusnya bukan protagonis dalam cerita itu. Paling tidak, Jingxin seolah bisa bicara saat di dalam air, sedangkan putri duyung dalam kisah itu justru kehilangan nyawa selamanya.
"Pengalamanku mirip dengan cerita yang kau sampaikan tadi." Jingxin bersandar di pelukan Gao Leihua: "Tapi tidak persis sama. Leihua, kau tahu kan ayahku adalah Raja Lautan?"
"Hm." Gao Leihua memeluk Jingxin, sambil mengobrol mereka terus berenang hingga akhirnya tiba di sebuah karang. Gao Leihua mengangkat Jingxin untuk duduk di atasnya.
"Aku, tidak bisa, memisahkan diri dari air." Setelah duduk di karang, sebagian ekor Jingxin masih terendam air: "Kalau sudah lepas dari air, aku tidak bisa bicara lagi."
"Ya sudah begitu saja." Gao Leihua menggenggam tangan Jingxin: "Tapi, mengapa ibumu bisa bicara sedangkan kau tidak?"
“Hm, karena saat aku belum dewasa, aku diam-diam meninggalkan permukaan laut. Harga yang harus kubayar adalah, meski bisa bertahan hidup di daratan, tapi saat berada di darat aku harus membayar konsekuensi.” Jingxin menatap bulan purnama di langit dengan lembut: “Leihua, aku ingin memberitahumu segala hal tentang diriku.”
“Baik, aku akan mendengarkan dengan saksama.” Gao Leihua menggenggam erat tangan Jingxin.
Jingxin tersenyum pada Gao Leihua, lalu mulai bercerita tentang masa lalunya...
