"Bilang, apa sebenarnya yang terjadi!" Serombongan tentara bayaran menghunus pedang, berdesakan mendekati Yue Shi dalam formasi lingkaran.
Kilatan dingin terpantul di mata Yue Shi. Tangan kanannya mencengkeram erat gagang pedang. Pikirannya menganalisis situasi dengan dingin - menjelaskan asal usul dan hasil perkara kepada gerombolan tentara bayaran ini mungkin tak akan membuat mereka percaya. Jika demikian, jalan satu-satunya adalah menerobos dengan kekuatan. Tatapan dinginnya menyapu rombongan tentara bayaran. Yue Shi bukan tipe yang diam saja menunggu dibantai. Jika negosiasi gagal, pertempuran tak terelakkan. Siapa yang perlu ditakutinya?!
"Berhenti! Apa yang kalian lakukan?!" Tepat saat percikan api cinta hampir menyala antara Yue Shi dan para tentara bayaran, suara Komandan Resimen Rhine Bruce menggema tepat waktu.
Tiba-tiba, Yue Shi merasa suara Rhine Bruce saat ini begitu merdu, bahkan lebih indah daripada suara Nenek Jingyin!
"Komandan, bajingan inilah yang meracuni dan membunuh dua belas saudara kita!" Seorang prajurit kapak menunjuk Yue Shi setelah melihat kedatangan komandan.
"Kau maksud dua belas pecundang itu? Hmm, memang mereka dibunuh oleh Saudara ini." Sang Komandan mengangguk sambil tertawa hehe.
"Sialan! Masih ada alasan lagi? Kalian semua, habisi dia untuk balas dendam saudara kita yang mati!" Teriakan mengerikan bergemuruh dari para tentara bayaran yang mengacungkan senjata, berperilaku seperti ingin sekuat tenaga.
"Semua berhenti, dengarkan dulu penjelasanku." Rhine Bruce meneriakkan perintahnya.
"Komandan, ada apa?" Seluruh pasukan memalingkan kepala ke arah pemimpin, bingung mengapa dia menahan upaya balas dendam mereka.
Rhine·Bruce menggelengkan kepala dengan pasrah, lalu menceritakan semua yang dia lihat kepada para tentara bayaran yang sedang emosional. Termasuk niat jahat dua belas orang itu yang timbul karena keserakahan, kemudian memperkenalkan secara singkat Yue Shi dan pertempuran mereka. Namun mengenai aspek pertempuran, dia hanya menyentuh sekilas. Dia menyembunyikan kemampuan perempuan rubah dan kemampuan Yue Shi. Meskipun yang dihadapannya adalah saudara-saudaranya, tapi ini menyangkut kelangsungan hidup bangsa binatang, membuatnya harus ekstra hati-hati.
"Komandan, hal ini sulit dipercaya." Beberapa tentara bayaran mengerutkan alis, mereka benar-benar tidak percaya bahwa saudara yang sudah lama bersama ternyata adalah orang seperti ini.
"Kalian tidak percaya pada ucapanku?" Rhine·Bruce mengerutkan alisnya.
"Tidak, mana mungkin!" Beberapa tentara bayaran segera menyahut, semua orang di resimen tahu bagaimana karakter komandan: "Hanya merasa sedih memiliki rekan seperti ini. Saudara seperti dua belas orang itu, benar-benar membuat kami kecewa."
“Baiklah.” Yue Shi memeluk erat Hu Mei'er di pelukannya lalu berkata pada tentara bayaran: “Kalau sudah tahu ini salah paham, jangan lagi mengarahkan senjata kalian padaku.”
Para tentara bayaran tersenyum malu, semua menyimpan senjata mereka. Kemudian mereka memberikan permintaan maaf resmi kepada Yue Shi.
“Si kecil, apa kau ketakutan?” Rhine Bruce mendekati Yue Shi sambil tersenyum.
“Hehe.” Yue Shi tersenyum licik, ketakutan? Omong kosong, sejak kecil sampai besar apa yang pernah ditakutinya Yue Shi?!
Setelah tertawa kecil, Yue Shi meluruskan tubuhnya hendak berdiri. Tapi seketika ia merasa kedinginan di sekujur tubuhnya. Menunduk melihat, baru ia sadar di badannya hanya tersisa jubah tanpa pakaian dalam. Pantas saja saat angin sepoi-sepoi berhembus, ia merakan daerah selangkangannya menggigil.
Yue Shi tersenyum kecut: “Komandan Resimen, bisakah kau memberikanku sehelai baju?”
“Haha, punyaku tidak punya baju bagus, kau harus memakluminya.” Rhine Bruce mengeluarkan setelan pakaian prajurit dari cincin ruangnya, namun ini hanya pakaian kain kasar.
Yue Shi menerima pakaian kasar itu lalu mengenakannya: “Komandan Resimen, kapan kami akan sampai di Kekaisaran Manusia-Binatang?”
“Tak lama lagi.” Komandan Resimen menyipitkan matanya sambil tertawa licik: “Bolehkah saya bertanya, ada urusan apa Saudara ke Kekaisaran Manusia-Binatang?”
“Komandan pasti sudah tahu beberapa negara manusia hendak mengerahkan pasukan ke ras manusia-binatang.” Yue Shi yang telah memakai bajunya kembali duduk sambil menyelipkan pedang panjangnya di pinggang: “Aku datang setelah mendengar kabar ini. Sejujurnya aku pun tak tahu bisa berbuat apa di sana, tapi setidaknya ingin memberikan kontribusi untuk suku manusia-binatang.”
“Saudara, selama kau punya pemikiran ini, itu sudah cukup!” Komandan Resimen Rhine Bruce tertawa terbahak: “Asalkan kau kembali, bagi bangsa binatang, itu adalah dukungan terbesar! Saudara, kebangkitan kembali suku manusia-binatang ada di tanganmu! Begitu Komando Kaisar Binatang dikeluarkan, seluruh ras hewan di benua akan pulang kembali, manusia kecil-kecilan macam apa yang kami takuti!”
Di mata Rhine Bruce berkilat sesaat fanatisme. Di kalangan suku manusia-binatang selalu beredar pepatah: Komando Kaisar Binatang turun, 10.000 hewan kembali! Hanya saja, Komando Kaisar Binatang hanya bisa dikuasai oleh klan Kaisar Binatang dengan garis keturunan paling murni. Seandainya pemuda di hadapannya ini benar-benar dari klan Kaisar Binatang, maka kebangkitan bangsa binatang bukan lagi mimpi!
……
Di dalam istana Kekaisaran Cahaya
Raja yang sedang menjabat Bablun XV duduk dengan wajah muram di paviliun samping. Auditorium Utama telah menjadi reruntuhan beberapa shichen sebelumnya setelah dihancurkan oleh serangan kilat Gao Leihua.
"Yang Mulia! Bawahan berpendapat, kita harus memberikan wajah kepada Gao Leihua ini! Berani-beraninya menginjak kami!" Seorang perwira militer melangkah maju dan bersuara keras kepada Balunad XV: "Kami harus memberinya pukulan berat, biar dia tahu Kekaisaran Cahaya bukan orang sembarangan!"
"Memberikan wajah?!" Balunad XV tersenyum dingin ke arah perwira itu: "Sialan, siapa yang mau menghadapinya? Kau? Para elit dari beberapa negara sudah dihancurkannya seperti semut! Masih berani menyuruhku memberikan wajah?" Suara Balunad XV semakin meninggi, bahkan di akhir kalimat hampir seperti teriakan!
"Paduka, maafkan kebodohan kami. Mohon Yang Mulia memberikan perintah, bagaimana cara menghadapi Gao Leihua ini?" Seorang pejabat sipil tua yang mirip orang tua itu maju dengan wajah pasrah bertanya.
"Setelah ini, jangan ada yang menyebut nama Gao Leihua lagi di hadapanku." Kaisar Babulunde XV melambaikan tangan, sekejap ia terlihat menua puluhan tahun: "Ke depannya, jangan ada yang mengusiknya. Kecuali kalian yakin bisa membunuhnya, atau yakin setelah kalian dibunuhnya, dia takkan mendatangkan bencana bagi Kekaisaran." Ucapan Kaisar Babulunde XV membuat jiwa membeku. Namun semua pasrah, karena yang diucapkannya adalah kenyataan.
Kaisar Babulunde XV menghela nafas, menatap Kuil Cahaya yang letaknya tak jauh dari istana. Sejak awal ia sudah meminta pertolongan kepada Kuil Cahaya, namun mereka menghindari tiga aksara 'Gao Leihua' seperti menghindari wabah penyakit. Begitu mendengar rencana penyerangan terhadap Gao Leihua, para pendeta Kuil Cahaya langsung lenyap tak tersisa bayangan manusia.
"Seorang Kaisar, siapa yang tak berharap kekuatan di dalam negaranya sendiri berada di luar kendalinya?" Tapi saat ini, Babulunde XV justru pasrah menerima realita ini. Kekuatan Gao Leihua telah melampaui pemahaman manusia biasa. Gao Leihua bukan lagi kekuatan yang bisa mereka cari masalah.
……
Setelah menghancurkan istana Kekaisaran Cahaya dengan ledakan, perasaan Gao Leihua tiba-tiba menjadi lebih tenang. Ternyata manusia memang perlu melampiaskan amarah, pikirnya dalam hati sambil memandang reruntuhan istana yang kini menjadi puing.
Sesampainya di rumah, Gao Leihua mendatangi Rhein·Charlie: "Charlie, kami harus bersiap menyusul Yue Shi. Tetua Agung sudah memberi perintah pada Soren, pemimpin organisasi. Jaringan intel organisasi mereka akan mengirimkan kabar ke tangan kita kapan saja. Dengan kemampuan jaringan intelijen mereka, aku yakin kita bisa cepat menemukan Yue Shi."
"Tidak, Saudara Gao Leihua," Rhein·Charlie berdiri di pintu sambil menatap langit, "Aku mengubah pikiran. Menurutku sekarang kita harus pergi ke lembah arwah-arwah terlebih dahulu!"
“Lembah Arwah-arwah？Haha, mungkinkah kau ingin？”Gao Leihua segera memahami pemikiran Rhein·Charlie! Apa yang ada di Lembah Arwah-arwah? Di sana terdapat ras terkuat bangsa binatang——Suku Singa Emas! Jika Rhein·Charlie ingin pergi ke Lembah Arwah-arwah saat ini, pasti ada hubungannya dengan Suku Singa Emas!
“Heh, benar, Saudara Gao.” Rhein·Charlie menganggukkan kepala: “Aku ingin pergi ke Lembah Arwah-arwah, membawa mereka keluar. Suku Singa Emas telah hidup dalam segel selama hampir seribu tahun, sudah saatnya mereka keluar. Jika memungkinkan,” Rhein Charlie berhenti sejenak, menatap arah Lembah Arwah-arwah: “Jika bisa membawanya keluar, itu akan lebih baik.” Memandang ke arah Lembah Arwah-arwah, mata Rhein·Charlie berkilat sesaat menunjukkan kepasrahan dan kerinduan. Karena dia teringat padanya di Lembah Arwah-arwah, kecantikan yang sakit miliknya. Dewi Arwah Penasaran yang membuatnya merasa pasrah itu.
“Baik. Kalau begitu kita pergi ke Lembah Arwah terlebih dahulu!” Gao Leihua tertawa terbahak. Kekuatan seluruh klan Singa Emas memang pernah ia saksikan. Mereka adalah prajurit tangguh yang sekaligus juga praktisi sihir ulung! Dengan pentungan bergigi "Gigi Serigala" dari ranting pohon besar di tangan, mereka bisa menghantam musuh sambil menggunakan sihir kuat! Seluruh suku mereka merupakan pejuang dengan kultivasi ganda dalam sihir dan bela diri! Bahkan menyebut mereka sebagai resimen terkuat di benua pun sama sekali tidak berlebihan!
“Tak boleh ada penundaan, kita harus segera berangkat.” Gao Leihua tersenyum licik: “Soal urusan membuka segel itu, serahkan saja padaku!”
"Saudara Gao, jika kau dan Rhein·Charlie pergi ke Lembah Arwah-Arwah, jangan lupakan aku dan Putri." Tiba-tiba Tetua Arwah muncul entah dari mana sambil tertawa licik memandang Gao Leihua. Di belakang Tetua Arwah, mata Bayi berkedip-kedip: "Ayah, aku rindu Ibu."
Rhein·Charlie di samping Gao Leihua gemetar seketika mendengar kata "Ayah". Kilatan perasaan haru, kepasrahan, dan kepahitan muncul di matanya. Panggilan "Ayah" dari Bayi itu ditujukan ke arahnya, tapi bukan untuknya.
"Baiklah. Tapi jika kalian semua pergi, bagaimana dengan keamanan rumah?" Gao Leihua tampak gelisah. Perlu diketahui bahwa mertua perempuannya dan ayah mertua tidak akan tinggal lama di rumahnya. Keamanan rumah membuatnya khawatir.
"Tenang, Saudara Gao Leihua." Tetua Arwah tersenyum licik: "Paling-paling kau bebaskan Dewa Pedang 'Xiao Hei' dari tanganmu, suruh dia tinggal di sini saja."
Xiao Hei, itulah Dewa Pedang Petir - Xie Lin·Luo Di. Namun sekarang dia telah diberikan nama suci dan agung "Xiao Hei"!
"Haha, aku hampir melupakannya!" Gao Leihua tertawa terbahak. Kalau bukan karena peringatan Tetua Arwah, Gao Leihua pasti sudah melupakan "Dewa Pedang" di tangannya ini! Dengan kehadirannya, keamanan rumah tak perlu dikhawatirkan lagi.
"Bola-Bola, maaf merepotkanmu lagi." Gao Leihua menarik Bola-Bola dari bahunya.
"Sli~ Sli~me." Bola-Bola mengulurkan cakar mungilnya, menunjukkan tiga jari.
"Baik, tiga kaki sapi ya tiga kaki sapi." Gao Leihua menepuk Bola-Bola: "Targetnya, Lembah Arwah."
"Krek-krek!" Bola-Bola mengeluarkan tertawa dengan nada sinis.
“Leihua.” Saat itu, Jingxin keluar dari dalam rumah. Sekarang Gao Leihua tidak perlu lagi resah karena kemiripan Jingxin dengan ibu mertuanya Jingyin yang persis sama. Sejak pertama kali bersama Jingxin, telah tercipta hubungan ajaib antara Gao Leihua dan Jingxin. Begitu Jingxin muncul, Gao Leihua langsung mengenalinya.
Jingxin mendekati Gao Leihua dari dalam rumah. Meski sudah bisa bicara kembali, dia tetap tidak sukit banyak bicara. Perempuan itu mendekat lalu membuka kerah bajunya dan melepas kalung berbentuk kristal biru es di lehernya. Kristal itu berkilauan seperti tetesan air mata yang membeku.
Dengan lembut Jingxin berjinjit, mengalungkan rantai kristal itu ke leher Gao Leihua.
“Ini!” Tetua Arwah terkejut memanggil. Kristal biru es itu memancarkan sebuah kekuatan yang membuat Tetua Arwah merasa menyebalkan. Kekuatan yang bisa membuat Tetua Agung tidak nyaman adalah kebalikan dari kekuatan arwah—kekuatan kehidupan!
“Air Mata Dewi Kehidupan!” Rhein·Charlie menatap liontin itu, berkata.
“Air Mata Dewi Kehidupan?” Gao Leihua melihat liontin itu: “Apa fungsinya ini?”
“Saudara Gao Leihua, kau benar-benar diberkati. Dengan ini, kau sama dengan memiliki dua nyawa.” Rhine·Charlie menghela nafas: “Ini adalah satu dari lima tetesan air mata yang pernah diteteskan Dewi Kehidupan sepanjang hidupnya. Dewi Kehidupan adalah istri Dewa Pencipta. Dialah yang menciptakan kehidupan di dunia ini. Legenda mengatakan seumur hidupnya hanya menangis lima kali, setiap tetes air matanya merupakan harta karun tak ternilai bagi suku dewa. Suku dewa memang memiliki kehidupan abadi, selama tidak terjadi kecelakaan mereka adalah keberadaan yang tak mati. Tapi bukan berarti mereka tak bisa mati, karena suku dewa bisa dihancurkan oleh makhluk yang lebih kuat. Namun dengan memiliki air mata Dewi Kehidupan, meski mati sekali, asalkan masih ada setetes ini di tangan, kau akan mendapatkan kehidupan kedua. Tiga dari lima tetesan air mata Dewi Kehidupan telah digunakan orang, satu tersisa di tangan Raja Lautan, satunya lagi kini hilang jejak. Tetesan di tanganmu ini pastilah yang dari Raja Lautan, tak kusangka dia akan memberikan barang ini kepada putrinya...”
