"Jingxin, kau kenapa?" Gao Leihua gelisah memandang Jingxin. Justru karena Jingxin biasanya tak pernah marah, saat ini kemarahannya membuat Gao Leihua sangat khawatir.
Jingxin melirik Gao Leihua, menggelengkan kepala perlahan, namun tak mengucapkan sepatah kata pun. Sikap diamnya justru membuat Gao Leihua semakin gelisah.
"Ada masalah apa, Jingxin? Apakah ada hal yang tak bisa kauceritakan padaku?" Tanya Gao Leihua dengan suara lembut sambil tangan kanannya menjangkau pinggang Jingxin.
Jingxin kembali memalingkan wajah, mata biru esnya menatap tajam ke arah Gao Leihua. Setelah lama, kilatan kesedihan muncul di matanya.
Ekspresi sedih sekilas itu tak luput dari pengamatan Gao Leihua: "Sebenarnya ada apa? Katakanlah padaku." Melihat Jingxin tetap membisu, Gao Leihua mulai panik.
Tiba-tiba, Jingxin yang berada di sampingnya mendorong tubuh Gao Leihua dengan kuat hingga pria itu terjatuh ke ranjang.
Dengan refleks, Gao Leihua merangkul erat tubuh Jingxin, tak mau melepaskannya.
Setelah waktu yang lama, Jingxin mengangkat kepala. Perlahan ia mendorong dada Gao Leihua.
"Ada apa?" Gao Leihua bertanya dengan suara berbisik.
Jingxin menganggukkan kepala, lalu dia menunjuk mulutnya sendiri dengan jari, kemudian menggelengkan tangan dengan lembut.
"Apa maksudnya?" Melihat gerakan Jingxin, Gao Leihua terkejut: "Jingxin, jangan-jangan kamu... tidak bisa bicara lagi?" Gao Leihua bertanya dengan panik. Suara Jingxin jelas termasuk kelas suara surgawi tingkat satu. Gao Leihua ingat betul, saat "bermain air ikan" itu, panggilan nama pertamanya oleh Jingxin dengan suara menggoda itu. Saat pertama kali Jingxin memanggil namanya, suara memikat itu benar-benar membekas lama di ingatan Gao Leihua.
Legenda mengatakan nyanyian putri duyung memiliki kekuatan godaan yang mematikan. Bisa membuat kapal manusia tersesat di laut tak bertepi.
Seringkali hal tercantik justru menyimpan kekuatan mengerikan. Nyanyian putri duyung pun demikian. Namun, sisi mengerikan mereka hanya ditujukan pada musuh.
Bagaimanapun tentang nyanyian putri duyung, Gao Leihua hanya tahu suara Jingxin itu luar biasa spektakuler!
Jingxin menganggukkan kepala dengan lembut. Sejak terakhir kali dia bisa berbicara, sudah dua hari berlalu. Kemudian pada pagi hari ketiga, begitu bangun langsung menyadari dirinya tak bisa berbicara lagi. Hal ini membuatnya murung selama beberapa hari. Perasaan kehilangan setelah sempat mendapatkannya membuat Jingxin merasa tertekan.
"Tidak apa-apa, Jingxin." Gao Leihua menghela napas pelan setelah mengetahui penyebab kesedihan Jingxin. Sekuat apapun Jingxin, kehilangan kemampuan berbicara yang sudah didapat lalu hilang lagi setelah beberapa hari tentu membuat siapapun sedih. Kehilangan sesuatu yang pernah dimiliki adalah hal yang kejam.
Kalau memang memberinya suara, mengapa harus mengambilnya kembali? Gao Leihua memeluk erat Jingxin. Mungkinkah kutukan laut yang disebut-sebut itu benar-benar sekuat itu?
Gao Leihua saat ini tidak menyadari bahwa kutukan laut ini justru merupakan berkah baginya. Hingga kemudian, Gao Leihua hampir selalu merasa bersemangat diam-diam setiap mendengar kutukan laut ini. Jika memungkinkan, biarlah kutukan laut ini datang lebih dahsyat lagi...
"Tak apa, Jingxin. Ini cuma masalah tidak bisa bicara saja, kukira ada masalah besar. Dulu ketika aku jatuh cinta padamu, kau juga tidak bisa bicara. Apakah sekarang kau bisa bicara atau tidak, cintaku tetap sama." Gao Leihua memeluk Jingxin erat-erat.
Mendengar kata-kata Gao Leihua, Jingxin hanya menyembunyikan kepalanya di dada Gao Leihua tanpa bergerak.
Gao Leihua mengatupkan giginya dan berkata keras: "Jingxin, ini cuma soal tidak bisa bicara!" Ia mengangkat wajah Jingxin dan menatapnya: "Aku tak percaya tidak ada cara membuatmu bicara! Dulu bagaimana aku bisa membuatmu, itu, itu, memproduksi ASI! Sekarang pun pasti bisa membuatmu bicara! Jingxin, beri aku waktu, percayalah. Pasti akan kutemukan metode untukmu!"
Wajah Jingxin tiba-tiba memerah. Dalam beberapa hari ini, setidaknya Jingxin telah memahami beberapa pengetahuan dasar. Setidaknya dia tahu bahwa perawan tidak memproduksi ASI... Tentu saja, dirinya sendiri adalah pengecualian.
Oleh karena itu, ketika Gao Leihua menyebut kata "memproduksi ASI", wajah Jingxin sejenak memanas.
"Hehe." Memandangi wajah mungil Jingxin yang kemerahan, Gao Leihua tidak tahan untuk memberikan "ciuman paksa serigala" pada pipi Jingxin.
Tapi yang tak disangka Gao Leihua, Jingxin tiba-tiba menyangga wajahnya dan membalas dengan ciuman penuh gairah yang sama kerasnya.
Setelah berciuman, keduanya tetap berpelukan. Gao Leihua tidak banyak berbicara. Terkadang, keheningan lebih bermakna daripada kata-kata.
Memandang Jingxin yang ada dalam pelukannya, Gao Leihua teringat sosok gagah Jingxin saat pertama kali bertemu di pulau terpencil, ketika dia menebas serigala angin dengan sekali tebasan pedang. Saat itu, di mata Gao Leihua, keagungan Jingxin benar-benar tak bisa diungkapkan dengan kata-kata apapun.
Bagaimanapun, saat itu Gao Leihua sama sekali tidak menyangka Jingxin suatu hari akan bersandar di pelukannya. Pengalaman emosional antara dirinya dan Jingxin sepertinya tidak terlalu panjang, hanya beberapa bulan. Tapi dalam beberapa bulan itu, siluet Jingxin justru menguasai bagian penting dalam hatinya dengan erat. Sekarang, dia hanya tahu tidak boleh kehilangan dia. Dia benar-benar satu-satunya yang dimilikinya di dunia ini.
Hanya sekarang Jingxin yang gagah itu telah lenyap. Ah, andai saja bisa membuat Jingxin membuka mulut lagi. Gao Leihua berpikir dalam hati.
"Ngomong-ngomong, Jingxin!" Melihat sepasang tangan jenjang Jingxin, kilatan pencerahan muncul di benak Gao Leihua: "Jingxin, aku punya metode komunikasi. Tanpa mulut, aku tetap bisa membuatmu berbicara!" Gao Leihua teringat sesuatu, lalu tersenyum pada Jingxin.
"?" Bola mata Jingxin berbinar, memandang Gao Leihua dengan terkejut dan senang.
Gao Leihua mengulurkan tangannya dan menggenggam erat tangan ramping Jingxin. Tangan indah inilah yang menginspirasinya untuk memikirkan sesuatu—bahasa isyarat. Sejujurnya, semasa di Bumi dulu Gao Leihua tidak pernah mempelajari bahasa isyarat. Alasan dia langsung teringat bahasa isyarat saat melihat tangan Jingxin adalah karena dulu di Bumi, beberapa penyanyi, selebriti, dan penari sering menyisipkan gerakan bahasa isyarat ke dalam koreografi tarian mereka saat tampil. Saat itu tren tarian bahasa isyarat sangat populer pada masanya. Gao Leihua yang menontonnya merasa gerakan-gerakan itu terlihat elegan, sehingga dia menghafal beberapa gerakan sederhana.
Namun, bahasa isyarat yang dikuasai Gao Leihua hanya terbatas pada gerakan-gerakan itu saja. Pengetahuannya sangat terbatas.
Tetapi, meskipun Gao Leihua tidak menguasai bahasa isyarat, lokasinya sekarang adalah dunia lain bukan Bumi! Bahasa isyarat ala Bumi memang tidak dia kuasai, namun di dunia lain ini, siapa yang berani menyebutnya produk palsu jika Gao Leihua menciptakan sistem bahasa isyaratnya sendiri?
Saat ini, dalam benak Gao Leihua telah muncul keinginan untuk menciptakan rangkaian bahasa isyarat indah yang dirancang khusus untuk Jingxin.
Tangan ramping Jingxin sangat panjang, tidak ada kapalan atau semacamnya akibat latihan pedang. Tangan seperti ini, jika digunakan untuk bahasa isyarat akan menjadi sebuah seni!
"Siapa bilang komunikasi harus menggunakan mulut!" Gao Leihua tersenyum licik: "Jingxin, kedua tanganmu yang cantik ini juga bisa berbicara!"
Awalnya Jingxin memandangi Gao Leihua dengan bingung, tapi kemudian ia tersenyum tipis. Terhadap perkataan Gao Leihua, dia hanya perlu mempercayainya saja, kapan dia pernah menipunya?
……
Langsung dieksekusi, Gao Leihua dan Jingxin berdua, ehm. Di atas ranjang, mulai menjelajahi dan mempelajari rahasia kehidupan - bahasa isyarat.
"Aku~" Gao Leihua menunjuk dirinya sendiri dengan jarinya.
"Kau!" Gao Leihua kembali menunjuk Jingxin.
Gerakan bahasa isyarat yang dia ingat sebenarnya tidak banyak. Dia hanya mengajarkan gerakan-gerakan yang masih diingatnya kepada Jingxin terlebih dahulu. Kemudian menyusun beberapa kosakata sehari-hari yang umum digunakan menjadi rangkaian gerakan yang indah sekaligus fungsional.
Setelah setengah hari mempelajari, akhirnya mereka berhasil menyusun serangkaian gerakan dasar yang lumayan untuk penggunaan sehari-hari.
Jingxin sangat tertarik dengan apa yang disebut "bahasa isyarat" oleh Gao Leihua. Jari-jarinya yang jenjang terus-menerus membuat gerakan-gerakan indah. Sebaliknya, gerakan tangan Gao Leihua yang sedikit lebih besar dan kasar terlihat kurang estetis.
"Hm!" Jingxin tiba-tiba menarik lengan Gao Leihua sambil mengeluarkan dengusan hidung.
"Ada apa?" tanya Gao Leihua sambil tersenyum memandang Jingxin.
Jingxin memerah wajahnya, lalu bangkit dari posisi duduk bersila. Ia berpindah ke hadapan Gao Leihua, kemudian menunjuk dirinya sendiri dengan lembut. Jari-jari jenjangnya membentuk simbol "hati" di depan dada, sebelum akhirnya menunjuk Gao Leihua sambil tersenyum.
"Hehe, aku juga, Jingxin. I LOVE YOU. Putri duyungku yang cantik." Gao Leihua memeluk erat Jingxin, menarik tubuhnya yang masih dalam posisi duduk bersila ke dalam dekapan.
“Hmm~” Jingxin justru dengan lihai menopang dada Gao Leihua menggunakan tangan, kemudian matanya memancarkan senyum. Lalu, ia pertama-tama menunjuk dirinya sendiri, kemudian membuat gerakan "air", terakhir, tangannya yang ramping membuat gerakan ikan.
Kemudian, mata indah Jingxin menatap tajam Gao Leihua.
Bertindak sesuai keinginan hati selalu menjadi ciri khas Jingxin, sekaligus alasan Gao Leihua menyukainya. Gao Leihua mengakui sebagian besar alasannya jatuh cinta mungkin karena pengaruh Yuxin di Bumi. Tapi, apa masalahnya? Yang pasti saat ini Gao Leihua benar-benar mencintai Jingxin, sang putri duyung yang terkesan dingin namun diam-diam mengadopsi begitu banyak anak ini.
Melihat gerakan tangan Jingxin, mata Gao Leihua tiba-tiba berkilauan, lalu ia tertawa terbahak.
Makna gerakan Jingxin sangat jelas! Maksudnya, dalam air, kondisi putri duyung. Hal berikutnya yang akan terjadi adalah pesta "sukacita ikan-air" sejati...
Setelah mengalami "kegembiraan ikan dan air" yang sejati, Gao Leihua memeluk Jingxin dengan puas sambil melangkah keluar dari bak mandi.
Usai keluar, Gao Leihua justru mendapati ibu mertuanya yang cantik, Jingyin, sedang duduk di restoran dengan tatapan penuh niat jahat mengawasi dirinya dan Jingxin.
"Hehe!" Gao Leihua tersenyum licik kepada Jingyin dengan wajah tebal.
"Gao Leihua, malam ini aku dan Poseidon akan pergi. Dia sudah memberitahumu, kan?" ujar Jingyin pada Gao Leihua.
"Hm." Gao Leihua mengangguk lemah. Poseidon memang pernah menyebutkan hal ini, hanya saja awalnya pikirannya hanya terfokus pada Jingxin sehingga tak terlalu memperhatikan.
"Xiao Gao!" Poseidon yang berada di samping ibu mertua tersenyum licik: "Bagaimana? Mengingat aku dan Jingyin akan pergi, kau harus memberikan sesuatu sebagai ucapan terima kasih. Sudah lama kami menjaga seluruh anggota keluargamu, setidaknya berikan kami makan malam perpisahan!"
“Hehe!” Sudut bibir Gao Leihua berkedut, kedua orang tua ini yang terus-menerus menetap mungkin bukan hanya karena suasana hati Jing Xin yang buruk. Mungkin juga ada hubungannya dengan ketidakhadiran Gao Leihua...
