Bukan hanya Dewa Matahari Apollo yang merasa wujud asli Gao Leihua familiar, di sisi lain Gao Leihua juga merasa wujud asli Dewa Matahari Apollo tak asing.
Memandang sosok manusia yang kabur dengan cepat itu, Gao Leihua mengernyitkan alis. Bajingan Delapan Tingkat tadi ini selalu terasa pernah dilihatnya, tapi sejenak ini sama sekali tak bisa diingat.
“Ada apa? Ayah?” Yue Rui di samping melihat ekspresi Gao Leihua bertanya.
"Tidak apa, cuma terus merasa bajingan ini mencolok." Gao Leihua mengibaskan kepala, kalau tak bisa ingat sementara tak dipikirkan. Menyisihkan urutan pria Delapan Tingkat ini, Gao Leihua memalingkan badan ke kereta bayi yang tetap utuh, lalu menghela nafas: Memang layak barang dari batang "pentungan bergigi", kualitasnya oke banget! Kereta bayi tak rusak, perasaan Qin Yu pun membaik.
"Ayo, putra kami. Kalau barang ini masih bagus, kali ini kau yang coba naik." Dengan ceria Gao Leihua menggendong Xiao Lu Dongfa yang merangkak di tanah menuju kereta bayi.
Ngomong-ngomong, kekuatan yang tiba-tiba dilepaskan Xiao Lu Dongfa barusan membuat Gao Leihua kaget, dua kawah besar mencolok di tanah itu adalah karya si kecil. Tapi setelah ledakan, Xiao Lu Dongfa kembali ke ekspresi biasa, merangkak sambil berkoar tak jelas.
"Hehe." Gao Leihua mengangkat Xiao Lu Dongfa, berjalan riang menuju kereta BB itu.
Di pelukan Gao Leihua, perasaan Xiao Lu Dongfa dipenuhi kegembiraan. Prosesnya untuk bisa duduk di kereta bayi ini benar-benar melelahkan! Baru saja hampir berhasil naik, tiba-tiba diganggu oleh si X yang bodoh. Tapi tidak apa, sekarang akhirnya akan kembali duduk di "kereta bayi" yang disebut ayah ini! Semoga tak ada lagi yang mengganggu. Dalam hati Lu Dongfa berharap diam-diam.
Namun terkadang, hal yang paling tidak diinginkan manusia justru sering datang menghampiri.
Tepat saat Gao Leihua hendak menempatkan Xiao Lu Dongfa di kereta bayi itu, tiba-tiba muncul kilatan cahaya merah api di hadapannya! Kilatan merah menyala ini seolah menembus batas ruang dan muncul tiba-tiba di depan Gao Leihua.
Menyusul suara "Braak!" yang menggema, cahaya merah itu menghantam tepat pada kereta bayi yang baru saja lolos dari ujian Dewa Matahari Apollo.
Seketika, mata Gao Leihua melotot! Melalui kilatan cahaya merah api di hadapannya, pupil iris hitamnya dengan jelas menyaksikan fragmen gambaran.
Di hadapannya, di atas kereta bayi yang baru melewati bencana besar itu, kini duduk seorang pria perkasa. Seluruh tubuh pria ini terbakar kobaran api menyala-nyala. Di bawahnya, kereta bayi malang itu akhirnya hancur berkeping-keping di bawah berat badan - Krack~Syuush! Suara pecahnya terus bergema.
Yang hancur bukan hanya kereta bayi itu, tapi juga dua hati rentan Gao Leihua dan Xiao Lu Dongfa...
Memandang kereta bayi yang telah menjadi serpihan, seluruh tubuh Gao Leihua membeku. Tubuh Xiao Lu Dongfa yang sedang digendongnya pun ikut kaku! Tubuh keduanya sekaligus membeku. Saat ini, sinar merah di depan mata mereka memerahkan bola mata sepasang ayah-anak ini.
Kereta bayi BB yang hilang kemudian ditemukan kembali, tapi seketika malah kehilangan lagi. Baru saja mengira kereta bayi BB tidak apa-apa, tapi detik berikutnya kereta bayi ini benar-benar hancur!
Maka, kedua pupil iris hitam Gao Leihua dan putranya mulai mengecil secara bersamaan. Di dalam pupil mereka, secercah benda bernama bahaya berkedip-kedip.
Hanya saja siluet dalam sinar merah ini sama sekali tidak tahu dirinya telah memancing malapetaka pembunuhan. Dia mengibaskan kepala, lalu bangun merangkak dari tanah.
"Sialan, barang apa ini." Siluet dalam sinar merah menunduk melihat benda yang membuatnya mendarat dengan posisi tidak elegan - kereta bayi BB yang sudah berantakan.
"Brengsek, seruput!" Siluet itu berseru ringan, lalu tubuhnya menyala kobaran api putih. Di tengah api yang membakar tubuhnya, ranting "pentungan bergigi" yang dijuluki tahan air dan api itu justru mulai terbakar!
Tak perlu dijelaskan, yang bisa menyalakan kobaran api sehebat ini kecuali Dewa Api dari unsur api, memang tidak ada dewa lain yang mampu melakukannya!
Yang datang tak lain adalah Dewa Api dari Tiga Dewa Cahaya. Saat melintasi Gerbang Dewa, dia terlambat selangkah dibanding Dewa Matahari. Setelah Dewa Matahari turun, barulah dia buru-buru mengikuti jejak Dewa Matahari. Makanya kemunculannya sedikit lebih lambat dari Dewa Matahari.
Hal ini mengakibatkan tepat setelah Dewa Matahari meninggalkan tempat ini, dia dengan gegap gempita muncul di atas kereta bayi milik Gao Leihua.
Akibatnya, kereta bayi yang sudah mengalami satu tribulasi dari Dewa Matahari itu akhirnya tak mampu menahan energi dahsyat Dewa Api hingga hancur berantakan. Ranting-ranting yang sudah berantakan itu pun tak tahan dengan semburan api pelindung di tubuh Dewa Api, akhirnya terbakar habis.
Memandang kereta bayi yang terbakar, indeks kemarahan di mata Gao Leihua dan anaknya langsung melonjak beberapa tingkat! Yang terbakar bukan hanya kereta BB, tetapi juga kemarahan ayah-anak Gao Leihua!
"Kakak kedua, di mana kau?" Setelah berdiri, Dewa Api langsung mencari jejak Dewa Matahari di sekeliling. Karena Dewa Matahari turun lebih dulu, ia mengira sang kakak seharusnya menunggu di sekitar sini.
Tapi setelah mencari di sekeliling, tak ditemukan jejak Dewa Matahari. Hanya beberapa manusia di sekitar yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh permusuhan.
"Manusia rendahan." Dewa Api mendengus. Berani sekali makhluk hina ini memandangnya dengan tatapan seperti itu, tak termaafkan! Dengan mendengus dingin, ia melepaskan kekuatan suci Delapan Tingkat yang menyebar ke segala penjuru.
“Delapan Tingkat lagi?” Setelah merasakan aura Delapan Tingkat ini, Gao Leihua langsung tenang. Kemunculan satu Dewa Tingkat Delapan tadi sudah membuatnya curiga, kini muncul dua sekaligus memaksanya memikirkan masalah ini lebih serius.
Melakukan ekspresi Gao Leihua yang terdiam, Dewa Api justru mengira dirinya terpaku oleh kekuatan sucinya. Dengan senyum sombong, di matanya manusia sebagai makhluk yang takkan pernah mencapai Delapan Tingkat memang layak dianggap remeh.
Mengabaikan beberapa manusia di hadapannya, Dewa Api menatap ke arah Kuil Cahaya lalu terbang ke sana dengan lompatan ringan.
"Mau kabur?" Gao Leihua mendengus dingin melihat siluet Dewa Api yang mulai mengambang. Merusak kereta BB-nya lalu kabur? Jangan harap ada pintu, bahkan lubang anjing pun takkan kudapati! Lagipula kemunculan dua Dewa Tingkat Delapan di sini jelas-jelas bukan hal sepele. Gao Leihua harus memastikan apakah insiden ini akan mengancam keselamatan keluarganya.
“Domain Kegelapan, kecepatan!” Gao Leihua berkata lembut, seketika sebuah kekuatan kegelapan menyebar dari tubuhnya. Domain Kecepatan Kegelapan Dewa Perang mengembang dengan Gao Leihua sebagai pusatnya.
Ketika Gao Leihua mengaktifkan Domain Kegelapan Dewa Perang, Mengsi yang berada di samping tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Gao Leihua dengan tatapan aneh. Dari tubuh sang penguasa baru ini, dia merasakan energi yang sama persis dengan kekuatan dalam dirinya sendiri. Dia terkejut, sebab kekuatan dalam dirinya ini adalah energi terkutuk dari dewa pencipta dunia. Sang Pencipta telah menetapkan prinsip kehidupan dan kematian, sedangkan kekuatannya justru melanggar hukum ini sehingga mendapat kutukan ilahi.
Dalam wilayah kecepatan, kecepatan Gao Leihua langsung mencapai puncaknya. Dalam sekejap mata, siluet samar Gao Leihua sudah berdiri di depan Dewa Api!
"Eh? Delapan Tingkat? Kau dewa mana?" Dewa Api saat ini juga merasakan kekuatan setara Delapan Tingkat dari Gao Leihua, serta wilayah kecepatan yang dikembangkan Gao Leihua tadi yang sangat mirip dengan wilayah Dewa Perang. Karena itu, dia menduga apakah Gao Leihua adalah salah satu dewa.
Dewa Api tidak yakin apakah Gao Leihua benar-benar mencapai Delapan Tingkat, juga tidak memastikan apakah yang dikembangkan Gao Leihua adalah wilayah. Sebab di dalam wilayah Gao Leihua ini, dia sama sekali tidak merasakan kerusakan sekecil apapun. Secara umum, wilayah setiap dewa umumnya bertumpu pada daya penghancur.
Di antara begitu banyak suku dewa, hanya Dewa Perang dan Dewa Hewan yang tergolong unik di antara para dewa. Domain mereka tidak memiliki kekuatan serangan, hanya berupa wilayah pendukung. Karena itu, gaya bertarung mereka juga mengandalkan ilmu bela diri sebagai utama. Dewa Api pun tidak menghubungkan domain yang ditunjukkan Gao Leihua dengan wilayah kecepatan Kakak kedua-nya, Dewa Perang. Dia selalu mengira Dewa Perang sudah mati, ditambah lagi domain Gao Leihua ini adalah Domain Kegelapan Dewa Perang setelah menjadi iblis yang memiliki beberapa perbedaan dengan wilayah kecepatan Dewa Perang semasa hidupnya.
"Siapa aku? Sepertinya pertanyaan itu harusnya kusampaikan padamu. Kau yang tiba-tiba muncul di rumahku lebih dulu. Siapa kau?" Gao Leihua memandang dingin pria kekar di hadapannya. Saat ini, karena menggunakan wilayah kecepatan Dewa Perang, tubuhnya memancarkan kekuatan gelap dan tidak membawa berkah. Kekuatan ini bahkan lebih gelap daripada energi gelap Dewi Arwah dan Maut.
"Suku Dewa Kegelapan?!" Dewa Api berteriak kaget, aura yang dipancarkan Gao Leihua membuatnya salah mengira ini sebagai anggota Suku Dewa Kegelapan. Merasakan kekuatan dahsyat dari tubuh pria ini, tiba-tiba ingatannya melayang pada avatar Dewa Matahari yang dibunuh dan malaikat delapan tingkat Aiolia. Apakah bajingan di hadapannya ini yang menghabisi avatar kakak kedua dan Aiolia? Dewa Api bertanya-tanya dalam hati.
Sambil mengencangkan sarafnya memandang Gao Leihua, Dewa Api juga menghitung-hitung berapa persen kemungkinan menangnya jika bertarung melawan pria ini.
Dengan diam-diam Dewa Api mengaktifkan indra keenamnya untuk memindai aura yang terpancar, lalu membuat perkiraan kekuatan Gao Leihua berdasarkan aura tersebut. Kemudian membandingkannya dengan kekuatan miliknya sendiri.
Setelah melakukan kalkulasi penuh kewaspadaan, kesimpulannya adalah dirinya tidak yakin bisa mengatasi target. Bahkan sangat mungkin justru menjadi pihak yang dihabisi. Akhirnya Dewa Api memutuskan untuk segera menyatu kembali dengan Dewa Matahari sebelum merancang langkah selanjutnya.
"Begitu terpikirkan ini, Dewa Api segera mengembangkan postur tubuhnya dan menerjang ke arah Kuil Cahaya.
"Bermaksud kabur?!" Gao Leihua mendengus dingin. Di wilayah kecepatan, takkan ada yang lebih cepat darinya kecuali memiliki kekuatan dua kali lipat!
Dengan lincah, Gao Leihua melesat membuntuti Dewa Api. Sambil itu, mulutnya mulai melantunkan mantra untuk memanggil Ksatria Darah.
"Dengan nama-Ku, panggillah simbiosis-Ku. Ksatria Darah, muncul!" Gerakan tangan kanannya yang gesit memunculkan 95 Ksatria Darah sekaligus di wilayah kecepatan, dengan titik muncul mengelilingi pria kekar itu.
Syuush! Seketika ratusan objek berbentuk manusia berwarna ungu-emas memenuhi sekeliling Dewa Api. Ratusan siluet ungu ini menyelimutinya dari segala arah, membentuk formasi bola raksasa dari kejauhan.
“Ini adalah!” Melihat siluet ratusan Ksatria Darah, Dewa Api membelalakkan matanya. Dia terkejut menemukan bahwa semua sosok ungu ini memiliki kekuatan setara Delapan Tingkat!
Mustahil, ratusan Delapan Tingkat? Bagaimana mungkin! Dewa Api bergumam dalam hati. Jika Delapan Tingkat mudah dicapai, mengapa hanya ada beberapa malaikat Delapan Tingkat di alam Dewa? Ilusi? Pikirannya berusaha mencari alasan tak masuk akal.
“Hajar dia! Hajar sampai ibunya sendiri tak mengenalinya!” Gao Leihua mengaum, dalam hati bertekad: “Kau hancurkan mobil BB-ku, kau harus membayar harganya!”
“Siap, Penguasa Baru yang agung!” Setelah menerima perintah, 95 Ksatria Darah serempak menyerbu Dewa Api. 95 tubuh, 190 kepalan tangan menghujam ke arah sang dewa.
“Tidak~~~” Dewa Api mengeluarkan jeritan kesakitan. Dalam wilayah kecepatan, kecepatan Dewa Api sama sekali tidak bisa menyaingi 95 Ksatria Darah yang telah dipercepat oleh Gao Leihua. Hanya sekejap, tubuh Dewa Api yang dikepung para ksatria itu langsung dihujani tinju yang menutupi langit.
Sebelum berevolusi, Ksatria Darah tidak memiliki bentuk fisik yang konkret. Tinju mereka bahkan bisa menembus tubuh rekan seperjuangan untuk langsung menghantam musuh. Maka dengan tragis, Dewa Api yang baru turun dari alam dewa ini pun merasakan sensasi digebukin beramai-ramai oleh lebih dari 190 kepalan tangan.
"Sepertinya ada kejanggalan." Gao Leihua mengerutkan alisnya sambil memandang Dewa Api yang sedang dihajar di udara. Menurut penilaiannya, seorang Dewa tingkat delapan seharusnya tidak separah ini!
"Bahaya!" Tiba-tiba Gao Leihua melihat mulut Dewa Api yang tersembunyi di balik kedua lengannya. Bibir sang dewa itu terus bergerak seperti sedang mempersiapkan serangan pamungkas!
Baru saja teriakan peringatan Gao Leihua keluar. Bum! Sesosok Dewa Api yang sedang digebukin 95 Ksatria Darah tiba-tiba berubah menjadi tak terhitung kobaran api putih, yang langsung berhamburan ke segala penjuru.
Ksatria Darah belum sempat bereaksi, Dewa Api sudah lenyap tanpa jejak.
"Sialan, kabur lagi!" Gao Leihua menggelengkan kepala pasrah. Memandangi ratusan Ksatria Darah yang masih termangu di udara, ia menyunggingkan senyum getir. Kelemahan terbesar Ksatria Darah adalah kecerdasan mereka yang terlalu rendah.
Ditambah lagi bajingan tadi benar-benar tahan banting. Jurus transformasi menjadi api untuk kabur ini jelas membutuhkan waktu persiapan, tapi demi menyelesaikan jurus ini, dia rela menahan gebukan 95 Ksatria Darah, memaksakan diri bertahan sampai jurus pelarian fenomenalnya siap.
Namun, apa gunanya kabur. Menatap kobaran api yang telah menjauh, Gao Leihua tersenyum sinis. Kabur seperti biksu takkan bisa menghindari kuilnya! Tadi dia melihat jelas arah pelarian ratusan kobaran api ini. Meski terlihat acak, tujuan akhir pengumpulannya hanya satu - Kuil Cahaya.
……
Di angkasa atas Kuil Cahaya.
Ratusan kobaran api terus berdatangan dari segala penjuru, lalu membentuk sosok manusia di udara di atas kuil.
"Adik ketiga, akhirnya kau datang." Di sampingnya, Dewa Matahari Yang Bolo berdiri di sebelah Dewa Api. Setelah merasakan aura Dewa Api, dia telah menanti di tempat ini.
"Huh-huh-huh!" Dewa Api yang baru saja menyusun kembali wujud manusiawinya terengah-engah, lalu menatap ke atas dan membalas senyum getir pada Dewa Matahari.
“Kau juga mengalami masalah?” Dewa Matahari Apollo bertanya, karena tadi Dewa Api kabur menggunakan jurus pamungkas kabur nyawa "Transformasi Wujud Api di Luar Tubuh". Jika bukan karena mengalami sesuatu hal, Dewa Api mustahil menggunakan jurus kabur nyawa.
“Huu... Hm, aku curiga sudah menemukan bajingan yang membunuh Aiolia itu.” Dewa Api menatap ke atas, lalu menjelaskan secara detail peristiwa yang dialaminya tadi pada Dewa Matahari Apollo: “Aku juga menduga si brengsek itu berasal dari suku dewa kegelapan.” Kata Dewa Api.
“Maksudmu dia suku dewa kegelapan? Dia masih punya sekitar seratus anak buah Delapan Tingkat?” Dewa Matahari Apollo bertanya: “Mustahil Aduh, informasi tentang beberapa dewa suku kegelapan semuanya ada di tempat ini. Tapi dalam data kami sama sekali tidak ada suku dewa kegelapan seperti ini.”
“Aku juga tidak tahu ini. Ngomong-ngomong, Kakak kedua, bisakah kita menghubungi Kakak sekarang?” Dewa Api menelan ludah, “Aku rasa mungkin Kakak perlu turun lagi. Hanya kami berdua sulit menghadapi sekelompok penguasa kuat yang sepertinya sudah mencapai Delapan Tingkat itu.”
Begitu teringat seratus lebih bajingan yang menggebukinnya beramai-ramai, bulu kuduk Dewa Api langsung merinding. Meskipun pukulan mereka saat mengenai tubuhnya sepertinya tidak sekuat serangan Delapan Tingkat yang seharusnya, dia juga tidak bisa memastikan apakah para bajingan itu sudah menggunakan kekuatan maksimal.
“Baik, akan kucoba hubungi Kakak. Hanya saja tidak tahu bagaimana caranya Kakak bisa turun.” Dewa Matahari Apollo menghela napas, “Dulu kami bisa turun karena Kakak Dewa Cahaya membuka Pintu Dunia Dewa untuk mengirim kami. Tapi kalau Dewa Cahaya sendiri yang mau turun, tidak ada yang bisa membukakan Pintu Dunia Dewa untuknya.”
Pintu Dewa adalah gerbang antara dunia dewa dan dunia manusia. Konon, ketika Dewa Pencipta Dunia menciptakan tiga alam yaitu dunia manusia, dewa, dan iblis, awalnya tidak ada penghalang antar ketiganya. Asalkan kekuatan cukup, seseorang bisa dengan mudah membuka "alam" tempatnya berada untuk mencapai alam lain.
Namun kemudian suku dewa dan iblis bertempur besar untuk menguasai dunia manusia, yang kemudian dikenal sebagai pertempuran dewa melawan iblis legendaris pertama.
Pertempuran ini memicu kemarahan Dewa Pencipta Dunia. Dalam amarahnya, Ia memisahkan dunia dewa, iblis, dan manusia. Sejak saat itu ketiga alam tak lagi saling berhubungan.
Keadaan ini berlangsung selama ribuan tahun. Akhirnya, pihak Suku Dewa Cahaya tak tahan hanya tinggal di dunia dewa yang membosankan. Mereka merindukan keindahan dunia manusia.
Maka, para dewa faksi Cahaya pun berkumpul dan menemukan solusi bodoh. Dengan menggabungkan kekuatan semua anggota, mereka memaksa membuka celah kecil pada kekuatan penciptaan yang memisahkan dunia Dewa dan dunia manusia. Lalu mereka meninggalkan tanda di celah ini, yang kemudian dikenal sebagai Gerbang Dewa dalam legenda.
Untuk perjalanan dari dunia Dewa ke dunia manusia di masa depan, para anggota suku dewa hanya perlu menggunakan kekuatan ilahi untuk membuka gerbang ini. Satu-satunya kekurangan adalah dibutuhkan kekuatan yang cukup besar untuk membuka Gerbang Dewa ini, sehingga biasanya membutuhkan bantuan dewa lain dari klan untuk membukanya. Karena di antara Gerbang Dewa dan dunia manusia terdapat arus kacau ruang angkasa. Tanpa kekuatan yang memadai, konsekuensinya sungguh tak terbayangkan di arus ini.
Sebenarnya bukan hanya dunia Dewa, tampaknya dunia Iblis juga telah mengembangkan metode serupa. Hanya saja para dewa tidak mengetahuinya.
Metode penggunaan Pintu Dewa ini bertahan cukup lama. Hingga kemudian para dewa di alam dewa menyadari bahwa menggunakan Pintu Dewa untuk turun ke dunia manusia hanya bisa dilakukan oleh cultivator level super. Akhirnya, muncul ide tentang metode "kedatangan" yang bisa digunakan hampir semua orang. Asalkan menemukan kandidat manusia yang cocok di dunia fana, maka "kedatangan" bisa dilaksanakan. Satu-satunya kekurangan adalah kekuatan yang bisa digunakan tergantung tingkat keselarasan dengan tubuh penerima setelah kedatangan.
Karena itu pada akhirnya, hanya mereka yang ingin turun tapi tak mau mengurangi kekuatan yang akan menggunakan "Pintu Dewa" untuk turun.
"Kita lihat situasinya. Sepertinya Kakak sulit turun lewat Pintu Dewa. Kita harus berusaha mencari manusia dengan atribut cahaya untuknya. Aku akan menghubungi Kakak Dewa Cahaya di alam dewa dulu." Dewa Matahari menghela nafas, lalu bersiap menghubungi Dewa Cahaya di alam dewa.
"Hanya bisa begini." Dewa Api menganggukkan kepala. Di antara Tiga Dewa Cahaya, kekuatan Dewa Cahaya memang yang paling perkasa. Dengan tambahan Kakak Dewa Cahaya, seharusnya cukup untuk menghadapi pria berambut putih itu.
"Adik ketiga jaga ritualku, aku akan menghubungi Kakak." Dewa Matahari berseru, lalu menutup matanya dan mulai menggunakan kekuatan dewanya untuk berkomunikasi dengan Dewa Cahaya di alam para dewa.
Sejujurnya agak memalukan. Baru saja dia dan Dewa Api turun belum sampai beberapa jam, sudah memanggil Dewa Cahaya untuk ikut turun. Namun situasi saat ini benar-benar terdesak. Seperti kata Dewa Api, tanpa kehadiran Sang Kakak, meski mereka berdua menyerang bersama, tetap tak ada keyakinan akan kemenangan.
"Aaa--!" Saat Dewa Matahari dan Dewa Api sedang mempersiapkan cara menghubungi Dewa Cahaya, tiba-tiba terdengar jerit kematian dari sudut Kuil Cahaya.
"Apa yang terjadi?" Kedua dewa itu saling berpandangan secepat kilat, lalu melesat menuju sumber suara...
