Kini, di hadapan Wu Tian terbentang dua pilihan jalan. Pertama, keluar sekarang dan bersujud di kaki "Dewa Cahaya" yang selama ini diyakininya. Kedua, diam-diam pergi menemui Gao Leihua untuk menyampaikan kabar kedatangan Dewa Api dan Dewa Matahari ke dunia manusia.
Sebagai pengikut setia Dewa Cahaya, seharusnya tanpa ragu ia memilih opsi pertama. Namun, hubungan "terselubung" dengan Gao Leihua beberapa waktu lalu—seperti keterlibatannya dalam rencana pembunuhan Paus—membuatnya takut menghadapi konsekuensi hukum. "Kolusi" inilah yang membuatnya tak berani menatap langsung dewa-dewa yang disembahnya.
Saat ini, Wu Tian hanya memiliki dua pilihan. Entah bekerja sama dengan Gao Leihua yang kekuatannya luar biasa, atau berpegang pada harapan keberuntungan dengan bersujud di kaki Dewa Cahaya, lalu berdoa agar sang dewa tidak menemukan kolusi antara dirinya dan Gao Leihua.
Dalam situasi seperti ini, keputusan apa yang akan diambil Wu Tian?
Memandangi Dewa Matahari dan Dewa Cahaya di tengah arena, Wu Tian mengatupkan gigi. Ia tak bisa menentukan pilihan, tak tahu harus berbuat apa!
"Ada siapa di sana!" Tiba-tiba Dewa Matahari di Aula Paus memutar tubuhnya menghadap sudut tempat Wu Tian bersembunyi, berteriak keras. Aura Wu Tian yang sebelumnya tertutupi kekuatan Domain kini mulai terkuak seiring melemahnya kekuatan tersebut, membuatnya terdeteksi oleh Dewa Matahari!
Wu Tian menggigit bibirnya. Tak ada jalan lain, ia harus keluar menemui kedua Dewa Cahaya yang bahkan dalam mimpinya pun tak pernah ia bayangkan bisa dijumpai.
"Aku benar-benar bukan masih bermimpi?" Hingga tubuhnya keluar dari sudut Aula Paus dan berdiri di hadapan Dewa Matahari dengan Dewa Api, Wu Tian tetap sulit mempercayai apa yang disaksikannya.
"Eh, ternyata ini uskup agung Kuil Cahaya?" Dewa Matahari memandang Wu Tian dengan curiga setelah melihat jubah uskup agung yang dikenakannya.
"Demi keagungan Dewa Cahaya yang Mahabesar!" Wu Tian segera terjatuh berlutut: "Empat Uskup Agung Kuil Cahaya, Wu Tian. Menghadap Paduka. Kejayaan Paduka menyinari setiap sudut kegelapan." Setelah berlutut, seluruh tubuh Wu Tian gemetar tak terkendali.
"Memang benar seorang uskup agung." Dewa Api mengamati Wu Tian dari samping. Kekuatan suci yang terpancar dari tubuh pria ini memang sangat kuat, dan jubah kebesarannya pun tak mungkin palsu.
"Situasi tadi, kau saksikan sendiri kan?" Dewa Matahari menegakkan posturnya, menunjukkan wibawa layaknya dewa sejati. Secara bersamaan, aura kekuatan mengerikan menyebar dari tubuhnya dan menekan Wu Tian bagai gunung.
Merasakan kekuatan suci ini, gemetar Wu Tian seketika menjadi lebih hebat.
Dewa Matahari menganggukkan kepala dengan puas, sangat senang dengan reaksi Wu Tian. Kemudian dengan sikap berpura-pura yang berlebihan, Dewa Matahari berkata: "Kau telah melihat, jiwa Paus telah kembali ke surga yang indah." Dewa Cahaya melanjutkan dengan nada penuh kewibawaan ilahi: "Namun, kerajaan tak boleh sepi pemimpin. Kini, dengan nama Empat Dewa Cahaya - Dewa Matahari Apollo. Kuberikan padamu, Yang Mulia Uskup Agung Wu Tian, kehormatan sebagai Paus!"
Mata Wu Tian langsung membuka lebar-lebar! Begitu kata-kata Dewa Matahari terucap, Wu Tian hampir pingsan karena bahagia! Hanya Tuhan yang tahu sudah berapa lama ia mengincar posisi Paus, tak disangka didapatkan dengan mudah begini. Apakah ini bukan mimpi? Wu Tian tak sadar mencubit tangannya sendiri dalam hati.
"Atas nama kami Dewa Matahari Apollo, secara resmi kami mengumumkanmu sebagai Paus ke-82, menjadi perwakilan kami di dunia fana. Mulai saat ini, semua yang kau lakukan akan merepresentasikan kemauan kami." Dewa Matahari melambaikan tangan ke arah Wu Tian. Sejujurnya, siapa yang menjadi Paus tidaklah penting. Sedikit kasar dikatakan, Paus hanyalah anjing piaraan Empat Dewa Cahaya di dunia fana. Tak penting ras anjing apa, yang utama kesetiaannya: "Terakhir, di bawah kemuliaan kami, selesaikanlah urusan pemakaman Paus sebelumnya dengan baik."
"Ya! Kejayaan Dewa kami ada di mana-mana!" Wu Tian mengangguk dengan penuh kegembiraan: "Pemakaman Paus sebelumnya akan kuselesaikan sesuai kehendak Dewa. Kemuliaan Dewa kami akan membersihkan segala kegelapan!"
"Masih ada satu hal lagi." Dewa Api yang berdiri di samping tiba-tiba bangkit: "Di mana santa wanita itu? Panggil dia menghadap kami."
"Santa wanita?" Wu Tian tersenyum getir. Beberapa hari sebelumnya, santa wanita Bilisi telah kabur bersama putra keluarga Gao Leihua secara resmi. Tapi bisakah dia mengatakannya?
Maka Wu Tian pun terpaksa menatap ke atas dan berkata: "Wahai Dewa Yang Agung, kemuliaan-Mu memenuhi seluruh benua. Hal mengenai santa wanita itu hamba tidak begitu paham. Hanya ingat bahwa santa wanita itu telah lama hilang secara misterius. Satu-satunya yang mengetahui keberadaannya adalah Yang Mulia Paus sebelumnya. Namun kini beliau telah kembali ke pelukan Dewa Cahaya dengan penuh kejayaan." Wu Tian memeragakan ekspresi pasrah.
Dewa Api mengerutkan alis. Ia tidak meragukan ucapan Wu Tian, karena tak menyangka seorang penganut Cahaya berani berbohong. Kerutan alisnya muncul karena kabar hilangnya santa wanita. Kepergian santa wanita ini menyulitkan rencana mereka. Ia dan Dewa Matahari sedang berusaha mengundang sang Kakak turun, namun untuk itu harus menggunakan metode tribulasi khusus.
"Jika Dewa Cahaya ingin turun ke dunia, haruslah seseorang yang memiliki sifat cahaya. Semakin murni sifat cahaya-nya, semakin besar kekuatan yang bisa ditunjukkan Dewa Cahaya setelah turun. Umumnya yang paling cocok untuk dituruni adalah Santa Wanita dan Putra Suci yang dipilih oleh Kuil Cahaya."
"Putra Suci beberapa hari lalu sudah dituruni oleh malaikat Delapan Tingkat, Aiolia. Karena itu aku menanyakan keberadaan Santa Wanita."
"Kakak kedua, Santa Wanita sudah tidak ada. Jadi ini jadi tidak mudah," Dewa Api menghela napas. "Untuk menurunkan Kakak, harus ada orang dengan sifat cahaya. Tapi sekarang Santa Wanita sudah hilang."
Dewa Matahari mengerutkan alisnya sambil berpikir sejenak, lalu menatap Pastor Wu Tian.
"Wu Tian," Dewa Matahari memalingkan kepala dan berkata, "Kutanyakan padamu: bisakah kau temukan orang dengan sifat cahaya murni di ibukota? Lebih baik jika perempuan, dan perawan akan lebih baik." Dewa Matahari menjelaskan, dia hanya tahu Kakaknya lebih suka menggunakan tubuh gadis saat turun ke dunia.
“Sifat cahaya? Perempuan? Perawan？” Wu Tian mengerutkan alis berpura-pura merenung. Tapi sebenarnya dalam hatinya sedang memikirkan hal lain - menurut petunjuk Dewa Matahari dan Dewa Api, sepertinya Dewa Cahaya yang terkuat dari Empat Dewa Cahaya juga akan muncul. Artinya nanti, Tiga Dewa Cahaya akan turun ke benua ini.
Menurut penjelasan Dewa Matahari dan Dewa Api, untuk inkarnasi Dewa Cahaya dibutuhkan sebuah tubuh. Tubuh itu harus perempuan dengan atribut cahaya murni.
Tapi di mana bisa menemukan perempuan dengan sifat cahaya yang benar-benar murni? Wu Tian merenung dalam hati beberapa saat.
Tiba-tiba dalam benak Wu Tian terlintas sosok seorang perempuan.
Itulah perempuan yang pernah sangat dicintainya, bukan hanya di masa lalu - sampai sekarang pun perasaannya tetap sama. Namun kini perempuan itu bukan lagi miliknya. Padahal cintanya begitu besar, tapi di mata perempuan itu, dia kalah dari seorang pria yang baru dikenalnya beberapa bulan!
Wu Tian pernah berpikir untuk merebut kembali perempuan ini, tapi pasrah karena pria itu terlalu kuat, kuat sampai membuat Wu Tian gemetar.
Wu Tian tanpa henti merasa iri pada pria itu, tanpa henti memikirkan perempuan itu!
Sekarang, tiba-tiba terlintas dalam benak Wu Tian sebuah niat gila! Ya, pria itu memang sangat kuat! Kuat sampai membuatnya tak berani punya keinginan melawan. Tapi sekarang tiga Dewa Cahaya telah muncul. Ya, tiga dewa, Tiga Dewa Cahaya! Jika tiga dewa asing itu turun tangan, pria itu sama sekali bukan masalah besar!
Mengapa tidak kugunakan tangan tiga dewa asing ini untuk menghabisi pria itu! Dan juga dia. Wu Tian bergumam dalam hati, barang yang tak kudapatkan, orang lain jangan harap bisa memiliki!
Bahkan terhadapmu! Kalau kau tidak memilihku, kau juga jangan biarkan memilih pria lain! Iri membuat Wu Tian berpikir gila-gilaan. Dia merasa rencana ini sempurna. Keiri-ian adalah busuk dalam tulang! Sumber segala kejahatan! Karena keiri-ian, Wu Tian menjadi gila.
"Ada! Dewa yang agung. Tepat ada seorang perempuan!" Wu Tian mengangkat kepalanya menatap Dewa Matahari.
"Baik!" Dewa Matahari tertawa terbahak: "Saat ini, Dewa mempercayakanmu sebuah misi. Pergi cari perempuan itu, setelah Kakak turun, yang kau lakukan akan menjadi jasa besar!"
"Ya, Tuanku yang kuhormati. Melayani Tuanku adalah kewajibanku." Wu Tian bersujud ke tanah, kemudian berdiri dan perlahan pergi.
"Sudah, Kakak kedua. Masalah orang dengan atribut cahaya sudah terselesaikan, mari kita hubungi Kakak." Dewa Api memalingkan kepala ke Dewa Matahari.
"Adik ketiga menjagaku, aku akan segera menghubungi Kakak." Dewa Matahari berkata, kemudian menutup matanya, mulai menggunakan kekuatan mengerikan untuk membuka hubungan dengan Dewa Cahaya di alam Dewa...
……
Di sisi lain, Gao Leihua sedang menyiapkan makan malam sambil memikirkan hal yang terjadi di siang hari.
Tiba-tiba, seluruh tubuh Gao Leihua bergetar ringan!
"Ada apa?" Jingxin dengan tajam menyadari keanehan Gao Leihua, lalu jarinya melesat di udara membentuk serangkaian gerakan indah, bertanya menggunakan bahasa isyarat.
"Ah, tidak apa." Gao Leihua tersenyum, kemudian berbisik pelan: "Dengan namaku, Gao Leihua, kembalilah, hamba yang lahir dari darahku." Ia menggoreskan tangan kanannya, sehelai darah ungu-emas mengalir keluar.
Kemudian, wujud Goethe dan empat Ksatria Darah lainnya yang tewas di wilayah Dewa Matahari muncul kembali di hadapan Gao Leihua melalui darahnya.
"Kau tadi sudah mati sekali?" Gao Leihua menatap Goethe, bertanya pelan.
“Penguasa Agung, bawahan telah menyelesaikan misi. Namun setelah menyelesaikan tugas, saya dibunuh oleh seseorang yang disebut 'Dewa Matahari Apollo'. Dewa Matahari Apollo dan seorang yang tubuhnya terbakar api. Saat ini mereka berdua berada di Kuil Cahaya, harap Tuan wajib waspada.” Goethe berlutut di hadapan Gao Leihua.
“Dewa Matahari, Apollo?!” Gao Leihua baru tersadar setelah mendengar nama ini. Dalam kejadian Bayi sebelumnya, dia pernah membunuh avatar Dewa Cahaya yang ternyata bernama Apollo!
Saat itu, Pastor Wu Tian keluar dari Kuil Suci Cahaya. Setelah keluar, dia menghela napas pelan lalu bergegas menuju rumah keluarga Gao Leihua.
Sesampainya di rumah Gao Leihua, Wu Tian mulai mengetuk pintu dengan keras.
Mendengar suara ketukan, Gao Leihua melambaikan tangan ke Goethe dan empat Ksatria Darah. Secara instan, Goethe dan pasukan yang telah beregenerasi itu menghilang di udara.
Akhirnya, Gao Leihua melangkah mantap menuju pintu besar.
“Siapa？” Gao Leihua membuka pintu dan bertanya.
“Aku, Saudara Gao Leihua. Ada urusan mendesak yang harus kusampaikan padamu!” Uskup Agung Wu Tian memasuki pelataran dengan ekspresi cemas: “Saudara Gao Leihua, kau sedang menghadapi masalah...”
