“Ada apa, Yang Mulia Uskup Agung Wu Tian?” Setelah membuka pintu besar, Gao Leihua menyipitkan matanya sambil tersenyum pada Wu Tian yang berdiri di ambang pintu, lalu menyingkirkan tubuhnya untuk memberi jalan bagi Wu Tian memasuki pelataran.
“Saudara Gao Leihua, situasi mengkhawatirkan.” Setelah memasuki pelataran, Wu Tian berbicara dengan gusar kepada Gao Leihua: “Saudara Gao, Dewa Cahaya datang! Dua dari Tiga Dewa Cahaya kami di Kuil Cahaya, yaitu Dewa Api dan Dewa Matahari. Mereka berdua telah mendarat di dunia fana.” Wu Tian terengah-engah sambil menunjukkan wajah cemas: “Hari ini saat aku pergi ke Aula Paus, aku justru melihat Dewa Api dan Dewa Matahari dari Dua Dewa Cahaya. Mereka benar-benar dewa asing dari alam Dewa. Mereka telah datang ke dunia ini.”
“Dewa Cahaya?” Gao Leihua memandang Wu Tian sambil tersenyum: “Bukankah Dewa Cahaya adalah dewa kalian dari Kuil Cahaya? Lalu apa hubungannya dengan aku saat mereka datang?”
"Saudara Gao Leihua." Wajah Wu Tian memperlihatkan senyum getir: "Pada prinsipnya, kedatangan Dewa Cahaya seharusnya tidak ada hubungannya denganmu. Tapi ketika Dewa Api dan Dewa Matahari turun ke dunia, mereka justru menyaksikan anak buahmu membunuh Paus kami. Lalu Dewa Matahari langsung menghancurkan sampai ke akar-akarnya beberapa bawahanmu itu. Saat ini, aku khawatir Dewa Matahari masih berniat jahat terhadapmu." Tutur kata Wu Tian penuh kecemasan.
Memandang Wu Tian, Gao Leihua tak bisa menahan diri mengerutkan alis. Berita tentang kedatangan para dewa ke benua ini memang sudah dia ketahui melalui Komandan Kavaleri Darah Godard tadi, dan telah dipastikan kebenarannya. Tapi mengapa Wu Tian memberitahukan hal ini? Harus diingat bahwa Wu Tian adalah anggota Kuil Cahaya. Sejujurnya, Gao Leihua tidak bisa sepenuhnya mempercayai orang ini. Karena kesan yang dia berikan adalah bajingan yang suka konspirasi.
“Kau adalah uskup agung Kuil Cahaya, kan?” Gao Leihua menyipitkan matanya memandang Wu Tian: “Lalu mengapa kau memberitahuku semua ini? Harus kau tahu, Dewa Cahaya adalah dewa asing dari Kuil Cahaya kalian.”
“Saudara Gao Leihua, apa kau tidak percaya padaku? Terus terang saja, alasan aku datang memberitahumu hal ini tidak lain karena transaksi antara kita.” Wu Tian tersenyum getir: “Transaksi yang pernah kita lakukan dulu jika sampai diketahui Kuil Cahaya, aku tidak akan lolos dari hukuman mati.” Ekspresi pasrah muncul di wajah Wu Tian saat melanjutkan: “Kedatangan Dewa Cahaya tidak membawa sedikit pun manfaat bagiku. Bahkan, kehadiran mereka di dunia ini merupakan ancaman bagiku. Jika mereka mengetahui hal-hal yang pernah kulakukan, aku pasti mati! Jadi yang kulakukan sekarang ini di satu sisi untuk kebaikanmu, di sisi lain juga untuk kepentinganku sendiri.”
Gao Leihua menganggukkan kepala: “Baik. Kalau begitu terima kasih banyak, Uskup Wu Tian.”
“Hah, Saudara Gao Leihua terlalu resmi.” Wu Tian tertawa.
“Kalau begitu, apakah masih ada hal lain yang ingin kau sampaikan?” Gao Leihua tersenyum bertanya. Dari raut wajah Gao Leihua, Wu Tian tidak bisa melihat sedikitpun ekspresi kecemasan.
Gao Leihua memang tidak terburu-buru, tapi Wu Tian justru mulai panik.
“Saudara Gao Leihua, tidakkah kau sedikitpun merasa khawatir?” Wu Tian memandanginya dengan bingung. Sikap acuh tak acuh Gao Leihua ini justru membuat hati Wu Tian diliputi kecemasan. Mungkinkah Gao Leihua sama sekali tidak menggubris Dewa Cahaya? Atau bahkan terhadap tiga Dewa Cahaya sekalipun dia tak peduli? Tidak, tidak mungkin! Dewa Cahaya adalah para dewa, sedangkan Gao Leihua sekuat apapun hanyalah manusia biasa. Bagaimana mungkin dia tidak mempedulikan para dewa? Wu Tian menggelengkan kepala perlahan, mengusir ide "menggelikan" yang muncul di benaknya.
“Khawatir? Mengapa aku harus khawatir?” Gao Leihua tertawa.
“Saudara Gao Leihua, yang datang ini adalah Dewa Cahaya! Mereka para dewa, bukan manusia biasa!” Wu Tian semakin panik, berkata: “Jika mereka berniat jahat padamu...”
“Dewa? Haha.” Gao Leihua tertawa pendek, berkata: “Uskup Wu Tian, pertama-tama terima kasih sudah datang memberi tahu kabar ini. Lalu, apa hal lain?”
“Tidak, tidak ada.” Wu Tian mengucapkan dua kata dengan kaku. Saat datang ia telah menyiapkan segudang dialog, tapi setelah tiba di rumah Gao Leihua, satu pun tak sempat diucapkan.
“Bila tak ada hal lain, Uskup Wu Tian, saya tidak perlu mengantarkan.” Gao Leihua masih tersenyum ramah pada Wu Tian.
“Oh.” Wu Tian mengangguk lemah, ia sama sekali tidak tahu harus berkata apa, akhirnya dengan tatapan kosong melangkah keluar dari rumah Gao Leihua.
Gao Leihua memandang punggung Wu Tian sambil tersenyum tipis, lalu perlahan menutup pintu besar.
“Ayah, ada apa terjadi?” Yue Rui dari dalam rumah keluar sambil memandang bingung ke arah Gao Leihua.
“Tidak ada apa-apa, hanya Uskup Wu Tian datang memberi tahu Ayah beberapa hal.” Gao Leihua tersenyum. Namun senyumannya saat ini terlihat jahat. Setelah mengetahui dua Dewa Cahaya datang ke benua, Gao Leihua langsung paham hari-hari tenang kesukaannya telah berakhir lagi. Jika dia membiarkan kedua Dewa Cahaya terkutuk ini, mereka akan mengacaukan kehidupannya dan membawakan masalah tak berujung.
“Siapa pun yang ingin mengganggu kehidupanku, bersiaplah membayar harga untuk kebodohan kalian.” Kilatan dingin berkelebat di mata Gao Leihua. Berkali-kali dia mengaku sebagai orang yang tak suka masalah. Justru karena itu, dia akan memilih cara paling efektif untuk menghancurkan sumber masalah - lebih baik memencet tunas kejahatan saat masih di fase awal. Kini, karena kedua Dewa Cahaya ini berpotensi mengganggunya, saatnya menghancurkan sumber masalah tersebut dengan gemilang!
"Yue Rui memandangi Gao Leihua dengan bingung, dia bisa merasakan ekspresi tertawa Ayah saat ini agak aneh, hm, atau mungkin terkesan jahat?!"
Saat itu, Jingxin juga keluar dari dalam rumah. Dengan lembut dia mendekati sisi Gao Leihua, mata biru lautnya yang berkabut bagaikan danau berembun memandangi raut wajah Gao Leihua.
"Hm? Ada apa, Jingxin?" Gao Leihua bertanya setelah melihat kehadiran Jingxin.
Jingxin tersenyum tipis. Tangan rampingnya mengulur untuk mengelus alis Gao Leihua yang berkerut. Namun saat jemarinya menyentuh dahi Gao Leihua, tiba-tiba dia menarik kembali tangannya dengan cepat sambil tersipu malu. Ternyata tangannya masih berminyak bekas memasak tadi.
"Jingxin." Gao Leihua menggenggam tangan ramping itu erat, berbisik lembut memanggil nama sang istri. Kepekaan Jingxin berhasil meredakan gejolak dalam hatinya.
"Hm?" Jingxin mengerutkan alisnya, tatapan bertanya tertuju pada Gao Leihua.
“Hm, Jingxin, entah mengapa. Aku merasa sangat ingin melakukan satu hal.” Gao Leihua tersenyum licik.
“？？” Jingxin memandanginya dengan bingung.
“Yaitu, hal ini.” Gao Leihua tersenyum licik, tanpa peduli Yue Rui di sisinya langsung menyangga wajah Jingxin, lalu menciumnya dengan geram……
……
Di kejauhan, di pos pengawas yang bisa memandang ke arah rumah keluarga Gao Leihua, berdiri sosok manusia yang tampan.
Sosok tampan ini persis adalah Pastor Wu Tian.
Saat ini, Wu Tian memandang jauh ke arah rumah Gao Leihua. Perkembangan hal tadi sama sekali berbeda dengan rencananya. Awalnya dia ingin meminjam kabar kedatangan Dewa Cahaya untuk mendapatkan kepercayaan Gao Leihua, lalu mencari cara mendekati Jingxin. Akhirnya, asalkan sudah mendekati Jingxin, dia akan punya peluang untuk menipunya keluar.
Kalkulasi Wu Tian memang cukup baik, hanya saja dia meremehkan kewaspadaan mendalam Gao Leihua terhadapnya. Sebenarnya sejak lama Wu Tian sudah menyadari Gao Leihua menyimpan kecurigaan tak beralasan padanya, hal ini bisa dilihat dari sikap Gao Leihua yang selalu menjaga jarak.
Namun meski Gao Leihua berhati-hati, Jingxin justru tidak demikian.
Pada masa lalu, keahlian sihir cahaya luar biasa Jingxin justru merupakan bimbingan langsung dari Wu Tian sendiri.
Saat itu, seluruh anggota Kuil Cahaya - bahkan penduduk ibukota - menganggap Wu Tian dan Jingxin sebagai pasangan ideal. Pria tampan dan wanita cantik, bahkan Wu Tian sendiri pun berpikir demikian.
Banyak pelamar yang mengejar Jingxin kala itu, tapi yang paling menonjol adalah trio Wu Tian, Rook si Ksatria Cahaya tingkat enam, serta putra mahkota Kekaisaran Cahaya yang sudah tiada.
Di antara tiga pria ini, putra mahkota Kekaisaran Cahaya meskipun memiliki bakat yang cukup baik, namun bagaimanapun dia adalah putra mahkota. Sebagai putra mahkota, banyak urusan Kekaisaran Cahaya telah menyita waktunya. Oleh karena itu Wu Tian menganggap ancaman dari putra mahkota tidak terlalu signifikan.
Sedangkan saingan lainnya, Rook si Ksatria Cahaya tingkat enam. Sebagai putra tunggal Pendekar Pedang Suci Angin, meskipun Rook memiliki kekuatan yang besar, Wu Tian yakin sepenuhnya bahwa dirinya bisa melakukan lebih baik daripada Rook! Karena itu, dia selalu berpikir hanya dirinya dan Jingxin yang paling cocok, dan pasti Jingxin akan menjadi miliknya.
Dia bahkan mempersiapkan momen untuk melangkah ke pelaminan bersama Jingxin!
Sayangnya mimpi indah harus berhadapan dengan realitas yang kejam!
Hari-hari indah yang dibayangkan Wu Tian tidak bertahan lama. Tak lama kemudian, seorang pria tak dikenal tiba-tiba muncul dalam kehidupan Jingxin, lalu dalam beberapa bulan singkat berhasil menawan hati Jingxin!
Pria ini adalah Gao Leihua. Wu Tian sama sekali tidak tahu dari mana Gao Leihua muncul, juga tidak mengerti bagaimana caranya Gao Leihua bisa berada di sisi Jingxin. Yang dia tahu hanyalah pria yang luar biasa kuat ini awalnya muncul dengan status sebagai kerabat Jingxin, jadi Wu Tian tidak terlalu mempedulikannya. Lagipula dia kan keluarga Jingxin, apa ancamannya?
Namun seiring waktu, Wu Tian mulai memperhatikan bahwa Jingxin sering menunjukkan kelembutan unik pada Gao Leihua. Hubungan antara Jingxin dan Gao Leihua semakin intim. Akhirnya, Wu Tian merasakan kejanggalan.
Sayangnya ketika Wu Tian menyadari keanehan ini, semuanya sudah terlambat. Karena pada saat itu hubungan Gao Leihua dan Jingxin sudah seperti paku tertancap di papan.
Memikirkan ini, mata Wu Tian mulai memerah! Tatapannya tak berkedip menancap ke pintu besar rumah keluarga Gao Leihua. Di benaknya berkelebat sosok berambut putih Gao Leihua yang selalu mengganggu pikirannya.
“Gao, Lei, Hua.” Wu Tian menggigit gigi, satu per satu kata dengan tegas. Pria yang muncul dari batu ini, pria yang awalnya dianggap tidak membawa ancaman sama ini, justru merebut Jingxin darinya!
“Apa yang tidak bisa kudapatkan, kau juga jangan harap bisa mendapatkannya.” Wu Tian mengepal tinju dengan erat, menghantam tiang batu di sampingnya dengan keras. Kebencian dan kecemburuan mengaburkan penglihatannya, membuatnya tak menyadari konsekuensi dari perbuatannya.
……
“Jingxin, kurasa aku harus pergi sebentar nanti malam.” Setelah memberikan ciuman basah yang penuh kehangatan, Gao Leihua tersenyum pada Jingxin.
“Hmm.” Jingxin menganggukkan kepala dengan lembut, tapi tak satu pun kata Gao Leihua yang benar-benar didengarnya. Hanya bisa mengiyakan dengan pelan.
“Malam ini, aku harus pergi ke Lembah Arwah-arwah dan Kekaisaran Manusia-Binatang. Lalu mencari dua teman lama.” Gao Leihua menyipitkan matanya memandang arah Lembah Arwah-arwah dan Kekaisaran Manusia-Binatang. Terakhir, Gao Leihua kembali memalingkan kepala ke arah Kuil Cahaya: “Semoga teman lama Rhein·Charlie akan senang ketika melihat dua teman lamanya ini di Kuil Cahaya...”
