“Hm.” Jingxin mengangguk lemah, lalu memeluk erat Gao Leihua.
“Brengsek-brengsek dewa di Kuil Cahaya itu tidak memberiku banyak waktu. Jadi, waktu mepet. Aku ingin berangkat sekarang. Dengan kecepatan maksimal ke Lembah Arwah-arwah dan Kekaisaran Manusia-Binatang. Dengan kecepatanku, besok subuh sudah bisa kembali.” Gao Leihua berbisik di telinga Jingxin.
“Hm.” Jingxin masih tetap mengangguk lemah.
“Selain itu, anak-anak harusnya kau yang menjaganya. Aku juga akan meninggalkan Bola-Bola, nanti bisa saling membantu.” Gao Leihua berkata pada Jingxin.
“Hm.” Jingxin menjawab dengan lembut, menggenggam tangan Gao Leihua lebih erat.
“Jaga diri, Jingxin-ku.” Gao Leihua mencium lembut telinga Jingxin. Kemudian melayang ke angkasa saat wajah Jingxin memerah: “Besok subuh aku pasti sudah kembali.”
“Hm!” Jingxin menjawab dengan suara meninggi.
“Ngomong-ngomong, Ibu, Ayah mau ke mana?” Yue Rui yang selama ini berdiri di samping baru menoleh ke Jingxin setelah Gao Leihua terbang.
“Hm?” Jingxin berpikir dengan curiga lalu menggelengkan kepala perlahan. Sepertinya tadi dia tidak mendengar sepatah kata pun yang diucapkan Gao Leihua. Yang diingatnya hanyalah ciuman Gao Leihua di hadapan putri mereka. Wajahnya memerah membara. Selanjutnya dia hanya terus mengangguk, setiap perintah Gao Leihua pasti dijawab dengan anggukan...
……
“Aku harus mencari peluang lagi untuk memasuki rumah Gao Leihua.” Wu Tian bergumam dalam hati sambil memandang rumah Gao Leihua dari kejauhan. Namun begitu teringat pada Gao Leihua, hatinya langsung dipenuhi kegelisahan. Selama Gao Leihua ada di sana, mustahil baginya membawa Jingxin keluar! Wu Tian tidak tahu bahwa Gao Leihua telah terlempar keluar. Karena kecepatan terbang Gao Leihua yang luar biasa, penglihatan Wu Tian sama sekali tidak menangkap siluet samar tubuhnya yang melesat keluar.
Dari tadi ia terus memandang rumah Gao Leihua dari kejauhan. Dengan mengatupkan gigi, Wu Tian mulai melangkah mendekati rumah tersebut. Sambil berjalan, pikirannya sibuk mencari-cari alasan yang tepat untuk bisa masuk ke dalam rumah itu.
Kembali berdiri di depan gerbang rumah Gao Leihua, Wu Tian mengulurkan tangannya dan mengetuk pintu besar itu.
"??" Mendengar suara ketukan, Jingxin segera berlari ke pintu dan membuka gerbang taman.
Melihat yang membuka pintu adalah Jingxin, Wu Tian juga tertegun. Memandang Jingxin yang masih secantik dulu, hati Wu Tian merasa tertekan. Namun Wu Tian tidak menunjukkan perasaannya: "Ah, Jingxin ya. Yang lain, di mana Tuan Gao Leihua? Ada hal yang perlu kusampaikan padanya." Wu Tian bertanya sambil tersenyum.
Yue Rui mengikuti dari belakang Jingxin menuju gerbang taman. Saat melihat Uskup Wu Tian, dia memberikan senyuman tipis pada Wu Tian.
Dalam ingatan Yue Rui, Wu Tian cukup baik pada mereka.
Dulu karena alasan Jingxin, Wu Tian sangat menjaga Yue Rui dan anak-anak lainnya di akademi. Jadi kesan Yue Rui terhadap Wu Tian juga baik.
Sedangkan Jingxin sendiri sebenarnya bisa dianggap sebagai salah satu siswa Wu Tian. Terhadap Wu Tian, Jingxin juga tidak menunjukkan rasa jengah.
"Mentor Wu Tian mencari Ayah? Ayah baru saja keluar. Katanya mungkin baru kembali besok." Yue Rui yang tidak terlalu berhati-hati terhadap Wu Tian pun menjelaskan.
“Apa? Tuan Gao Leihua keluar?” Mata Pastor Wu Tian tiba-tiba berbinar! Gao Leihua pergi? Baru kembali besok? Oh, Dewa Cahaya di atas, apakah Anda sedang melindungiku?! Hati Pastor Wu Tian dipenuhi kegembiraan. Namun ia tetap berpura-pura cemas: "Besok baru kembali? Itu sudah terlambat." Setelah berkata demikian, ia pura-pura berpikir lama sebelum memalingkan wajah ke Jingxin: "Jingxin, lebih baik kuberitahu kamu saja. Paling-paling nanti setelah Saudara Gao Leihua kembali, kamu yang menyampaikannya padanya."
“Hmm.” Jingxin menganggukkan kepala pelan-pelan, memberi isyarat pada Pastor Wu Tian untuk melanjutkan.
“Sulit dijelaskan dengan kata-kata. Begini saja, Jingxin, ikut aku. Aku akan tunjukkan barang itu padamu.” Pastor Wu Tian berpura-pura gugup. Barang apa? Sebenarnya sama sekali tidak ada yang mau ditunjukkan.
“?” Mata biru Jingxin memandang dengan bingung ke arah Pastor Wu Tian.
“Hal ini tak bisa dijelaskan lewat kata-kata, aku akan mengajakmu melihat langsung.” Wu Tian berseru dengan gusar. Tugasnya hanyalah membawa Jingxin ke Kuil Cahaya, selebihnya bukan tanggung jawabnya.
“Kakak Jingxin, ada makanan?” Tiba-tiba, Bilisi si santa wanita turun dari lantai atas. Setelah mengobrol setengah hari dengan Shajia, akhirnya perut mereka berdua keroncongan. Namun Shajia masih takut menampakkan diri, maka Bilisi yang berstatus istri muda ini pun turun untuk mencari makanan yang bisa dibagi dengan suaminya.
“Eh? Itu Mentor Wu Tian?!” Serentak Bilisi melihat Wu Tian yang sedang berbicara dengan Jingxin. Dengan riang gadis itu memanggil mantan mentornya. Wu Tian memang guru sejatinya selama ini, pertemuan tak terduga ini membuat Bilisi berseri-seri.
Tatkala melihat Bilisi, mata Wu Tian berkilauan. Senyum tipis mengembang di wajahnya: “Bilisi, kau juga di sini. Bagaimana kabarmu selama ini?”
"Hm, terima kasih atas perhatian Mentor. Bixi baik-baik saja di sini. Tempat ini membuat Bixi merasa nyaman." Bixi tersenyum.
"Ha, itu bagus. Ngomong-ngomong, kebetulan kamu di sini. Aku akan mengajak Jing Xin melihat sesuatu. Keberadaanmu semakin mempermudah, hal ini juga terkait denganmu. Mari ikut bersama." Kata Wu Tian: "Waktu kita tidak banyak."
Mendengar ucapan Wu Tian, Jing Xin mengerutkan kening sejenak, tapi tidak terlalu memikirkannya. Hanya merasa hari ini Wu Tian aneh.
Bixi memandang Wu Tian dengan ragu: "Tapi, aku harus mengantar makanan untuk Shajia." Bixi gelisah.
"Urusan ini, serahkan pada teman sekelas Yue Rui untuk Shajia." Wu Tian melihat Yue Rui di samping.
"Baiklah. Yue Rui, tolong antarkan makanan ini." Bixi berpikir sejenak lalu berkata pada Yue Rui: "Shajia satu hari belum makan, Yue Rui, tolong bantu urusan ini."
“Hihi, serahkan hal ini padaku. Bagaimanapun, Shajia juga adikku.” Yue Rui di samping tersenyum.
……
“Baiklah, Jingxin, Bixi. Kalian berdua ikut aku.” Pastor Wu Tian berkata.
Atas dasar kepercayaan pada Wu Tian, Bixi dan Jingxin tidak banyak bicara, mengikuti Wu Tian keluar.
“Jingxin, hari ini ada kejadian tertentu.” Wu Tian berbicara sambil berjalan: “Ikutlah, hal ini sulit dijelaskan. Sebenarnya ingin mencari Tuan Gao Leihua, tapi dia tidak ada.”
Demikianlah, Wu Tian membawa Bixi dan Jingxin menuju arah Kuil Cahaya.
Setelah lama berjalan, saat hampir tiba di Kuil Cahaya, Jingxin mengerutkan alis. Intuisinya yang tajam menyadari kejanggalan - mengapa harus ke Kuil Cahaya untuk membicarakan sesuatu? Dan nalurinya mengatakan seharusnya tidak melanjutkan perjalanan. Dia merasa gelisah.
Jingxin mengulurkan tangan rampingnya, menahan Bixi untuk tidak maju lagi.
"Ada apa? Jingxin Jie?" Bixi memandangi Jingxin dengan bingung. Ia memanggil Jingxin hanya dengan "Jie", belum seperti Shajia yang memanggilnya "Ibu". Memang tak mudah membuatnya mengganti panggilan secara instan. Meski melihat mereka menuju Kuil Cahaya, Bixi tak terlalu memikirkannya.
Wu Tian juga menoleh dengan ekspresi bingung ke arah Jingxin: "Ada apa?"
"Hmph!" Jingxin mendengus dingin. Bola mata biru esnya menatap tajam ke Wu Tian. Tatapan membekunya membuat seluruh tubuh Wu Tian bergetar. Sekilas, matanya memperlihatkan kecemasan yang tersamar.
"Ada apa, Jingxin?" Wu Tian berusaha menjaga ekspresi wajahnya, berpura-pura bingung sambil menatap Jingxin.
Mata Jingxin masih memancarkan tatapan dingin yang tak berubah. Kilatan kecemasan yang sempat muncul di mata Wu Tian tak luput dari pengamatan Jingxin.
“Ada apa, Jie Jingxin?” Bixi tidak mengerti mengapa Jingxin tiba-tiba berhenti dan memandang dingin ke arah Mentor Wu Tian, lalu bertanya berbisik.
Jingxin membuat beberapa gerakan tangan ke Bixi. Bixi mengangguk, bahasa isyarat Jingxin sudah menjadi metode komunikasi yang dipahami semua anggota keluarga Gao Lei: "Mentor Wu Tian, Jie Jingxin bertanya apakah Anda ingin membawa kami ke Kuil Cahaya."
"Ini." Wu Tian tersendat bicara. Sebenarnya dia tidak menyiapkan alasan, hanya ingin menipu kedua perempuan ini. Dia tak menyangka kewaspadaan Jingxin setajam ini - meski pernah membayangkan niatnya akan ketahuan, tapi tak menduga reaksi Jingxin bisa secepat ini.
Melihat ekspresi Wu Tian saat ini, Jingxin menggelengkan kepala kecewa. Lalu menarik lengan Bixi dan berjalan menuju rumah tanpa menoleh.
“Saat ini ingin pergi?” Pastor Wu Tian mengatupkan gigi, setelah menyobek kulit domba luar, sifat asli serigala kelabu Wu Tian terungkap. Awalnya dia juga berpikir Jingxin akan ketahuan niatnya, untungnya dia telah mempersiapkan diri. Dengan mengayunkan tangan kanannya, satu regu ksatria Kuil Cahaya muncul dari tumpukan rerumputan di samping. Dia telah menyusupkan pasukan di tempat ini! Bukan hanya di sini, di tempat yang berani mendekat ke Kuil Suci, melalui ratusan meter dia menyusupkan sekelompok pasukan berkuda Kuil!
"Mentor Wu Tian, kau!" Wajah santa wanita Bilisi memucat sejenak. Sosok Wu Tian di hadapannya benar-benar menghancurkan citra Wu Tian dalam benak Bilisi! Dia tak menyangka Wu Tian berani melakukan hal seperti ini.
"Hmph!" Jingxin mendengus dingin, bola mata biru esnya memancarkan secercah kejijikan yang menatap erat ke arah Wu Tian.
"Kalian lebih baik ikut aku dengan diam." Pastor Wu Tian memperlihatkan senyuman menjijikkan. Dalam hatinya, Bixi hanyalah Santa Cahaya tanpa kekuatan serangan. Sedangkan Jingxin, hanya perempuan yang belajar sedikit sihir cahaya di sisinya!
Sayangnya, Wu Tian belum tahu bahwa Jingxin tidak hanya menguasai sihir cahaya. Pedang Jingxin juga merupakan keberadaan super kuat! Adegan saat Jingxin memohon Gao Leihua menghancurkan serigala angin dengan pedangnya di Pulau Rubah dulu, sama sekali bukan bohong!
Tapi, berapa orang di dunia ini yang tahu tentang pedang Jingxin? Bahkan anak-anaknya sendiri belum tahu bahwa Jingxin adalah ahli seni pedang!
Dengan wajah acuh tak acuh, Jingxin melirik para ksatria cahaya itu. Berikutnya, swoosh! Pedang panjang biru terentang dari cincin ruang Jingxin, mendarat ringan di telapak tangannya.
Sekejap, di antara Langit dan Bumi seolah hanya ada pedang panjang biru es itu! Jingxin adalah putri Raja Lautan. Jurus pedangnya merupakan salah satu teknik terkuat di suku laut——Jurus Pedang Es.
Es, adalah benda terdingin di alam semesta. Dan saat ini, pedang Jingxin juga sama membekukan...
