"Chu!" Dengan mengerahkan Kekuatan Dewa Petir yang telah bermutasi, Gao Leihua dengan mudah membuka batas energi di lantai ini. Batas energi tingkat ini bagi Gao Leihua hanyalah masalah kecil. Perlu diketahui bahwa bahkan segel abadi yang diklaim tidak bisa dihancurkan dari Empat Dewa Cahaya di Lembah Arwah pun hanya seperti hidangan kecil baginya, apalagi batas energi yang dibuat terburu-buru oleh Dewa Api dan Dewa Matahari sekarang?
Setelah menghancurkan batas energi, Gao Leihua langsung berlari sekencang-kencangnya menuju kedalaman Kuil Cahaya.
Di sepanjang jalan, para Ksatria Kuil Suci yang berjaga di pos-pos perbatasan Kuil Cahaya sama sekali tidak menunjukkan reaksi. Dengan mata telanjang, bagaimana mungkin mereka bisa melihat siluet samar Gao Leihua yang sedang bergerak dalam kecepatan puncak? Para ksatria penjaga hanya merasakan angin sepoi-sepoi melintas sesaat.
Namun tak satu pun dari mereka yang menyadari bahwa sosok Gao Leihua telah bergerak jauh menuju area terdalam Kuil Cahaya.
Pada saat ini, di Aula Paus Kuil Cahaya, Dewa Matahari dan Dewa Api bersama-sama telah menyiapkan sebuah altar kedatangan. Altar ini merupakan tempat ritual yang diperlukan untuk kedatangan Dewa Cahaya.
Kini, Dewa Matahari dan Dewa Api sedang menanti kedatangan Dewa Cahaya di tempat ini.
"Persiapkan semuanya, Kakak bilang dia akan segera turun." Setelah berkomunikasi dengan Dewa Cahaya di alam surga menggunakan kekuatan ilahi, Dewa Matahari berbalik menghadap pemimpin Kuil Cahaya di belakangnya—oh seharusnya Paus Cahaya saat ini Wu Tian: "Wu Tian, bawa dua perempuan itu ke sini. Dewa Cahaya akan memilih sendiri tubuh yang akan digunakan."
"Baik. Merupakan kehormatan bagiku untuk melayani Tuhanku." Wu Tian mengangguk lemah, lalu berpaling ke beberapa kaki tangan di belakangnya: "Pengawal, bawa santa wanita Bilisi dan Nona Jingxin ke atas."
"Siap." Ksatria di luar aula segera menjawab. Beberapa jam kemudian, empat ksatria cahaya membawa Jingxin dan Bixi menuju Aula Paus Kuil Cahaya.
Wu Tian berdiri di belakang Dewa Matahari dan Dewa Api, menyaksikan Jingxin dan Bixi dibawa ke atas altar.
Ketika melihat Jingxin dibawa ke altar, Pastor Wu Tian memperlihatkan ekspresi gila-gilaan.
"Lihatlah, lihatlah!" Teriak hati Wu Tian, "Barang yang tak bisa kumiliki, jangan harap orang lain bisa mendapatkannya! Gao Leihua, jika aku tak bisa memiliki Jingxin, kau juga jangan harap bisa mendapatkannya! Takkan ada yang bisa!"
Bang! Dentuman keras tiba-tiba menggema di tengah lamunan sombong Wu Tian, diikuti getaran ringan yang mengoncang seluruh Kuil Cahaya.
"Apa yang terjadi?!" raungan Wu Tian memenuhi ruangan.
"Hmm?" Dewa Api dan Dewa Matahari serentak mengerutkan alis usai getaran itu. Dentuman "Bang" tadi bukan suara biasa, melainkan suara batas energi pertahanan yang mereka pasang di sekitar Kuil Cahaya terkoyak. Artinya, lapisan pertahanan itu telah dibuka paksa.
"Kejayaan Dewa Cahaya yang agung ada di mana-mana." Pastor Wu Tian menoleh ke arah Dewa Matahari dan Dewa Api.
"Siapa?!" Secara tiba-tiba, Dewa Api dan Dewa Matahari serempak memutar kepala. Mata mereka tertuju pada pintu masuk Aula Paus, di mana aura intimidatif yang membuat kedua dewa merasa tertekan tiba-tiba muncul.
Mendengar teriakan Dewa Api, pandangan Wu Tian mengikuti sorotan kedua dewa menuju pintu aula.
Kemudian, di sana Wu Tian melihat siluet samar seorang pria berjubah putih dengan postur agak kurus, perlahan melangkah masuk ke aula.
Melihat siluet ini, pupil mata Wu Tian membesar liar. Sosok ini - bahkan jika dihancurkan jadi debu - tetap bisa dikenalnya. Rambut putih khas yang tak ada duanya di seluruh benua, postur kurus, serta bola mata hitam berkilau cahaya ungu. Gao Leihua, pria mengerikan itu, ternyata berhasil menemukan lokasi ini.
"Penuh konsentrasi!" Begitu sosok Gao Leihua muncul di Aula Paus, matanya langsung menangkap Jingxin dan Bixi yang sedang ditahan oleh beberapa ksatria Kuil Suci di dalam aula. Tak lama kemudian, pandangannya tertumbuk pada sosok Uskup Agung Cahaya yang berdiri di dekat mereka——Pastor Wu Tian!
"Wu Tian!! Kau yang melakukan ini?!" Mata Gao Leihua menatap tajam ke arah Pastor Wu Tian. Suaranya rendah namun bergema aneh di seluruh Kuil Cahaya. Rahangnya mengeras seperti baja sementara amarahnya yang tak terbendung akhirnya pecah——baru saja, ketika menginjakkan kaki di tempat ini dan menyaksikan ekspresi saat ini Jingxin, seluruh tubuhnya gemetar oleh kemarahan yang meluap!
"Itu dia?!" Di sisi lain, Dewa Api dan Dewa Matahari yang telah melihat jelas penampilan Gao Leihua saling bertatapan, lalu serempak berkata lembut dengan nada penuh keterkejutan.
"Hahaha, hahaha! Gao Leihua. Tak kusangka kau datang secepat ini!" Wu Tian tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan gila-gilaan. Dengan dukungan dua dewa, ia merasa postur tubuhnya tegak bak papan: "Ya aku! Haha! Benar, semua ini perbuatanku! Aku juga yang membawa keluar Jingxin dan Bixi! Kini, Jingxin dan Bixi akan menjadi wujud tubuh saat Dewa Cahaya turun. Haha, Gao Leihua, yang tak bisa kudapatkan, kau pun takkan bisa memilikinya! Jika aku tak bisa mendapatkan Jingxin, maka kau juga mustahil memilikinya! Habislah sudah peluangmu! Kuburkan niatmu untuk bersama Jingxin sampai mati!"
"Kau tahu bagaimana biasanya kuperlakukan orang yang berani menyentuh keluargaku?" Postur tubuh Gao Leihua terlihat agak ilusif, ia berbicara datar kepada Wu Tian.
"Haha? Menyerang aku? Gao Leihua, maksudmu kau sekarang menyerangku? Hahaha! Gao Leihua, kau benar-benar pandai bercandaan!" Wu Tian tertawa terbahak. Perlu diketahui, di hadapannya sekarang berdiri dua dewa asing Kuil Cahaya - Dewa Api dan Dewa Matahari! Mereka adalah dewa, bukan manusia! Dalam pikiran Wu Tian, sekuat apapun Gao Leihua, dia tetaplah hanya manusia. Apa kemampuan seorang manusia seperti Gao Leihua untuk melawan dewa?
"Kau pikir ini candaan?" Seketika, siluet ilusi Gao Leihua menghilang dari titik awalnya. Tubuhnya telah menembus blokade Dewa Api dan Dewa Matahari, muncul di belakang Wu Tian.
"Siapa yang berani menyentuh keluargaku, akan dieksekusi." Suara dingin Gao Leihua bergema di belakang Wu Tian. Mendengar suara itu, pupil iris Wu Tian menyempit tiba-tiba. Perasaan takut yang mencekam menyergap dadanya.
Plak! Plak! Plak! Plak! Empat dentuman keras! Empat ksatria Kuil Suci yang mengawal Jingxin dan Bixi terlempar mundur, menabrak dinding dengan keras!
Pupil iris Wu Tian melebar tiba-tiba. Tak hanya dia, pupil iris Dewa Matahari dan Dewa Api juga menyempit refleks. Kecepatan Gao Leihua luar biasa, bahkan melebihi kecepatan refleksi para dewa.
"Tak ada yang boleh menyentuh keluargaku! Semua yang berani mengganggu mereka akan kubuat MEMBAYAR HARGA!" bisik Gao Leihua di telinga Wu Tian dengan suara tertekan. Meski rendah, getaran kemarahan yang terpendam dalam suaranya jelas terdengar. Sejak tiba di dunia lain ini, Gao Leihua telah bersumpah tak akan membiarkan Jingxin menderita sedikitpun. Perbuatan Wu Tian bahkan layak mati 10.000 kali untuk meredakan amuknya!
Kemarahan yang memuncak namun tenang - ketenangan ini justru merupakan wujud amarah paling dahsyat!!
“Apalagi menyakiti Jingxin, itu tidak hanya sekadar mati! Aku akan membuat jiwamu disiksa selamanya tanpa ampun!” Tangan kanan Gao Leihua mencengkeram kepala Wu Tian dengan keras.
“Lepaskan dia!” Dewa Api dan Dewa Matahari yang berbalik tubuh langsung melihat Gao Leihua menggenggam Wu Tian. Kedua dewa itu merasa memalukan, di tempat ini mereka masih membiarkan Gao Leihua dengan mudah muncul di belakang mereka dan menangkap Wu Tian. Begitu teringat hal itu, kedua dewa itu langsung menerjang Gao Leihua dengan garang.
“Lepaskan dia?” Gao Leihua menyeringai sinis. Plak! Suara ledakan seperti semangka pecah terdengar dari kepala Wu Tian.
Tangan kanan Gao Leihua berpendar kilat ungu-emas yang menyilaukan! Plak! Kepala Wu Tian meledak menjadi remah-remah di genggaman Gao Leihua. Kepala manusia adalah bagian yang rentan, sama sekali tak tahan serangan sekecil apapun.
Setelah meledakkan kepala Wu Tian, Gao Leihua tidak berniat membiarkannya begitu saja! Seperti yang diucapkannya, jiwa Wu Tian harus menerima siksaan tak berujung!
"Dengan namaku Gao Leihua, kupanggil entitas yang terlahir kembali melalui darahku——Jenderal Kavaleri Darah, Godard!" Tangan kanan Gao Leihua bergerak, sosok Godard sang Jenderal Kavaleri Darah kembali muncul di hadapan Dewa Matahari dan Dewa Api.
Saat siluet Godard muncul, kedua dewa tertegun. Mereka saling pandang penuh kecurigaan, bagaimana mungkin bajingan yang jelas-jelas telah menjadi abu di wilayah Dewa Matahari ini bisa muncul lagi?
"Godard, tarik jiwa bajingan ini. Aku ingin jiwanya disiksa siang-malam dengan siksaan terberat." Gao Leihua memandang dingin mayat Wu Tian di tangannya.
"Penguasa Agung, serahkan pada Godard." Godard mengangguk lemah, mengulurkan tangan kanannya yang terborgol ke mayat Wu Tian. Bersamaan, mantra-mantra penyegel jiwa mulai dikumandangkan.
"Untukmu, segel di sini." Gao Leihua dengan santai mengeluarkan sebutir kristal dan memberikannya kepada Goethe. Menyuruh Goethe menyegel jiwa Wu Tian ke dalam kristal ini.
"Siap, Penguasa Agung." Goethe mengangguk lemah, menerima kristal tersebut.
"Kau, belum mati?!" Saat Dewa Matahari melihat Goethe, hatinya bergetar. Ia memandang tak percaya sambil dalam hatinya meneriakkan ketidakpercayaan: Mustahil, bagaimana mungkin? Bajingan ini jelas sudah jadi abu di wilayah apiku, kenapa muncul lagi di depanku?!
Goethe tersenyum tipis pada Dewa Matahari, lalu mengulurkan tangannya menyusup ke dalam tubuh Wu Tian. Sekali tarik ia mengeluarkan jiwa Wu Tian, lalu menyegelnya ke dalam kristal yang tadi diberikan Gao Leihua. Terakhir, ia menyerahkan kristal itu pada Gao Leihua.
Gao Leihua tersenyum dingin, menyimpan kristal ini ke dalam cincin kristalnya. Hidup masih panjang...
