"Selanjutnya, masih ada kalian berdua kan." Mata merah menyala, Gao Leihua mengangkat kepala menatap Dewa Api dan Dewa Matahari Apollo di hadapannya. Seketika, kilat samar berdesir mulai melilit tubuhnya, bagai anak-anak ceria yang tak mau lepas dari sisi Gao Leihua.
Aura mencekam memancar kuat dari seluruh tubuh Gao Leihua.
Dewa Matahari Apollo dan Dewa Api saling pandang. Setelah itu, Apollo mengangguk lalu maju selangkah. Berdasarkan Pasal 326 Hukum Dewa Pencipta, ia hendak melakukan debat teoritis dengan Gao Leihua sebelum pertempuran.
Prosedur wajib ini—berdebat atas nama Dewa Pencipta sebelum bertarung, baru kemudian memulai duel spektakuler—adalah aturan mutlak bagi para dewa. Baik Dewa Cahaya maupun Dewa Kegelapan, semua harus mematuhi peraturan yang ditetapkan Sang Pencipta Alam Semesta ini...
"Baik, Yang Mulia yang perkasa. Beri tahuku, dewa dari wilayah mana engkau? Kemudian, atas dalih Dewa Pencipta kita akan melakukan diskusi..." Dewa Matahari Apollo maju siap untuk berdebat dengan Gao Leihua terlebih dahulu.
Peraturan yang ditetapkan Dewa Pencipta ini terlihat Tidak Masuk Akal, namun mengandung jerih payah-nya. Ia membuat aturan ini demi menjaga hubungan antar dewa-dewa. Konflik antar dewa-dewa memang tak bisa dihindari, selama ada keberadaan makhluk berkesadaran pasti akan timbul perselisihan!
Dan seringkali perselisihan antar dewa hanyalah salah paham belaka. Pada saat seperti ini, diskusi antar kedua belah pihak sebelum perang dapat membuat pertempuran yang mungkin terjadi menghilang seperti asap. Tak bisa dipungkiri, peraturan yang damai ini dari Dewa Pencipta memang sangat bijaksana.
Sayangnya, Gao Leihua yang berdiri di hadapan Dewa Matahari Apollo bukanlah dewa dari dunia ini! Lagipula, prinsip Gao Leihua adalah: Siapa pun yang berani menggangguku, tak peduli apa alasannya atau seberapa benar alasan mereka, semuanya takkan kuhiraukan! Alasan itu hanya ampas! Lebih baik langsung serang dulu dengan batu bata!
Jadi, saat Dewa Matahari Apollo baru saja maju untuk berbicara, siluet Gao Leihua sudah muncul di depannya dengan kecepatan luar biasa seolah melintasi ruang!
Lalu, di bawah pandangan tertegun Dewa Matahari Apollo, yang menyambutnya adalah sebuah tinju berkilat-kilat sebesar kuali yang dipenuhi kilat.
"Bicara teori dengan nenekmu!" Gao Leihua menggeram dengan mata merah menyala. Dengan pukulan keras, tinjunya menghantam wajah Dewa Matahari Apollo! Bajingan terkutuk yang berani menyentuh Jingxin ini masih punya muka datang menghadapnya untuk bicara teori? Gao Leihua mengumpati dengan geram.
“Harus diketahui, Jingxin, sang putri duyung yang cantik ini menempati posisi seperti apa dalam hati Gao Leihua! Itu adalah posisi yang rela dipertaruhkan nyawanya oleh Gao Leihua! Pernah Gao Leihua bersumpah dalam hati, tak akan membiarkan Yuxin kedua dalam hidupnya menerima sedikit pun perlakuan tidak adil. Dia, Jingxin adalah segalanya bagi kelangsungan hidup Gao Leihua di dunia lain ini.”
“Sedangkan terhadap bajingan yang berani melukai Jingxin sedikit saja, bersiaplah menyambut kemarahan Dewa Petir generasi baru, Gao Leihua!”
“Teknik Pukulan Berat——Lei, Ledakkan!” Gao Leihua menggeram keras, meneriakkan nama jurus tinju ini!
Lei Bao merupakan teknik tinju yang dimodifikasi Gao Leihua dari ilmu bela diri kuno Bumi. Ini adalah metode menumpuk kekuatan dalam kepalan tangan hingga mendekati tubuh musuh, lalu meledakkannya sepenuhnya! Teknik ini paling cocok digunakan dalam——kondisi kemarahan!
Braak! Tinju Gao Leihua menghantam wajah tampan Dewa Matahari Apollo, menyusul Kekuatan Dewa Petir yang tak terbantahkan di kepalan tangannya meledak dengan dahsyat di wajah sang dewa.
Braak~! Dentuman keras menggema. Tenaga tinju yang mengerikan membuat seluruh tubuh Apollo terlempar ke belakang! Ledakan itu mengubah wajah tampan sang dewa menjadi hitam legam seperti arang.
Sehelai darah hidung keemasan mengalir di pipi Apollo, atau lebih tepatnya menetes dari lubang hidungnya.
"Kau, berani-beraninya melakukan ini!" Apollo bangkit dari tanah dengan wajah merah padam. Mata berapinya menatap Gao Leihua yang berambut putih. "Kau lancang menantang wewenang Dewa Pencipta dengan menginjak-injak peraturan Yang Esa!"
Tapi sebelum Dewa Matahari Apollo selesai berbicara, siluet samar Gao Leihua sudah muncul lagi di hadapannya! Kali ini, yang menyambut Apollo adalah tendangan sanksi penuh kemarahan dari Gao Leihua! Dengan mengangkat kaki besarnya, Gao Leihua menendang keras wajah tampan Dewa Matahari Apollo!
Sebelum Dewa Matahari Apollo sempat bereaksi, dunia hitamnya cuma dipenuhi bayangan kaki raksasa itu! Lalu sang dewa langsung terhempas ke tanah oleh tendangan itu.
"Teori, teori kepala batu!" Gao Leihua terus-menerus menginjak-injak wajah tampan Apollo dengan kaki yang diayunkan penuh amarah. Setiap tendangan mengandung kemarahan paling mematikan dari Gao Leihua! Melihat Jing Xin yang paling berharga terluka, tubuhnya gemetar menahan murka. Getaran kemarahan ini harus dipadamkan dengan darah segar kedua bajingan di hadapannya!
"Jie. Ayah Gao Leihua saat ini, sepertinya agak mengerikan." Bixi di samping Jingxin memandangi Gao Leihua yang berlumuran darah, tak tega menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Jingxin. Ia tak lagi berani menyaksikan adegan mengerikan itu. Bagaimanapun ia tumbuh besar di Kuil Cahaya. Namun selama hidup bersama keluarga Gao Leihua, yang paling sering ia lihat justru banyak ksatria Kuil Suci mati di tangan Gao Leihua. Meski merasa para ksatria itu pantas mati, sebagai manusia biasa, masih ada secarik kerinduan tersisa di hatinya terhadap Kuil Cahaya.
Jingxin memeluk Bixi sambil menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.
Mengerikan? Melihat Gao Leihua di hadapannya, Jing Xin bertanya dalam hati dengan lembut. Tidak, sama sekali tidak ada rasa takut. Pemandangan berdarah di depan matanya tidak membuat Jing Xin merasa ngeri. Karena dia hanya tahu, pria yang mengamuk seperti banteng gila ini sedang melakukan semua ini demi dirinya. Meski terlihat menyeramkan, hal ini justru menimbulkan rasa manis kebahagiaan yang tak terungkap dalam hati Jing Xin. Senyum tipis mengembang di sudut bibirnya.
"Akhirnya, matilah kau!" Kilatan niat membunuh yang mengerikan terpancar dari mata Gao Leihua! Kilat terkonsentrasi sempurna di kepalan tangannya: "Pergilah menemui Dewa Cahaya kalian!" Energi di tangan kanan Gao Leihua yang cukup untuk menghancurkan Dewa Matahari Apollo dalam kondisi saat ini menjadi ampas, menghantam dengan dahsyat ke arah sang dewa!
Semua ini terasa lama, namun sebenarnya hanya terjadi dalam sekejap! Saat ini, Dewa Api di samping baru saja tersadar dari keterdiamannya.
"Tidak! Graaak~ Lepaskan Kakak keduaku!" Dewa Api meneriakkan dengan liar, menyerbu ke arah Gao Leihua dari belakangnya. Di tangan Dewa Api, sebuah palu yang membara api diayunkan dengan keras ke arah Gao Leihua.
"Pergi!" Gao Leihua meneriakkan dengan ganas, tubuhnya berputar cepat. Tangan kanannya yang terkonsentrasi kilat terpaksa melepaskan Dewa Matahari di bawahnya, beralih menghantam Dewa Api di belakangnya!
Braak! Kilat ungu di tangan Gao Leihua bertabrakan dengan api putih dari palu Dewa Matahari. Gelombang energi tak terbantahkan menyebar seperti riak air ke segala penjuru!
Pada detik berikutnya, pukulan penuh kekuatan Gao Leihua bertubrukan dengan palu Dewa Matahari yang terburu-buru diayunkan.
"Braak!" Setelah palu dan tinju Gao Leihua bertabrakan, Dewa Api menyemburkan darah dengan liar. Bersama palu, tubuhnya terlempar akibat pukulan ini. Saat palu menghantam kepalan Gao Leihua, Dewa Api merasakan sensasi seolah menabrak "Gunung Suci Pencipta" di alam surga yang dijuluki tak mungkin dihancurkan!
Tidak hanya itu! Di angkasa, palu Dewa Api di tangannya tiba-tiba berderai dengan suara "Krak!"
Mata Dewa Api membelalak. Meskipun palunya bukan ciptaan langsung Bapa Dewa Pencipta, tapi ini tetap senjata dewa yang telah ditempa ratusan kali. Bagaimana mungkin hancur remuk dengan mudah seperti ini? Serpihan palu ini membuktikan betapa dahsyatnya kekuatan yang terkandung dalam pukulan santai Gao Leihua tadi!
Kemarahan Gao Leihua telah membangkitkan kekuatan yang setidaknya 2 kali lipat dari kondisi puncaknya biasanya. Perasaan manusiawi inilah yang terkadang menjadi kekuatan tak terbantahkan, sumber energi paling fundamental dari segala sesuatu!
Baik itu kemarahan, kesedihan, antusiasme, maupun keputusasaan! Semuanya bisa membuat manusia mengeluarkan kekuatan yang melampaui batas mereka!
Namun, tujuan palu Dewa Api ini telah tercapai. Saat dia menghantamkan palunya ke arah Gao Leihua, Apollo Dewa Matahari yang semula berada di bawah Gao Leihua memanfaatkan kesempatan ketika Gao Leihua berbalik untuk menyerang Dewa Api, lalu kabur dari bawah tubuhnya dan dengan cepat berkumpul di sisi Dewa Api.
"Kakak kedua." Dewa Api memegang gagang palu yang tersisa sambil tersenyum getir. Kekuatan dewa tak dikenal di hadapan ini benar-benar luar biasa kuat. Bahkan Dewa Kekuatan di masa lampau——Rhein·Charlie Dewa Hewan—pun tak sehebat ini!
"Sialan. Sudahlah, saat ini kita harus serbu, Adik ketiga." Apollo Dewa Matahari mengusap noda darah di wajahnya dengan kasar. Dia memandang penuh amarah ke arah Gao Leihua, pria yang telah memberinya aib ini.
“Baik! Serbu!” Dewa Api mengatupkan gigi, melempar dengan keras senjata kesayangannya Palu Dewa Api.
Kilatan cahaya merah berkedip di mata Gao Leihua, tatapannya tajam seperti elang jantan mengintai mangsa menatap dua pria di hadapannya.
"Mau serang bersama?" Gao Leihua tertawa histeris: "Ayo serang bersama! Aku Gao Leihua, mengapa harus takut!!"
Gao Leihua mengulurkan tangan kanannya. Cincin ruang di jarinya berbunyi "ding". Pisau Hukuman meluncur dari cincin ruang ke genggamannya: "Akan kuhancurkan kalian jadi ampas, kalian berdua sampah yang berani mengganggu konsentrasiku..."
