Gao Leihua benar-benar telah melupakan urusan Dewi Cahaya. Dengan wajah masam, dia mengikuti Jingxin masuk ke dalam rumah.
“Tidak ada, aku hanya membandingkan posturmu dengan postur Tuan. Secara pribadi, proporsi tubuh Tuan jauh lebih baik darimu.” Goethe mengamati postur Dewi Cahaya, lalu menganalisis dari sudut pandang ilmu bela diri murni: “Postur Tuan adalah rasio emas, sementara posturmu, aduh. Bukan maksudku merendahkan, tapi posturmu jauh kalah! Contohnya, payudaramu terlalu besar sehingga mempengaruhi kecepatanmu. Pinggangmu terlalu ramping sehingga mengurangi tenaga ledak di area pinggang, lalu kakimu...”
Goethe terus-menerus memaparkan "kelemahan" Dewi Cahaya. Jangan mengira Goethe bodoh. Di kehidupan sebelumnya sebagai Ksatria Jiwa di bawah Dewa Jiwa, Goethe hanya fokus pada latihan bela diri dan sama sekali buta tentang masalah asmara. Bisa membedakan jenis kelamin pria-wanita saja sudah prestasi besar baginya.
“......” Mendengar ucapan Goethe, Dewi Cahaya tak sadar menunduk memandang sosok dewi-nya yang bisa membuat semua wanita di dunia malu. Untuk pertama kalinya, keraguan muncul dalam hatinya tentang kesempurnaan postur "setan" miliknya ini. Apakah benar posturnya seburuk yang digambarkan Goethe?
Pasal 257: Yue Rui yang Membuka Pintu
Gao Leihua benar-benar lupa tentang urusan Dewi Cahaya. Dengan wajah masam ia mengikuti Bixi masuk ke dalam rumah.
Masuk ke kamar mandi, Gao Leihua melepas jubahnya dan melangkah masuk ke kolam renang yang luas ini. Kolam ini dibuat sesuai permintaan khusus Jingxin. Karena Jingxin berasal dari suku ikan manusia, kolam mandi di rumahnya sangat megah. Bahkan mungkin sudah tidak bisa disebut kolam mandi lagi. Kolam di rumah Jingxin ini nyaris tidak berbeda dengan kolam renang pribadi para konglomerat di Bumi.
Meskipun kolam ini berada di lantai atas, persoalan pasokan air sama sekali tidak menjadi masalah. Meski dunia ini tidak memiliki fasilitas pipa air, sihir elemen air bisa dengan sempurna menyelesaikan masalah pasokan air untuk kolam ini.
"Huu!" Gao Leihua menarik napas lega sambil masuk ke dalam kolam. Air hangat di kolam mulai melenturkan sarafnya yang lelah setelah beberapa hari bertempur. Rasa lelah akibat pertempuran seketika menghilang tanpa bekas.
Gao Leihua mengubur seluruh tubuhnya di dalam kolam.
"Andai ada seseorang yang menggosok punggungku, pasti akan lebih sempurna," gumam Gao Leihua dengan mata tertutup rapat.
Gao Leihua masih hanya ingin memikirkannya ketika sepasang tangan ramping yang lembut bagai tak bertulang dengan lembut meraba punggung Gao Leihua. Kemudian tangan ramping ini mulai mengusap punggungnya dengan perlahan.
"Oh~~" Gao Leihua seketika mengerang keras. Meski teknik pengusapan tangan ramping di belakang ini masih kaku, ini sudah cukup membuatnya nyaman sampai mengeluarkan suara erangan.
"Jing Xin." Gao Leihua tak perlu menoleh, memanggil dengan lembut. Dia tahu yang berada di belakangnya adalah Jing Xin yang penuh perhatian.
"Hm." Suara Jing Xin bergema di telinga Gao Leihua.
"Kau juga, turunlah. Haha!" Tiba-tiba Gao Leihua berputar cepat, lalu menarik Jing Xin dari belakang dan mencampakkan ke dalam air.
"Jangan!" Begitu kaki Jing Xin terkena air, tiba-tiba ia bisa berbicara.
Suara zzzz muncul di bagian kaki Jing Xin.
Gao Leihua menundukkan pandangannya, lalu dengan jelas ia melihat kedua kaki Jingxin perlahan menyatu setelah bersentuhan dengan air. Kilatan cahaya biru menyilaukan, dan kaki jenjang nan indah itu pun menghilang. Yang muncul adalah ekor ikan biru yang dulu pernah membuatnya begitu terpukau.
"Graaa!" Teriakan itu meledak begitu melihat ekor biru itu. Tanpa ragu, Leihua menarik Jingxin ke dalam pelukannya. Bibirnya yang garang menyergap bibir merah sang domba kecil yang terperangkap dalam dekapan.
"Hmm..." Rintihan lembut terdengar. Tubuh molek itu menggeliat dalam pelukan. Sentuhan tubuh sang kekasih membangkitkan gelora nafsu dalam diri Leihua, bagai aliran sungai deras yang tak pernah surut...
Terutama saat Gao Leihua menunduk melihat bola mata biru Jingxin yang dipenuhi kasih sayang bak genangan air, hal ini membuat nafsu Gao Leihua bagai air Sungai Kuning yang meluap tak terkendali.
"Graa~~" Suara lolongan serigala! Di bawah rangsangan gairah yang memuncak, Gao Leihua tanpa ragu berubah wujud menjadi makhluk yang disebut 'serigala'. Dengan sigap ia menindih Jingxin di tepi kolam, disusul tubuh perkasanya yang menekan erat...
Seketika, di dalam kamar mandi ini, sesuatu bernama 'pemandangan musim semi' menyebar bersama uap air yang bergulung-gulung naik dari air hangat, memenuhi seluruh ruangan.
"Jingxin!" Gao Leihua mengeluarkan panggilan penuh kerinduan, lalu mengangkat pinggulnya siap mengarahkan 'senjata' untuk bertempur!
Bola mata jernih Jingxin memandang lembut ke arah Gao Leihua, seolah menanti langkah lebih lanjut darinya.
Brak! Di saat Gao Leihua hendak "mengirim angin musim semi melewati Gerbang Yumen", pintu kamar mandi tiba-tiba didorong dengan kasar oleh seseorang.
“Ayah, cepat keluar, ada yang cari di lantai bawah!” Suara merdu yang tidak pada tempatnya bergema.
Seketika, tubuh Gao Leihua dan Jing Xin di bawahnya serentak kaku. Gao Leihua memperlihatkan senyum getir, ini adalah suara putri sulungnya, Yue Rui.
Sesaat itu, Gao Leihua dan Jing Xin menahan napas, kedua orang itu terdiam di dalam air tanpa berani bergerak.
Anakku, cepat pergi lah. Gao Leihua berdoa dalam hati.
Namun seolah karena Gao Leihua baru-baru ini menyinggung Dewi Cahaya, doanya dinyatakan gagal.
“Aneh, kemana perginya Ayah?” Uap air di kamar mandi terlalu pekat, Yue Rui mengetuk pintu lalu meneriakkan: “Ayah, ada di dalam tidak? Aku masuk ya!”
Gao Leihua tersenyum getir, bergumam dalam hati: Bukannya kau sudah masuk sejak tadi.
Setelah masuk ke kamar mandi, Yue Rui langsung memeriksa sekeliling. Meskipun kabut air di kamar mandi sangat tebal. Tapi dia berasal dari suku apa? Dia adalah anggota Suku Peri! Peri terkenal dengan penglihatan super tajam! Di bawah penglihatan kuat Suku Peri, Yue Rui akhirnya melihat siluet samar Gao Leihua.
"Ah!" Teriak Yue Rui setelah melihat siluet Gao Leihua, lalu cepat-cepat menutup mulut kecilnya dengan tangan.
Gao Leihua pasrah berdiri, tersenyum getir. Tak ada cara, siapa sangka putri sulungnya ini berasal dari Suku Peri yang mata mereka sudah terkenal tajam.
Plak! Wajah Jingxin di bawah tubuh Gao Leihua langsung memerah dari kepala sampai ujung kaki. Ekor birunya memukul permukaan air dengan keras sebelum akhirnya menyelam ke dalam air dan tidak muncul lagi.
"Yang lain, hai, Yue Rui." Gao Leihua menyapa Yue Rui dengan ekspresi agak pusing.
“Ah~~~” Yue Rui kembali mengeluarkan jerit kesakitan, akhirnya dia memahami apa yang sedang dilakukan Ayah dan Ibu. Kemudian dia menutupi wajah mungilnya yang memerah, lalu membanting pintu keluar...
“Jingxin.” Melihat Yue Rui kabur, Gao Leihua memalingkan kepala dengan perih memanggil Jingxin. Tapi Jingxin yang sekarang tetap bersembunyi di dalam air tak mau muncul.
Dengan pasrah, Gao Leihua mengusap tubuhnya lalu keluar dari air dengan wajah menderita. Memang, meski Jingxin telah menyerahkan dirinya, sebelum pernikahan resmi mereka hampir tak pernah melakukan ini. Kesempatan langka untuk membangun keintiman kali ini justru terpaksa terputus.
Mengambil baju yang disiapkan Jingxin untuknya, Gao Leihua mulai berpakaian sambil berjalan menuruni tangga.
“Yue Rui. Ada apa tadi? Katamu ada yang mencariku?” Sesampainya di lantai bawah, Gao Leihua bertanya pada Yue Rui yang sedang duduk di kursi.
“Hm, Ayah, ketua organisasi 'Lei' Soren membawa dua orang mencarimu.” Yue Rui menatap ke atas sambil menyipitkan mata kepada Gao Leihua.
“Hm, di mana mereka sekarang?” Gao Leihua menggaruk kepala dengan malu bertanya.
“Sedang menunggumu di aula sebelah.” Jawab Yue Rui.
“Baik, aku akan melihat.” Gao Leihua berdiri lalu bergegas menuju aula di sisi lain. Entah mengapa, saat ini rasanya dia selalu merasa seperti narapidana ketika berada di hadapan Yue Rui.
Sesampainya di aula sebelah, Gao Leihua melihat Komandan Kavaleri Darah Godard sedang ngobrol ngalor-ngidul dengan Soren ketua organisasi Lei. Pandangan Gao Leihua beralih, lalu di belakang Soren terlihat dua gadis berdiri. Gao Leihua tidak memperhatikan dan kembali memusatkan perhatian pada Soren.
“Soren, ada apa kau mencariku?” Gao Leihua menyampirkan mantel terakhirnya lalu masuk ke aula. Baru saja siluet samarnya melintasi pintu, tiba-tiba salah satu dari dua gadis di belakang Soren menjerit keras.
"Ah?! Kau, si cabul yang tadi!" Gadis cantik itu langsung berteriak begitu melihat Gao Leihua dan rambut putih mencoloknya.
Swoosh! Garis-garis hitam mengalir deras dari ubun-ubun Gao Leihua. Dengan kaku ia memalingkan kepala ke arah kedua gadis itu. Begitu mengenali wajah mereka, senyum getir mengembang di bibirnya - Benarlah kata pepatah, musuh takkan bertemu tanpa sebab. Jika ingatannya benar, dua gadis ini adalah yang sama-sama nyelonong di tikungan saat "cahaya musim semi"-nya tadi tak sengaja terpampang.
"Zi Yi, jangan sembarangan bicara." Leiliya yang lebih tinggi menegur rekannya. Ia lalu menunduk sopan: "Maafkan kami, Tuan. Adikku masih belum paham tata krama."
Gao Leihua tersenyum getir, apa lagi yang bisa dia katakan? Lagipula gadis berbaju ungu ini memang menyatakan fakta. Meskipun Gao Leihua tidak sengaja memperlihatkan tubuhnya.
"Sudahlah, mari kita hentikan pembicaraan ini." Gao Leihua melambaikan tangan, lalu menarik kursi dan duduk: "Ini hanyalah insiden tak terduga. Tapi, saya harap kalian berdua bisa mengontrol ucapan. Jika hal ini tersebar ke publik, jangan salahkan saya bersikap kasar!"
"Baik, Tuan. Kami akan memperhatikan." Lelia mengangguk halus, lalu berkata pada Gao Leihua.
"Izinkan saya memperkenalkan, Tuan Gao Leihua." Soren berdiri, menunjuk gadis bernama Lelia: "Tuan Gao Leihua, ini adalah Nona Lelia - desainer termuda sekaligus kepala divisi di 'Xue Sha'! Sesuai permintaan Tuan, saya membawanya ke sini. Dia akan bertugas mendesain pakaian pernikahan Tuan dan Nona Jingxin. Dia akan membantu Tuan menciptakan gaun pengantin paling sempurna dari 'Xue Sha'..."
