"Sosokmu, sungguh mirip." Gao Leihua menggaruk kepala dengan malu, lalu tersenyum pada putri kecil itu: "Maaf, aku salah mengenali. Putri kecil, kau mengingatkanku pada seseorang." Gao Leihua tersenyum ramah pada sang putri.
Mirip seseorang? Putri kecil itu memandang curiga pada pria berambut putih ini. Jika hanya sekadar mirip, mengapa dia bahkan tahu namaku? Sang putri mengamati dengan saksama pria di hadapannya, sambil meragukan apakah pria ini benar-benar penguasa super seperti yang dikatakan Ana Gili? Bagaimanapun juga, putri kecil tak merasakan aura penguasa kuat dari Gao Leihua.
Sebenarnya ini bukan kesalahan putri peri. Perlu diketahui Gao Leihua telah mencapai tingkat "kembali ke kesederhanaan asli". Saat ini, selama tidak menunjukkan kekuatannya, orang lain sama sekali tak bisa melihat kemampuan sebenarnya. Jadi sangat wajar jika putri kecil tak bisa menilai kekuatan Gao Leihua. Justru akan aneh jika putri kecil itu langsung mengetahui kekuatannya hanya dengan sekilas pandang.
“Hmm.” Gao Leihua tetap mempertahankan senyuman polos seolah tak bersalah. Kilatan getar di matanya tadi berhasil ditutupinya dengan cepat. Memandangi putri kecil di hadapannya, ia menghela napas pelan. Sungguh, kemiripan putri ini dengan seseorang yang pernah dikenalnya sangat mencolok.
Li'er, gadis kecil yang manis itu. Putri kandung Gao Leihua di Bumi, anak Yuxin, bocah perempuan yang selalu nempel di sisinya sambil merengek minta diceritakan kisah-kisah fantasi.
Entah apakah ini lelucon dari dewa pencipta dunia, wajah putri kecil di hadapannya persis sama dengan Li'er. Mata indah yang sama, senyum menggemaskan yang serupa. Andai bukan karena warna rambut dan telinga runcing yang mengingatkannya pada ras peri, Gao Leihua hampir saja mengira ini adalah Li'er yang sedang menyamar sebagai peri kecil. Kemiripan sang putri membuat dadanya berdesir tak karuan.
“Aku mirip dengan teman lama Tuan Gao Leihua, benar?” Sang putri kecil tersenyum pada Gao Leihua, terlihat jelas ia pandai membangun hubungan. Hanya dengan satu kalimat Gao Leihua, sang putri langsung menjalin kedekatan.
"Heh." Gao Leihua mengulurkan tangannya secara kebiasaan ingin mengelus kepala gadis kecil itu. Namun saat tangannya sampai di tengah jalan, ia melihat wajah panik para peri di belakang sang putri.
"Hehe." Melihat tatapan para peri, Gao Leihua tersenyum getir dan menyusut kembali tangannya.
Saat ini, mata imut sang putri menatap tajam tangan Gao Leihua. Tadi, pria ini ingin mengelus kepalanya? Perbuatan seperti ini belum pernah ia alami. Ibunya sendiri tak pernah melakukan gerakan mesra seperti itu, ia hanya melihat orang tua peri lain melakukannya pada anak-anak mereka.
Setelah Gao Leihua menarik kembali tangannya, suasana pun menjadi agak kaku.
Melihat suasana mulai tegang, pemimpin peri Anna Gili segera mencairkan ketegangan: "Ngomong-ngomong, Tuan Gao Leihua. Bagaimana kalau kita berangkat sekarang? Hutan Peri kami sedang dilanda bencana. Jika memungkinkan, bisakah kita segera melanjutkan perjalanan?"
"Hm, baiklah." Gao Leihua menganggukkan kepala.
"Ayah." Yue Rui yang ikut bersama Gao Leihua memandanginya dengan bingung. Ekspresi ayah tadi terlihat aneh, meski cepat ditutupi, gadis itu masih merasakan getaran sesaat yang tersembunyi.
"Tidak apa-apa." Gao Leihua tersenyum ringan pada putrinya: "Cuma teringat beberapa kenangan masa lalu."
"Oh." Yue Rui mengangguk lemah. Ayah tak pernah bercerita tentang masa lalunya pada mereka. Yang dia tahu, ayah dibawa pulang oleh Ibu Jingxin setelah suatu perjalanan. Dan sepertinya, ayah berasal dari tempat yang sangat-sangat jauh.
“Tuan Gao Leihua, kalau kita mau ke Hutan Peri harus lewat jalan air dulu.” Anna Jili menjelaskan pada Gao Leihua: “Dari tempat ini mulai menggunakan jalur air bisa menghemat banyak waktu.”
“Hm, baik. Urusan rute aku serahkan padamu, waktu mepet. Ambil jalan tercepat saja.” Gao Leihua mengangguk.
……
Setelah tiba di dermaga, Anna Jili dan para peri justru tak menemukan kapal yang cocok. Setelah mencari setengah hari tak juga ketemu, mereka gelisah bagai semut di atas wajan panas.
“Hai~~Adik ipar!” Di tengah kegelisahan para peri, dari kejauhan terlihat seorang pria ganteng di atas kapal megah sedang melambaikan tangan ke arah mereka.
Mendengar suara yang familiar ini, Gao Leihua menoleh dan melihat pria tampan di kapal itu——Yuehua Tian, kakak laki-laki Jingxin.
“Saudara Gao Leihua, kalian sekelompok orang ini hendak ke mana?!” Yuehua Tian berteriak dari kejauhan kepada Gao Leihua.
“Oh, kakak laki-laki. Aku hendak ke Hutan Peri, bagaimana denganmu?” Gao Leihua tersenyum sambil mengangguk setelah mengenali Yuehua Tian.
“Haha! Kau juga ke Hutan Peri? Kebetulan yang tepat! Adik ipar, mari naik kapal!” Yuehua Tian memanggil Gao Leihua: “Aku juga perlu ke Hutan Peri, lebih baik kita pergi bersama!”
“Baik.” Gao Leihua segera menyetujui, Yuehua Tian bagai memberikan bantuan di saat dibutuhkan! Di momen paling krusial bagi Gao Leihua, Yuehua Tian datang sendiri mengantarkan diri, tentu Gao Leihua akan menumpang kapalnya hingga ke tujuan.
Setelah menyetujui, Gao Leihua segera memimpin para peri menuju kapal Yuehua Tian.
Di bawah pimpinan Yuehua Tian, Gao Leihua dan yang lain melangkah masuk ke dalam kapal mewah ini.
"Eh? Kakak, ini bukan kapalmu?" Setelah naik ke kapal, Gao Leihua langsung menyadari bahwa meski tampilan luarnya mirip dengan kapal Yuehua Tian sebelumnya, namun bagian dalamnya sama sekali berbeda begitu masuk.
"Benar, kali ini aku cuma urusan bisnis. Kebetulan kapten kapal ini adalah temanku, jadi aku mengajak kalian," Yuehua Tian tersenyum. "Ngomong-ngomong, adik ipar Gao Leihua, tahukah kau mengapa aku ke Hutan Peri? Kali ini aku menemukan harta karun!" Bisiknya misterius.
"Harta karun? Harta apa?" Gao Leihua tertawa kecil. Sebenarnya ia tak terlalu tertarik pada harta, tapi tak ingin merusak semangat Yuehua Tian.
"Sebelum bicara harta, izinkan aku memperkenalkan seseorang." Yuehua Tian menarik sosok di sampingnya. "Perkenalkan, petualang nomor satu di dunia petualangan—Saudara Lanbai!"
Gao Leihua memandang ke arah tersebut, kemudian menyadari sosok manusia kurus itu. Sosok ini tidak mencolok, sehingga Gao Leihua tadi tak memperhatikannya. Rambut cokelatnya yang acak-acakan ditambah baju compang-camping, sulit dibayangkan seorang bangsawan seperti Yuehua Tian akan bergaul dengan orang macam ini.
"Eh? Kau?" Seru sosok itu panik saat melihat Gao Leihua, wajahnya menunjukkan keterkejutan yang dalam.
"Hah? Kau mengenalku?" Gao Leihua memandang curiga ke sosok kurus itu. Ia benar-benar tak ingat pernah bertemu orang ini sebelumnya.
"Ha, wajar saja kau melupakan hamba. Orang seperti hamba ini memang tipe yang langsung dilupakan setelah dipalingkan muka." Sosok itu tersenyum getir. "Meski warna rambutmu berubah, raut wajahmu masih jelas terukir dalam ingatanku."
Gao Leihua mengangkat alis. Menurut perkataan orang ini, mereka bertemu saat rambutnya masih hitam - berarti dalam sebulan pertama kedatangannya di dunia ini. Adakah sosok seperti ini yang pernah ia temui saat itu?
"Ingat kejadian di Kediaman Pangeran Bielasen?" Orang itu tersenyum pada Gao Leihua: "Aku perkenalkan diri lagi. Kakak, namaku Bai Lan, seorang petualang. Dengan ini, kau pasti ingat." Sosok bernama Bai Lan itu mengorek-ngorek bagian sobekan di baju atasnya, lalu mengeluarkan gulungan kulit monster raksasa! Rupanya bagian sobekan yang tidak mencolok itu ternyata sebuah perangkat ruang!
"Kau?!" Gerakan Bai Lang ini langsung membuat Gao Leihua teringat identitasnya! Sekaligus, Gao Leihua tak bisa tidak menghela nafas betapa kecilnya dunia ini!
Petualang lusuh ini tak lain adalah Bai Lan yang pernah ditemui Gao Leihua setelah membunuh Pangeran Bielasen dan membantai keluarganya di kediamannya dulu. Saat itu dia pernah mengajak Gao Leihua bergabung dalam petualangan.
Dia pernah mengatakan bahwa gulungan ini mencatat tentang sebuah peninggalan kuno. Saat itu Gao Leihua tidak memperhatikan. Tak disangka dia malah menemukan kakak laki-lakinya sendiri, Yuehua Tian.
"Adik ipar, kalian berdua saling mengenal sebelumnya?" Yuehua Tian tersenyum melihat ekspresi Gao Leihua dan Lan Bai.
"Sekali pertemuan." Gao Leihua menganggukkan kepala.
"Baguslah." Yuehua Tian berkata: "Target kita kali ini adalah reruntuhan di sekitar Hutan Peri. Nanti kita pergi bersama."
Gao Leihua berpikir sejenak, akhirnya mengangguk: "Baiklah. Tapi sebelumnya aku harus menyelesaikan beberapa hal dulu."
"Oke, tidak masalah! Nanti kalau menemukan barang bagus, kami akan memberimu sepertiga!" Yuehua Tian tertawa terbahak.
……
Dari sini ke Hutan Peri membutuhkan tiga hari perjalanan air.
Selama hari-hari di atas kapal ini, para peri hidup dalam ketenangan yang relatif. Namun, entah karena khayalan atau bagaimana, mereka terus merasakan perlakuan istimewa Gao Leihua terhadap putri kecil mereka. Sepertinya perhatiannya bahkan berlebihan. Jangan-jangan Tuan Gao Leihua ini adalah seorang LOLI! Kemungkinan besar ini melintas di benak semua peri.
Saat ini, Gao Leihua sedang duduk di buritan kapal bersama Yue Rui dan putri kecil peri itu untuk memancing. Area ini memang dirancang khusus sebagai tempat memancing untuk mengisi waktu. Tak jauh dari situ, beberapa penggemar memancing lainnya juga terlihat.
"Haha, Ayah! Umpanku kena!" teriak Yue Rui dengan bersemangat: "Ayah, cepat ke sini, tarikannya berat!"
"Berat? Ayah datang! Haha, mungkin ini ikan besar!" Gao Leihua tertawa terbahak sambil berlari ke sisi Yue Rui dan mengulurkan tangan untuk menarik pancing!
Secara bersamaan, puluhan pemancing di sekitar Gao Leihua serentak berdiri dan mulai melakukan gerakan menarik pancingan mereka!
Suara "Braak! Braak! Braak!" terus bergema! Pancing semua orang menarik bayangan raksasa yang satu demi satu! Bayangan-bayangan raksasa itu terus ditarik ke atas kapal.
Tapi yang ditarik bukanlah ikan, melainkan puluhan mumi kering! Meski ditarik dari air, mayat-mayat ini seperti mumi gurun yang dikeringkan angin!
"Huek!" Yue Rui dan Putri Peri kecil di samping langsung merasa mual melihat pemandangan ini...
