"Suka hal apa?" Gao Leihua menatap permata merah kecil di tangannya: "Mungkinkah kau tahu benda apa ini sebenarnya?"
"Yey?" Mendengar perkataan Gao Leihua, Dewa Peri terkejut memandangnya: "Kau benar-benar tidak tahu benda apa ini?"
Gao Leihua menggelengkan kepala: "Tidak tahu, ini barang apa?"
"Mustahil! Bagaimana mungkin kau tidak tahu!?" Dewa Peri menjawab di luar pertanyaan: "Kau tidak tahu benda apa ini, lalu bagaimana bisa mendapatkannya! Benda ini kalau bukan si pemilik yang relawan, tidak mungkin memberikan barang ini ke orang lain!"
“Benarkah aku benar-benar tidak tahu apa ini sebenarnya? Barang ini juga kudapatkan secara kebetulan.” Gao Leihua bertanya, dari penjelasan Dewa Peri sepertinya ini adalah benda yang cukup langka?
“Dapat secara kebetulan? Bagaimana mungkin, barang semacam ini takkan bisa diberikan sembarangan tanpa persetujuan pemiliknya. Ceritakan dulu bagaimana kau mendapatkannya!” Dewa Peri menuntut: “Setelah kau ceritakan, baru akan kujelaskan barang apa ini sebenarnya.”
Gao Leihua menganggukkan kepala, toh proses mendapatkannya tidak ada yang perlu disembunyikan. Maka ia menceritakan proses mendapatkan barang ini secara detail kepada Dewa Peri.
“Sial, hal seperti ini benar-benar ada! Jadi maksudmu, kau menyambar barang ini saat bajingan bernama Sembilan Neraka itu menggunakan Metode Bubar?” Dewa Peri berkata.
“Hm. Secara garis besar memang seperti itu.” Gao Leihua menganggukkan kepala.
“Sial, ini takdir.” Dewa Peri tersenyum licik, lalu menepuk-nepuk bahu Gao Leihua dengan keras. “Gao Leihua, mendapatkan benda ini benar-benar takdir. Kuberi tahumu, benda ini bernama 'Youdi', ini adalah benda yang hanya dimiliki oleh dewa-dewa spesial. Biasanya menyerahkan benda ini berarti menyatakan ketundukan dan menjadi hamba. Singkatnya, simpan baik-baik ini. Ketahuilah bahwa 'Youdi' ini bagi bajingan bernama Sembilan Neraka, nilainya melebihi nyawanya sendiri. Dengan menguasai benda ini, berarti kau mengendalikan dewa bernama Sembilan Neraka itu. Tapi, karena prosesmu mendapatkannya cukup misterius, mungkin benda ini akan membawa masalah kecil bagimu.”
“Menguasai dia?” Gao Leihua seketika merinding, menarik napas dalam-dalam. “Hiss~~ Buat apa aku menguasainya? Aku tidak suka main di Gunung Beibei.” Namun setelah Dewa Peri berbicara panjang lebar, Gao Leihua tetap tidak mengerti maksud “menguasai” yang dimaksud sang dewa.
“Hehe.” Mendengar ucapan Gao Leihua, Dewa Peri tidak berkata apa-apa lagi, hanya terus tertawa aneh.
“Baiklah, sepertinya waktunya sudah hampir tiba.” Tiba-tiba, Dewa Peri menyipitkan matanya, “Tadi si bajingan bernama Sembilan Neraka ini menculik Ratu kami bangsa peri. Sekarang sihir teleportasi mereka seharusnya sudah selesai.”
Setelah berkata demikian, Dewa Peri tersenyum licik seolah bergumam pada diri sendiri: “Santai saja, jangan kira hanya kalian yang bisa menggunakan manusia hidup sebagai koordinat sihir teleportasi. Semua peri adalah rakyatku, di tubuh mereka ada guratan milikku. Bagiku, semua peri akan menjadi koordinat sihir teleportasiku.”
“Kau juga akan diteleportasi ke sana?” Gao Leihua bertanya setelah mendengar penjelasan Dewa Peri.
“Tentu, kau mau ikut aku melihat apa sebenarnya rencana mereka?” Dewa Peri memandang Gao Leihua.
“Baik. Tidak masalah. Lagipula mereka masuk menggunakan putriku sebagai koordinat, aku punya tanggung jawab tertentu.” Kata Gao Leihua.
“Kalau begitu usir saja mereka.” Dewa Peri menarik kalung di lehernya yang tersusun seperti sate.
“Tunggu, Ayah. Kalian semua pergi, lalu aku harus bagaimana?” Melihat Gao Leihua sepertinya ingin ikut teleportasi bersama Dewa Peri, Yue Rui yang sedang menunggangi Unicorn segera berteriak. Jangan-jangan dia akan ditinggal sendirian di Hutan Peri yang asing ini. Lagipula, para peri sepertinya memiliki prasangka tertentu terhadap dirinya yang Setengah Peri.
“Yue Rui, kamu tunggu di sini dulu, jangan pergi. Aku akan memanggil Ksatria Darah untuk menjagamu.” Gao Leihua berkata pada Yue Rui: “Ini terjadi karena kesalahan kami, aku punya tanggung jawab untuk menyelesaikannya.”
“Baiklah.” Mendengar penjelasan Gao Leihua, Yue Rui hanya bisa mengangguk lemah dengan pasrah. Sekali lagi dia harus ditinggal.
“Hah.” Gao Leihua memahami maksud dalam sorotan mata Yue Rui. Ia tersenyum minta maaf, lalu memanggil beberapa Ksatria Darah.
“Kalian berjaga baik-baik untuk Nona.” Perintah Gao Lei pada Ksatria Darah.
“Siap.” Ksatria darah menjawab dengan tegas.
“Sudahlah, kita pergi.” Setelah Gao Leihua menyelesaikan semuanya, Dewa Peri berkata padanya. Kilatan cahaya sesaat muncul di leher Dewa Peri.
“Barang apa ini?” Gao Leihua menatap rangkaian benda bercahaya di leher Dewa Peri - kalung yang baru saja ditariknya.
“Hehe, ini bukan benda biasa. Ini 'Kalung Teleportasi'. Barang ini memiliki latar belakang besar! Dulu Bapa Dewa Pencipta Dunia iseng bertaruh denganku, akhirnya kalah dan menyerahkan benda kecil ini.” Dewa Peri berkata penuh kesombongan. “Kalung ini sangat istimewa, merupakan bukti kemenanganku atas Sang Pencipta!”
Koordinat: XXX:YY:TT. Berdasarkan guratan di tubuh Dewi Peri, Dewa Peri dengan mudah menemukan koordinatnya. Menggunakan fungsi Kalung Teleportasi, Dewa Peri membawa Gao Leihua dengan Ratu Peri sebagai titik acuan memulai teleportasi.
……
Di sisi lain, Sembilan Neraka dengan wajah pucat membawa Ratu Peri Kait Blaine, berteleportasi ke dalam reruntuhan istana peri.
"Bos Sembilan Neraka, ada apa? Kau cedera?" Ye yang berjaga di reruntuhan peri langsung panik melihat ekspresi pucat Sembilan Neraka yang baru kembali.
"Tidak, aku baik-baik saja." Sembilan Neraka mengusap keras rongga matanya yang berlinang, dalam hati telah mengutuk Gao Leihua puluhan ribu kali. Pencetan kejam Gao Leihua itu membuatnya nyaris menangis kesakitan. Tapi demi menjaga sikap, air matanya terpaksa dialirkan balik ke dalam.
"Misi kali ini selesai, Ratu Peri sudah berhasil ditangkap." Sembilan Neraka melemparkan tubuh Ratu Peri ke tanah dengan kasar.
Ratu Peri Kait Blaine saat ini sangat tenang, tidak menunjukkan sedikit pun kepanikan. Setelah dilempar ke sisi, dia pertama-tama menatap ke atas mengamati sekeliling, akhirnya memandang dengan tenang ke arah Sembilan Neraka yang menangkapnya.
"Urusan membuatnya menyerahkan kunci itu kuserahkan pada kalian." Sembilan Neraka melirik Ratu Peri, lalu menghela nafas dan duduk di samping. Sialan Gao Leihua, pencetannya terlalu keras. Sembilan Neraka masih merasakan sakit yang menusuk sampai ke tulang sumsum.
"Bos Sembilan Neraka tenang saja, urusan kecil seperti ini serahkan pada kami." Ming di samping berkata dengan penuh percaya diri, lalu memalingkan kepala dan menatap tajam Ratu Peri: "Bilang, di mana kunci untuk membuka segel terakhir?"
"Hehe." Ratu Peri Kait Blaine tersenyum tipis, sama sekali tidak menghiraukan ekspresi garang Ming.
"Malam, lebih baik kau yang menanganinya." Ming menghela nafas pasrah, dia masih punya kesadaran diri bahwa teknik interogasi paksanya hanya efektif jika digunakan pada anak-anak.
“Heh.” Di samping, Ye tertawa kecil, lalu berjalan perlahan menghadap Ratu Peri Kait Blaine: "Namaku Ye." "Ye" berbisik kepada Ratu Peri Kait Blaine: "Atau, kau boleh memanggilku dengan nama lainku, Mimpi Buruk. Dulu, ada yang memanggilku Dewa Tidur dan Kematian Abadi. Tapi sekarang, seharusnya kau panggil aku Iblis Tidur dan Kematian Abadi."
“Dewa Tidur?” Begitu mendengar perkataan Ye, tubuh Ratu Peri tak bisa menahan gemetar.
“Sepertinya kau pernah mendengar namaku.” Ye berbisik pelan. Setelah berkata demikian, dia menempelkan tangan kirinya di atas kepala Ratu Peri.
“Tidak, jangan!” Ratu Peri berusaha menghindari sentuhan itu, tapi tangan itu terlihat lambat namun sesungguhnya sangat cepat, hingga akhirnya menempel di dahinya.
"Atas nama-Ku, Dewa Tidur Ye, tidurlah, anakku. Sebab dalam mimpi, kau akan meraih keabadian!" Dengan kata-kata bak dukun, energi kegelapan samar mengalir dari tangan kiri Ye, menyusup ke dalam tubuh Sang Dewi Peri dalam sekejap.
Seketika, Ratu Peri merasakan rasa kantuk yang tak tertahankan melanda. Betapapun ia berontak, akhirnya takluk di bawah desakan kantuk ini.
Perlahan, pupil matanya mulai melebar, kehilangan sorotan. Kini, tubuhnya bagai boneka tali tak bernyawa.
"Katakan, anakku. Di mana kunci kedua?" Suara Ye lembut namun mengandung desakan tak terbantahkan, persis gaya Gao Leihua saat menggunakan teknik hipnotis!
Ini benar-benar teknik hipnotis versi dunia lain!
"Kunci kedua... Apa... barang itu." Sang Dewi Peri dengan ekspresi datar menjawap dengan datar.
"Reruntuhan Peri, segel kunci kedua." Suara Ye terdengar oleh Ratu Peri bagaikan datang dari dunia luar yang jauh. Ilusif, namun memaksa dirinya untuk menjawab.
"Reruntuhan Peri, kunci kedua." Memori Ratu Peri perlahan terbuka. Akhirnya, sepotong memori yang terkubur muncul dalam benaknya. Itu adalah kenangan lima belas tahun silam.
Ini bukan sekadar kilas balik, tapi juga sebuah perjanjian. Perjanjian yang dibuat lima belas tahun lalu.
Lima belas tahun lalu, dirinya belum menjadi ratu suku peri. Saat itu, dia hanyalah salah satu dari enam Santa Perempuan suku peri.
Takhta kerajaan peri tidak diturunkan turun-temurun. Seluruh anggota suku memilih enam Santa Perempuan, lalu dari mereka dipilih satu kandidat terbaik sebagai ratu.
Pada tahun itu, tepat ketika akan memilih kandidat yang cocok dari enam penerus untuk mewarisi posisi Ratu Peri, dia mendapat panggilan dari Dewa Peri, dewa spiritual suku peri. Maka dengan penuh semangat dia memasuki Kuil Peri dan mendengarkan sabda suci Dewa Peri.
Namun ketika dia telah masuk ke dalam Kuil Peri, Dewa Peri saat itu justru memberikannya sebuah misi yang aneh.
Dewa Peri memerintahkannya untuk membesarkan seorang gadis setengah peri yang tidak diketahui asalnya, lalu juga memberikannya sebuah kunci aneh……
