“Alasan kau percaya diri, bukankah karena segel di lantai ini yang mempengaruhi kekuatan Dewi Arwah?” Gao Leihua menyeringai dingin: “Bagaimana jika segel ini tidak ada!”
Setelah berkata demikian, kilat ungu gelap berputar-putar di sekitar Gao Leihua bagaikan anak yang sedang manja.
"Huu!" Gao Leihua menghela nafas, aura sakti yang tak terbantahkan memancar dari tubuhnya menyebar ke segala penjuru.
"Hancur!" Gao Leihua mengepal erat tangan kanannya, geramannya menggema. Kilat ungu di sekelilingnya semakin berkilauan, Braak! Kilat itu membentuk pilar cahaya ungu yang menjulang ke langit!
Melihat pilar cahaya ini, si bajingan yang menyebut diri Raja Mayat itu pupil matanya menyempit. Kekuatan tak terbantahkan seperti inilah yang selama ini ia impikan!
Braak! Setelah pilar kilat itu melesat ke angkasa, segel abadi yang diklaim tak terpecahkan itu runtuh bagai kaca rapuh, berhamburan menjadi serpihan energi di atas kepala semua orang.
Dalam pukulan sunyi sebelumnya, "Segel Empat Dewa Cahaya" sudah berada di ambang kehancuran dengan sekali sentuhan. Ditambah serangan berkas kilat Gao Leihua ini, mana mungkin seluruh Segel Empat Dewa Cahaya tidak hancur?!
"Tadi kau kan sangat hebat? Katanya Dewi Arwah Penasaran cuma begitu saja?" Gao Leihua memalingkan kepala, tersenyum "penuh kasih" pada Raja Mayat: "Sekarang kau bisa menyaksikan apa itu kemarahan Dewi Arwah Penasaran. Si Bodoh tak tahu diri."
"Hm?" Raja Mayat tertegun mendengar ucapan Gao Leihua, tapi sebelum sempat bereaksi, tombak tulang hitam berkilau suram sudah membelah ruang dan seketika menghujam di hadapannya.
Zzzz, tombak tulang itu dengan mudah menembus tubuh Raja Mayat. Darah hijau mengalir deras dari tepi luka yang ditimbulkan.
“Kau, cuma segini kekuatannya?” Dewi Arwah Penasaran memperlihatkan senyuman berbahaya. Saat ini wajahnya terlihat lebih pucat dibanding tadi. Tapi, hanya mereka yang mengenal Dewi Arwah Penasaran yang tahu, inilah wujud pertempuran terkuat sang dewi!
Raja Mayat menekan tombak panjang di perutnya sambil mengatupkan gigi. Cakarnya yang tajam mencengkeram tombak itu, lalu dengan sekuat tenaga mencabut tombak tersebut dari perutnya.
“Graa~~” Raja Mayat mengeluarkan lengkingan mayat yang melengking!
Menyusul... Raja Mayat menoleh ke belakang dan berusaha melarikan diri ke ketinggian ekstrem.
“Ingin kabur?” Dewi Arwah Penasaran tersenyum jahat: “Skill Dewa Arwah——Pelatihan Tulang!”
Kilatan putih terpantul dari tangan sang dewi, dalam satu tarikan napas sudah mencapai tubuh Raja Mayat.
Krak! berderak, permukaan tubuh Raja Mayat diselubungi lapisan tulang belulang tebal. Lapisan tulang ini membatasi aksinya.
"Meneriakkan, aku akan serbu kau!" Raja Mayat yang tak bisa kabur itu berbalik dengan geram. Sebenarnya dia masih bisa kabur menggunakan gulungan lukisan teleportasi itu. Tapi di alam bawah sadarnya, dia tidak rela melepaskan kedewaan Dewi Arwah Penasaran. Yang utama, dia sedang bertaruh! Bertaruh bahwa kondisi Dewi Arwah Penasaran ini tak bisa dipertahankan lama!
Di bawah serangan sekuat tenaga Raja Mayat, Dewi Arwah Penasaran untuk sementara tak menemukan solusi menghadapinya.
Maka, dua siluet hitam dan putih di udara mulai saling melilit.
Jubah putih, kilatan hitam. Inilah siluet Dewi Arwah Penasaran.
Jubah hitam, kabut gelap. Inilah siluet Raja Mayat itu.
Sementara, tampaknya siluet putih Dewi Arwah Penasaran menguasai situasi. Namun semua serangannya nyaris dihindari Raja Mayat, bahkan ketika tak bisa dihindari, Raja Mayat akan memilih bagian tubuh yang kurang vital untuk menahan serangan Dewi Arwah Penasaran.
"Houw houw! Kekasihku tersayang, semangat! Hajar sialan, gebuk Tuan Yang Mulia!" Dewa Hewan bersorak-sorak untuk kekasihnya, hanya saja cara menyemangatinya sepertinya kurang elegan. Sambil memberi dukungan, dia tak lupa menyampaikan rasa terima kasih pada Gao Leihua: "Saudara Gao Leihua, kali ini benar-benar sialan terima kasih banyak!"
"Heh." Gao Leihua menganggukkan kepala sedikit, matanya tak lepas dari pertempuran ini. Namun semakin lama menyaksikan, alisnya tanpa sadar mulai berkerut.
Gao Leihua terus memantau pertarungan di arena, sementara bayangan hitam di samping Dewa Hewan justru tertegun memandangi Gao Leihua dengan takjub.
Bayangan itu bisa merasakan bahwa serangan berkas cahaya kilat luar biasa yang dikeluarkan Gao Leihua belakangan sama sekali tidak menggunakan banyak tenaga. Artinya, yang menghancurkan segel seharusnya adalah pukulan biasa tanpa suara sebelumnya! Tapi bagaimana mungkin pukulan sederhana itu bisa membuka segel ini?!
"Jangan salahkan bayangan memiliki pemikiran seperti ini. Lagipula tidak semua orang seperti Gao Leihua yang menggunakan teknik internal untuk mengoperasikan kekuatan mengerikan!"
Bagi penduduk dunia ini, jurus dengan kekuatan lebih besar akan merepresentasikan gempita yang lebih luar biasa! Gempita luar biasa = kekuatan yang kuat!!
……
"Charlie, Dewi Arwah Penasaran mungkin akan kalah." Memandangi pertempuran di arena, setelah lama mata hitam Gao Leihua berkedip. Lalu berbisik pada Dewa Hewan.
"Apa? Bagaimana mungkin? Bukankah Fisheer sedang bertarung dengan mudah?" Dewa Hewan terkejut. Ini kan sikap tempur terkuat kekasihnya, masih akan kalah? Lagipula bukankah Dewi Arwah Penasaran saat ini terus menjaga superioritas?
"Daya tahan." Gao Leihua tersenyum getir: "Dewi Arwah Penasaran telah disegel ribuan tahun, menurutmu sampai kapan dia bisa mempertahankan sikap tempur terkuatnya?!"
"Sialan! Kenapa aku tidak memikirkan ini!" Mendengar perkataan Gao Leihua, Dewa Hewan menggenggam erat kapak perangnya: "Tidak bisa, aku harus pergi membantunya!"
"Dewa Hewan, kau gila!" Siluet hitam itu membentak seketika mendengar ucapan Dewa Hewan: "Jika kau turun tangan, kemarahan Dewa Pencipta sama sekali bukan hal yang bisa ditanggung manusia."
"Bahkan jika harus menghadapi murka Sang Pencipta, aku akan menerimanya." Dewa Hewan menghela napas pelan, postur gagahnya tiba-tiba terasa penuh beban: "Seumur hidupku, aku terlalu banyak mengecewakannya. Dalam hidup yang panjang ini, hampir tak ada hal berarti yang kulakukan untuknya. Jika kini ajal menjemputnya, aku akan menemani." Rahangnya berkerotak: "Sekaligus, aku akan menghabisi bajingan terkutuk itu! Aku akan menghancurkan jasad dan rohnya dengan kapak perangku!"
Persis seperti prediksi Gao Leihua, situasi di medan perang tiba-tiba berbalik 180 derajat!
Setelah melesatkan tombak tulang terakhir, sang Dewi Arwah merasakan gelap menyergap pandangannya. Seketika, genggaman tangannya melemah tak berdaya.
Di depan Dewi Arwah, cahaya hijau berkedip di mata Dewa Mayat. Kemudian dia tertawa terbahak! "Haha! Dewi Arwah, kali ini kau pasti mati! Siapa yang bisa menyelamatkanmu sekarang!" Setelah berkata demikian, dia mengulurkan tangan kanannya. Energi kegelapan berkumpul di tangannya, membentuk tombak panjang berwarna hitam. Di ujung tombak itu, kabut hitam berdesir tak menentu. Tombak itu bagaikan ular berbisa hitam yang menghujam keras ke tubuh Dewi Arwah.
"Mengaum! Sialan! Matilah kau!" Dewa Hewan meneriakkan sesuatu sambil mengangkat kapak perangnya, bersiap untuk menyerang.
Tapi sebelum Dewa Hewan sempat berdiri, sosok yang seratus kali lebih cepat darinya sudah melesat bagai petir menuju dua siluet yang sedang bertarung.
Kreek! Raja Mayat merasakan tombaknya seolah tertahan oleh sesuatu. Padahal ujungnya sudah hampir menusuk tubuh Dewi Arwah, tapi tak bisa maju sedikit pun!
Perlahan-lahan, siluet berambut putih muncul di antara Dewi Arwah Penasaran dan Raja Mayat. Tombak panjang di tangan Raja Mayat ternyata digenggam erat oleh sosok berambut putih ini!
"Pergi!" Gao Leihua menghardik. Sesaat sebelumnya, sosok Gao Leihua telah menembus jarak yang cukup jauh antara dirinya dengan Dewi Arwah Penasaran dalam sekejap. Tangan kanannya mencengkeram erat tombak energi kegelapan yang sedang terbentuk.
"Kau tidak takut akan kemarahan dewa pencipta dunia?!" Raja Mayat tertegun melihat kemunculan Gao Leihua yang tak terduga.
"Tenang, kau takkan sempat melihat kemarahan sang Pencipta." Gao Leihua tersenyum sinis sambil mengerahkan tenaga di tangan kanannya. Plak! Tombak kegelapan itu remuk menjadi serpihan di genggamannya: "Karena sebelum itu terjadi, kau sudah MATI!"
Pupil mata Raja Mayat menyempit tajam. Secara refleks, bagian atas tubuhnya melengkung ke belakang seperti jembatan besi untuk menghindari serangan.
Hampir bersamaan dengan gerakan terlempar ke belakangnya, kepalan tangan Gao Leihua menyentuh ujung hidungnya.
Hampir saja! Raja Mayat bergumam dalam hati.
Tapi, apakah mudah menghindari pukulan Gao Leihua?!
Saat Raja Mayat mulai mengendurkan kewaspadaan, kepalan tangan Gao Leihua tiba-tiba berhenti sejenak, lalu ditarik ke belakang sebelum dihantamkan ke bawah dengan keras!
Ketika Raja Mayat masih merasa lega berhasil menghindari pukulan itu, ia justru mendapati kepalan yang lebih besar telah menghantam wajahnya dengan dahsyat.
"Auuu~~" Raja Mayat menjerit kesakitan, seluruh tubuhnya terlempar ke belakang bagai sasaran pukulan rusak yang dihajar tinjunya Gao Leihua.
Setelah Raja Mayat terpental, Dewi Arwah Penasaran di samping tak lagi sanggup menopang tubuhnya sendiri dan mulai lunglai terjatuh.
"Fisheer!" Dewa Hewan berteriak, lalu berlari cepat dan memeluk erat sang dewi arwah.
Setelah melihat Dewa Hewan menyangga Dewi Arwah Penasaran, kegembiraan yang terpancar jelas di wajah Tetua Arwah di samping tak perlu diragukan. Namun setelah euforia itu, Tetua Arwah mengeluarkan senyum getir. Karena Gao Leihua telah bertindak - dan tindakan ini akan membuatnya berhadapan dengan murka Sang Pencipta.
"Sayang sekali Dewa Petir yang begitu kuat dan berpotensi ini." Kegelapan di samping Dewa Hewan tersenyum getir, menggelengkan kepala perlahan. Pria berambut putih ini memang sangat kuat, tapi terlalu impulsif. Selanjutnya, pria ini akan menghadapi Bencana Langit penuh murka dari Bapa Dewa. Bencana murka ini mana mungkin bisa ditahan sembarang orang?
Di sisi lain, saat Raja Mayat terlempar, siluet samar Gao Leihua menyelinap mendekati: "Mati kau!"
Gao Leihua menyeruput ringan, tangan-tangannya mengepal menghantam Raja Mayat.
Memandang tinju eksplosif ini, Raja Mayat memperlihatkan ekspresi putus asa...
