Gao Leihua menatap Saiya, sudut bibirnya memperlihatkan senyum tipis. Namun dalam senyuman tipis itu tersembunyi kekejaman yang tak diketahui orang. Setelah menyunggingkan senyum sinis ke arah Saiya, Gao Leihua melangkahkan kaki masuk ke dalam auditorium suku laut.
"Ibuayah! Itu Ibuayah! Ibu, itu Ibuayah!" Xiao Jin Sha'er langsung berseru gembira begitu melihat Gao Leihua. Yue Rui yang berada di depannya dengan gesit mengangkat kepala, menatap ayah yang berdiri di pintu masuk.
Siluet Gao Leihua tidaklah besar, malah terkesan agak kurus. Tapi justru siluet kurus inilah yang mampu memberikan rasa aman dan menjadi sandaran bagi seluruh keluarga.
"Lei?!" Jingxin langsung menengadah keras mendengar suara Gao Leihua. Bola mata biru esnya menatap tajam siluet familiar di pintu masuk.
Tubuhnya masih terlihat agak kurus. Rambut putihnya yang sudah lama tidak dipotong kini telah tumbuh panjang. Wajah itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dilupakan Jingxin seumur hidup.
"Kau, datang." Dengan tatapan tajam yang tak berkedip mengarah ke Gao Leihua, Jingxin hanya mengucapkan tiga kata pendek. Nada suaranya datar, namun tubuh gemulainya yang gemetar tak henti menyampaikan kegembiraan dan perasaan tidak dipahami yang dialaminya selama ini.
Melihat siluet Jingxin yang lesu, hati Gao Leihua terasa sakit. Hanya dalam beberapa bulan, tubuh Jingxin menyusut drastis. Jelas terlihat betapa berat tekanan yang harus ditanggungnya selama ini.
"Lihat dirimu, kurus sekali begini. Kini akan sulit mengembalikan berat badanmu." Gao Leihua sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya. Dengan kalimat-kalimat ambigu, ia melangkah cepat mendekati Jingxin.
“Berhenti.” Wajah Saiya yang menarik mayat Dewa Matahari berubah pucat. Perempuan yang sangat menjaga muka ini merasa dipermalukan oleh tindakan Gao Leihua. Amarah membanjiri hatinya, dia menghardik marah ke arah Gao Leihua.
“Hmph!” Gao Leihua menoleh ke Saiya sambil mendengus dingin. Sebelum tiba di kastil dasar laut ini, dia sudah mengetahui seluk belung peristiwa melalui Yue Xi, kakak Yuehua Tian yang merupakan saudari Jingxin.
Setelah mendengus dingin, Gao Leihua berbalik dan berlari kencang menuju Jingxin.
“Kusuruh kau berhenti! Apa kau tuli?!” Wajah Saiya berubah drastis. Dia mengaum sambil mengulurkan tangan kanannya.
Genggaman tangannya membuat air laut di sekeliling bergolak. Pisau-pisau es terbentuk di udara: “Teknik Dewa Elemen Es dan Salju, Pisau Es Terdewa!”
Sesuai teriakannya, irisan-irisan es yang dipenuhi kekuatan ilahi elemen dingin berputar liar menghujam ke arah Gao Leihua.
"Hei, perempuan. Kau tahu, apa yang disebut manusia?" Gao Leihua menghentikan langkahnya, kembali memutar tubuhnya. Di bawah pandangan terkejut Saiya, pria itu mengulurkan tangan kanannya yang berpendar kilat, dengan sekali hantaman telapak tangan menghancurkan pisau-pisau es itu: "Perempuan, tahu apa itu manusia?" Usai memusnahkan serangan es, Gao Leihua kembali bertanya.
"Apa maksudmu?" Saiya terperanjat melihat kekuatan yang baru saja ditunjukkan Gao Leihua, tak melanjutkan serangan.
"Tahu? Manusia adalah makhluk berperasaan. Mereka bisa..." Saat mengucapkan ini, senyum di wajah Gao Leihua tiba-tiba menghilang, berganti amarah membara: "Bisa marah! Sialan kau, dasar emakmu!" Dengan raungan kemarahan, kaki kanannya menghentak keras. Bekas sepatunya mencetak jejak sedalam satu inci di tanah, sementara siluetnya telah menyambar membentuk bayangan samar, muncul tepat di hadapan Saiya.
"Dan kau, dasar nenekmu! Kau telah membuatku murka!" Tangan kanan Gao Leihua terayun, menghantam keras ke arah kepala Saiya.
"Plak!" Suara tamparan jernih dan nyaring menggema di Auditorium Utama.
Menyusul, siluet Saiya terlempar jauh akibat tamparan Gao Leihua. Tubuhnya menghantam lantai dengan suara "Braak!".
Saat mendarat, sebaris gigi putih bersih berjatuhan dari mulutnya. Tamparan ini dikerahkan Gao Leihua dalam kemarahan murni.
Lebih lagi, Gao Leihua sengaja tidak menggunakan sedikit pun kekuatan supernatural dalam telapak tangannya. Tujuannya hanya satu - menghina perempuan yang telah membangkitkan amukannya.
"Kau, kau~~" Setelah kehilangan giginya, Saiya menatap naik sambil menunjuk Gao Leihua dengan darah menetes dari mulutnya.
"Tamparan ini adalah hadiah perkenalan dariku. Wahai leluhur agung." Suara Gao Leihua yang membeku menggema di Auditorium Utama yang sunyi senyap.
Bukan hadirin tak ingin bersuara. Tapi tak seorang pun mampu mengeluarkan sepatah kata pun.
Pada detik senyum menghilang dari wajah Gao Leihua, sebuah rasa tertekan yang tak terbantahkan hingga membuat sesak napas memenuhi seluruh Auditorium Utama.
Tak terhitung penguasa kuat di seluruh auditorium tertekan oleh aura ini. Jika Gao Leihua yang tersenyum tadi ibarat pedang legendaris dalam sarung, kini dia bagai pedang yang telah terhunus - aura yang memaksa semua tunduk. Setiap penguasa kuat menopang tubuh mereka sekuat tenaga agar tak terjatuh oleh desakan energi ini.
Dengan gerakan lambat, Gao Leihua mengangkat kaki dan melangkah mendekati Saya.
Membungkukkan badan, tangannya dengan gesit menarik tubuh Saya.
"Demi muka menyebalkanmu ini, kau berani menyakiti keluargaku?! Kau yang selalu menjunjung tinggi muka," giginya berderik, "maka mulai hari ini kurampas kehormatanmu! Lihat saja dari mana kau bisa angkat kepala lagi nanti!"
Kepalan tangan Gao Leihua ditarik keras ke belakang, mengumpulkan tenaga penuh. Menyusul kemudian, pukulan berat menghantam wajah Saya dengan dahsyat.
"Dug! Krak!" Dua suara terdengar. Hanya dengan satu pukulan ini, hidung indah Saya langsung hancur berkeping. Pukulan Gao Leihua telah menghancurkan kecantikan Saya.
"Auuu~~" Saya menjerit kesakitan. Pada detik berikutnya, rasa sakit terkoyak dari tulang hidung yang remuk merambat ke otaknya.
"Ah~~~" Rasa sakit yang menusuk membuatnya tak kuasa mengeluarkan teriakan menderita.
"Inilah yang disebut ikatan emosi manusia. Kau, mengerti sekarang?" Gao Leihua menyeringai dingin. Bersamaan dengan itu, kepalannya kembali menyambar lurus ke mata Saya...
"Kau, berani memukulku. Aku, takkan mengampuni, kau!" Saya mengaum gila-gilaan. Upaya pemberontakan dimulai, air laut di sekitarnya mulai mengkristal menjadi lapisan es yang terus menebal.
“Perempuan, aku tak membunuhmu, sudah termasuk sangat berbelas kasih.” Gao Leihua menyeringai dingin.
“Gao Leihua, yang lain, bisakah kau jangan membunuhnya?” Saat ini, Raja Lautan Yue Zhen Tian·Poseidon akhirnya membuka mulut membela. Meskipun, ia sangat berharap Gao Leihua menghabisi "Ibu Laut" ini dengan satu pukulan. Tapi sebagai Kaisar Laut, ia tetap memohon keringanan.
“Tenang, aku takkan membunuhnya.” Gao Leihua tersenyum sinis, sambil berkata demikian, tangannya tak berhenti bergerak. Sebuah uppercut gemilang melayangkan Saya ke angkasa.
Hook kiri, hook kanan, serangan menyamping, serangan siku, tendangan cepat, tendangan cambuk! Serangkaian gerakan spektakuler membuat Saya tetap dalam posisi melayang tak bisa jatuh. Hanya bisa menikmati hajaran Gao Leihua di udara.
“Huu! Karena, membiarkannya mati begitu saja, bukankah terlalu menguntungkannya?” Gao Leihua menarik tinju, lalu mundur selangkah. Kemudian berbisik pelan, suara yang meski lembut namun terdengar jelas oleh seluruh Auditorium Utama...
"Braak!" Suara keras terdengar saat tubuh Saiya jatuh dari udara.
Namun, yang jatuh kali ini bukan lagi "Ibu Laut" Saiya sang dewi es yang cantik. Yang mendarat adalah sosok dengan wajah babi yang babak belur hingga si emak sendiri takkan sanggup mengenalinya.
"Bagus pukulannya! Ayah Gao Leihua hebat!" Xiao Jin Sha'er dan Bao Bao bertepuk tangan riang di samping. Wajah Xiao Lu Dongfa memancarkan ekspresi bersemangat, tinju mungilnya terkepal erat seolah ingin ikut menghujamkan beberapa pukulan.
Sementara Yue Rui dengan gesit mendekati Jingxin, menopang tubuh lemah sang ibu.
"Tuan, perlu kupatikan nyawanya?" Mengsi menyelinap ke sisi Gao Leihua, lalu bertanya dengan suara jernih metalik. Bagi dirinya, siapapun yang ditinju sang tuan layak menjadi target eksekusinya.
Saat ini, tidak ada yang berani bertindak untuk menahan Gao Leihua merencanakan apa. Semua orang hanya bisa dengan susah payah menahan rasa tertekan yang dipancarkan Gao Leihua. Sorot mata semua orang tertancap erat pada Gao Leihua.
"Membunuhnya, bukankah itu memberi keuntungan terlalu besar baginya?" Gao Leihua menyeringai dingin. Kemudian, tangannya menekan bagian perut Saiya.
Gerakan ini familiar bagi banyak yang hadir di lokasi - Merebut kedewaan!
"Ini, adalah langkah pertama balas dendamku." Gao Leihua menyeringai lagi, Kekuatan Dewa Petir di tangannya membentuk gaya gravitasi yang dahsyat.
Dengan mudah, segumpal kedewaan beruap dingin dicabiknya dari tubuh Saiya.
Inilah kedewaan elemen es dan salju. Kedewaan Es!
Setelah mengeluarkan kedewaan itu, Gao Leihua menatap Jingxin. Kedewaan ini... sungguh paling cocok diberikan kepada Jingxin...
"Guru, hal yang harus aku selesaikan sudah selesai." Saat Gao Leihua mengeluarkan kedewaan Sayaka, suara Raja Kegelapan bergema di pintu masuk. Kemudian, sosok Raja Kegelapan yang compang-camping melangkah masuk ke Auditorium Utama.
"Seratus lebih hamba dewa yang dibawa cewek itu sudah kuhabisi dengan kraak. Sayangnya para hamba itu terlalu lemah, tak ada tantangan." Raja Kegelapan masuk ke auditorium sambil bergoyang-goyang.
"Ssst~~" Para dewa yang diundang Sayaka di ruangan itu serentak menarik napas panik. Jika kekuatan Gao Leihua memberi para dewa rasa tertekan, maka kemunculan Raja Kegelapan Berdarah langsung menciptakan teror di relung hati terdalam mereka! Para dewa yang diundang Sayaka ini berasal dari era yang sama dengan Dewa Laut generasi pertama.
Dan pada zaman itu, para dewa tentu tahu betapa mengerikannya sosok di hadapan mereka yang memegang pisau rusak, berambut acak-acakan seperti ledakan, plus berpakaian compang-camping - Raja Kegelapan Berambut Ledakan sang iblis, nama yang cukup membuat para dewa ini gemetar.
Yang paling membuat para dewa ini menggigil bukanlah identitas Raja Kegelapan, melainkan panggilan terhadap Gao Leihua tadi.
Beberapa dewa ini mendengar dengan jelas tapi tak berani memastikan. Sepertinya tadi memanggil Gao Leihua dengan sebutan——Guru?
Demi Dewa Pencipta! Dalam hati semua dewa sekaligus terlintas niat: Hari ini kita hancur total.
Seharusnya mereka tidak patuh pada dan datang ke pernikahan ini. Siapa sangka yang gila ini sampai berani mengatur Dewa Matahari untuk menikahi kekasih Guru sang Raja Kegelapan!!
Pada saat yang sama, banyak Dewa mulai mengutuk Saiya dalam hati. Bagi mereka, jika Saiya ingin bunuh diri sendiri itu urusannya, tapi kenapa harus menyeret mereka? Menghadiri pernikahan bajingan yang merebut kekasih Guru Raja Kegelapan Berdarah, bukankah ini sama saja dengan mengantarkan diri untuk dipenggal sang Raja Kegelapan...
