“Ibu Dewi, tadi kudengar ada yang masuk ke area terlarang, aku segera bergegas ke sini. Apakah tempat ini aman?” Suara pria itu terdengar di balik pintu.
“Aku baik-baik saja.” Dewi Kehidupan berbisik lembut: “Masuklah, Zeus.”
“Baik, Ibu Dewi.” Pria itu mengangguk, lalu pintu gubuk didorong oleh sepasang tangan kekar. Seorang pria perkasa memasuki ruangan. Inilah Raja Para Dewa “Zeus·Cahaya”.
Setelah masuk, barulah Gao Leihua berhasil menangkap wajah Raja Para Dewa.
Zeus·Cahaya bertubuh besar dengan penampilan mirip ras Barat dari planet induk Gao Leihua yaitu Bumi. Jika diklasifikasikan, Zeus·Cahaya bisa digolongkan sebagai ras kulit putih. Rambut pendek keemasan dan janggut ekspresifnya memberi kesan pria berkarakter kasar alih-alih tipe intelektual. Namun Gao Leihua tidak naif mengira Raja Para Dewa ini makhluk berotak kosong, sebab mustahil sosok bodoh bisa menduduki posisi puncak hierarki dewa.
"Eh?" Setelah mendorong pintu masuk, pandangan pertama Zeus·Cahaya langsung tertuju pada Gao Leihua yang berdiri di samping Dewi Kehidupan. Matanya berbinar saat mengamati pria berambut putih itu, yang ternyata merupakan penyusup area terlarang. Zeus terkejut, tak menyangka pelanggar aturan itu bisa berada dalam keadaan selamat di sisi sang Ibu Para Dewa.
Di sisi lain, persis saat suara Zeus·Cahaya masih terdengar di depan pintu sekejap sebelumnya, Bola-Bola di samping Gao Leihua dengan cepat berlindung di belakang Gao Leihua. Siluet rampingnya sepenuhnya tertutupi oleh bayangan Gao Leihua. Gao Leihua merasa agak bingung, tapi membiarkan Bola-Bola bersembunyi di belakangnya.
"Dewi Ibu, bolehkah hamba tahu siapa ini?" Zeus·Cahaya memandang Gao Leihua sambil bertanya.
"Hehe." Tangan Dewi Kehidupan dengan santai mengelus kepala Gao Leihua, terus mengusap-usap tanpa rasa sungkan: "Dia bernama Gao Leihua. Tadi aku ingin mengangkatnya sebagai anak angkat, tapi dia tidak setuju. Jadi sekarang aku berniat menjadikannya cucu angkat."
"……" Gao Leihua mengatupkan gigi. Ucapan Dewi Kehidupan hampir membuatnya mengamuk, tapi situasi di hadapannya mengingatkan bahwa ini bukan saatnya untuk kehilangan kendali.
"Ha, ternyata begitu. Kalau begitu ikuti saja keinginan Ibu Dewi." Zeus·Cahaya tampak pasrah menghadapi hal seperti ini. Setelah melirik Gao Leihua, dia mengalihkan topik pembicaraan: "Ngomong-ngomong Ibu Dewi, hari ini kubawa seorang anak kecil. Aku ingin dia menerima berkah darimu." Sambil berkata demikian, Zeus·Cahaya menepuk-nepuk tangannya dengan lembut.
Kemudian, seorang pria muda tampan berambut panjang hijau masuk dari luar. Wajahnya tampan bagai dipahat pisau, dengan garis rahang yang tajam. Setelah masuk, dia membungkuk memberi hormat kepada Dewi Kehidupan: "Kandidat calon dewa angin, Kaga·Angin, memberi salam kepada Ibu Dewi. Semoga Ibu Dewi menganugerahi berkah padaku."
“Si kecil ini adalah kandidat calon dewa angin.” Zeus·Cahaya tertawa hehe, memperkenalkan pada Dewi Kehidupan: “Mantan dewa angin beberapa hari lalu tidak tahu karena alasan apa mengalami ketidakberuntungan dan terjepit. Sedangkan si kecil ini adalah kandidat calon penerus yang menerima kedewaan dewa angin. Karena mempertimbangkan ancaman Bencana Langit yang mungkin dihadapi saat menerima kedewaan, aku ingin membawanya ke tempat Dewi Kehidupan untuk menerima berkahmu. Dengan doa Dewi Kehidupan, kemungkinan bertahan hidupnya saat menghadapi Bencana Langit pasti akan lebih besar.”
“Semoga Dewi Kehidupan memberkati saya, semoga Dewi Kehidupan menyertai saya.” Kaga·Angin dengan penuh hormat berkata.
"Menerima Shenge Dewa Angin? Shenge Dewa Angin bisa diwariskan?" Gao Leihua bergumam pelan dengan keraguan. Dia ingat betul Dewa Angin tewas saat bertarung dengannya di dasar laut beberapa hari lalu. Seluruh tubuh Dewa Angin telah berubah menjadi elemen angin primordial, bahkan Shenge-nya yang disebut abadi pun tidak tersisa. Kalau Shenge-nya sudah lenyap, bagaimana kandidat calon dewa angin ini bisa mewarisi Shenge Dewa Angin?
"Hehe, keponakan kecil Gao Leihua ini baru naik ke dunia dewa ya." Telinga Zeus·Cahaya tajam seperti telinga kelinci, gumaman pelan Gao Leihua terdengar jelas olehnya. Setelah mendengar ucapan Gao Leihua, dia berbalik sambil tersenyum: "Di dunia dewa, Shenge yang hancur bisa diregenerasi melalui elemen primordial asalnya. Selama elemen angin masih ada di alam semesta, Shenge Dewa Angin akan terlahir kembali."
Sial! Kau tua bangka ini berani menggombal aku?! Dalam hati Gao Leihua bergolak, sambil melirik dengan geram ke arah Dewi Kehidupan di sampingnya. Kalau bukan karena dewi ini, mana mungkin dia akan dipanggil "keponakan kecil" oleh Zeus·Cahaya?
"Namun, perkataan semacam ini hanya bisa Lao Gao pikirkan dalam hati. Hanya sebatas pikiran belaka, dia menatap ke atas ke Raja Para Dewa Zeus·Cahaya, dan menjawab: 'Heh, benar, ini pertama kalinya aku naik ke Dewa.'"
"Pantas saja," Zeus·Cahaya tertawa hehe, "Sebenarnya hal seperti mewarisi kedewaan ini, semua orang Dewa pasti mengetahuinya. Sekarang akan kujelaskan padamu."
“Sejak hari pertama penciptaan Langit dan Bumi, kejatuhan para dewa sering terjadi. Kematian dewa juga merupakan hal yang tak terhindarkan. Karena konflik antar dewa, atau Bencana Langit yang dipicu saat peningkatan level, dan serangkaian hal lainnya dapat menyebabkan para dewa-dewa jatuh.” Zeus·Cahaya menghela nafas: “Pada saat itu, aku dan Bapa Dewa Pencipta telah memperhitungkan bahwa hal seperti ini akan terjadi, bagaimanapun juga kejatuhan adalah sesuatu yang tak terelakkan. Oleh karena itu, dengan kebijaksanaannya, Bapa Dewa Pencipta menciptakan banyak hamba dewa tanpa kedewaan, yaitu Pembunuh Dewa Tingkat Delapan. Para hamba delapan tingkat ini berperan sebagai calon leluhur para dewa. Jika para dewa dari suatu cabang jatuh, dan kebetulan dewa yang jatuh tersebut tidak memiliki keturunan, maka akan dipilih kandidat terbaik dari hamba cabang tersebut untuk menjadi dewa-dewa baru. Inilah yang disebut sebagai pewarisan kedewaan.”
“Oh.” Gao Leihua menganggukkan kepala, pantas saja dewa pencipta dunia tidak melarang pertempuran antar dewa, juga tidak takut jumlah dewa di dunia ini semakin berkurang. Ternyata ada cara ini.
“Lalu, apakah untuk mewarisi posisi sebagai dewa baru harus memiliki kedewaan?” Gao Leihua bertanya lagi. Bagaimana cara mewarisi posisi Dewa Angin jika bahkan kedewaannya sudah hilang? Ini adalah cara lain Gao Leihua mengungkapkan keraguannya, ia ingin tahu bagaimana melanjutkan tanpa kedewaan?
“Hehe, pertanyaanmu bagus keponakanku Gao Leihua! Secara teori, sebaiknya penerus dewa baru memiliki kedewaan dari dewa sebelumnya yang jatuh.” Zeus·Cahaya mengangguk. “Tapi meski kedewaan dijuluki sebagai keberadaan abadi, sebenarnya tidak benar-benar tak ternoda. Dalam kondisi tertentu, kedewaan bisa hancur bahkan lenyap. Ini menjadi masalah besar bagi kandidat penerus berikutnya!”
“Lalu apa yang harus dilakukan kandidat tersebut?” Gao Leihua melanjutkan bertanya dengan penuh kerja sama.
“Situasi jenis ini juga pernah kami pikirkan bersama Bapa Dewa Pencipta saat itu. Oleh karena itu, Bapa Dewa Pencipta secara khusus menciptakan tempat bernama 'Prinsip-Alam'.” Zeus·Cahaya menjelaskan sambil tersenyum: “Seperti sekarang, kedewaan mantan Dewa Angin telah benar-benar menghilang karena alasan yang tidak diketahui. Jadi jika ingin mewarisi kedewaan Dewa Angin ini, si kecil ini harus bersusah payah.”
Di sini, Zeus·Cahaya menatap kandidat dewa angin Kaga·Angin di sampingnya, berkata: "Dalam situasi di mana kedewaan pendahulu telah benar-benar lenyap, kami akan mengirimnya ke 'Hukum Alam' milik dewa angin, tempat yang disebut 'Dunia Angin'. 'Dunia Angin' adalah alam yang sepenuhnya terbentuk dari elemen angin, di sana hanya ada hukum dan unsur angin. Rahasia hukum angin tersembunyi di dalam 'Dunia Angin' ini. Di sana, biarkan si kecil ini memahami dan menjelajahi misteri hukum angin sendiri. Peluang untuk memahami kedewaan dewa angin di tempat yang menyembunyikan hukum ini cukup tinggi, apalagi Bapa Dewa telah menyiapkan petunjuk yang cukup banyak. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini, kami memberikan waktu sepuluh bulan untuk setiap kandidat Tingkat Delapan. Selama sepuluh bulan itu mereka akan tinggal di 'Hukum Alam'. Jika dalam sepuluh bulan dia tidak bisa memahami kedewaan dewa angin, maka kandidat berikutnya akan masuk untuk mencoba. Proses ini berlanjut hingga ada yang berhasil memahaminya."
"Ternyata begitu." Gao Leihua mengangguk pelan dalam hatinya.
"Jadi, aku ingin mengundang Dewi Kehidupan untuk memberkati si kecil ini, agar peluangnya menjadi Dewa Angin bisa lebih besar. Yang terpenting, setelah memahami prinsip alam semesta dan menjadi dewa, dia harus menghadapi ujian Bencana Langit. Makanya aku membawa si kecil ke sini." Zeus·Cahaya tersenyum lalu berkata pada Dewi Kehidupan: "Ibu Dewi, mohon berikan berkah pada si kecil yang imut ini agar perjalanan eksplorasinya aman."
"Hm. Sayang sekali." Dewi Kehidupan tiba-tiba menghela napas pasrah sambil menggelengkan kepala perlahan.
"Hm? Ibu Dewi, apakah engkau tidak mau memberkati si kecil ini?" Zeus·Cahaya menggaruk kepala dengan bingung. Biasanya Dewi Kehidupan tidak pernah menolak memberkati anak-anak calon dewa baru, mengapa hari ini berbeda?
"Ah, Zeus, bukan aku tidak mau memberkatinya. Tapi saat ini aku sudah tidak bisa lagi memberkati anak ini." Dewi Kehidupan berkata dengan wajah pasrah.
“Mengapa? Ibu?” Zeus·Cahaya bertanya heran.
“Zeus, kau harus tahu, aku hanya bisa memberi berkah setahun sekali.” Dewi Kehidupan menjelaskan dengan suara lembut.
“Ya, Ibu. Aku tahu ini, tapi yang terakhir Ibu memberkati dewa-dewa sudah beberapa tahun lalu. Lalu kenapa sekarang?” Zeus·Cahaya masih bingung.
“Singkatnya, kalian terlambat sedikit.” Dewi Kehidupan mengelus kepala Gao Leihua seolah sudah terbiasa: “Berkasku sudah kuberikan ke anak ini beberapa menit lalu. Cuma selisih beberapa menit.”
“Ah.” Zeus·Cahaya menghela nafas setelah mendengar penjelasan Dewi Kehidupan. Terkadang rencana manusia tak sebanding takdir.
Saat ini, setelah Dewi Kehidupan mengatakan telah memberikan berkahnya kepada Gao Leihua, Gao Leihua segera merasakan sorotan mata licik yang menusuk seperti pedang tajam mengarah padanya. Ketika Gao Leihua menatap ke atas, dia melihat kandidat dewa angin yang kehilangan berkahnya, Kaga·Angin, sedang menatapnya dengan pandangan penuh kekecewaan yang membuat "tubuh harimau"-nya bergetar...
"Hmm, maaf." Gao Leihua menggaruk kepala dengan malu sambil berkata pada Zeus·Cahaya. Secara diam-diam, dia menarik tangan ramping yang terus mengelus kepalanya saat berpura-pura menggaruk.
"Tak apa. Hanya saja aku tak menyangka akan seperti ini. Ini karena aku sendiri yang terlambat datang." Zeus·Cahaya tertawa lepas: "Sudahlah, urusan membantu anak ini menghadapi Bencana Langit akan kuselesaikan sendiri."
"Heh, maaf ya." Gao Leihua melepaskan tangan ramping di kepalanya, lalu berkata pada Zeus·Cahaya: "Kalau cuma urusan menghadapi Bencana Langit, aku punya beberapa catatan pengalaman. Jika diperlukan, mungkin aku bisa membantu."
"Baiklah, jika nanti menghadapi Bencana Langit, akan kupanggil kau bila perlu." Zeus·Cahaya tertawa hehe, sebenarnya dengan kehadirannya sendiri, Bencana Langit bukan masalah besar.
"Kalau begitu, Sang Ibu, anakmu ada urusan dan takkan mengganggu istirahatmu lagi." Zeus·Cahaya memberi hormat, lalu membawa kandidat dewa angin itu pergi. Bagaimanapun sebagai Raja Para Dewa, waktunya tak begitu luang.
"Huh~~" Setelah Zeus·Cahaya pergi, Bola-Bola yang bersembunyi di belakang Gao Leihua menghela napas lega dan keluar dari balik punggungnya.
"Untung dia tidak melihatku." Bola-Bola berdesah.
Mendengar suara ini, Gao Leihua langsung tahu bahwa kesadaran Bola-Bola kini sedang dikuasai oleh Dewi Cahaya Daiyu·Lin·Cahaya.
"Kau sepertinya menghindari Zeus·Cahaya?" Tanya Gao Leihua.
“Hehe, bagaimana mungkin. Aku mana mungkin takut pada pria tua ini…” Dewi Cahaya tersenyum penuh kesombongan.
Saat Dewi Cahaya tertawa riang, Dug! Pintu rumah terbuka kembali. Zeus·Cahaya yang baru saja pergi tiba-tiba muncul lagi: “Ngomong-ngomong, gadis, bukankah kau harus pulang bersama pria tua sepertiku ini?” Jelas bahwa sejak awal Zeus·Cahaya sudah menemukan jejak Dewi Cahaya.
Gao Leihua tidak merasa aneh dengan hal ini. Seandainya Zeus·Cahaya sebagai Raja Para Dewa tidak memiliki kemampuan seperti itu, justru itu yang patut dipertanyakan.
“Sial!” Wajah mungil Dewi Cahaya langsung berubah masam melihat Zeus·Cahaya yang kembali.
“Ada apa? Tidak mau pulang bersama pria tua sepertiku? Hehe…” Kilatan kesombongan terlihat di mata Zeus·Cahaya.
“Aku belum bisa pulang sekarang, masih ada urusan penting!” protes Dewi Cahaya pada Zeus.
“Kau cari-cari alasan saja, kalau alasannya masuk akal, aku tak akan memaksamu pulang.” Zeus·Cahaya menyipitkan matanya memandang Dewi Cahaya.
“Hmm, itu, ini.” Tiba-tiba, Dewi Cahaya merenungkan lama, lalu kilatan pencerahan muncul! Kemudian ia berbalik dan memeluk Gao Leihua: “Aku sekarang ingin bersamanya, ke mana pun dia pergi aku ikut.”
“……” Kali ini, pelipis Gao Leihua bukan lagi berkeringat dingin. Melainkan berkeringat air terjun. Gao Leihua mencoba melepaskan diri, tapi Dewi Cahaya bagai permen karet super lengket yang tak mau lepas.
“Justru lebih baik, keponakan Gao Leihua. Karena ini pertama kali naik ke Dewa dan belum familiar, besok datanglah ke rumahku. Jangan lupa bawa gadis kecil ini.” Zeus·Cahaya meninggalkan pesan ini lalu pergi dengan anggun.
Di luar rumah, penerus Dewa Angin yang datang bersama Zeus menatap tajam ke arah Gao Leihua di dalam rumah. Besok, ya. Mata pria muda ini dipenuhi kejahatan. Orang macam ini, yang menyimpan dendam karena urusan sepele, biasa disebut "Orang picik"...
