Bzz~~ Bzz~~ Getaran Pisau Hukuman semakin kuat, Gao Leihua menunduk memandang senjata di tangannya. Saat ini, Lao Gao merasakan dengan jelas emosi yang terpancar dari senjata itu - kemarahan! Sejak pertama kali mendapatkan Pisau Hukuman, ini pertama kalinya Gao Leihua merasakan kemarahan sehebat ini dari senjatanya.
Senjata legendaris memiliki kesadaran, apalagi Pisau Hukuman di tangan Gao Leihua yang dibuat langsung oleh dewa pencipta dunia. Ia memiliki jiwa pisau sendiri, memiliki emosi yang mandiri.
Setelah memasuki Kuil Dewa Petir, Pisau Hukuman merasakan aura mantan pemiliknya - Jennifer Aniston. Sekaligus mendeteksi aura Jennifer Aniston yang sangat kacau, bahkan prinsip kosmis yang dimilikinya pun mulai melemah.
Merasakan mantan pemiliknya dalam bahaya, Pisau Hukuman pun meledak dalam kemarahan.
Gao Leihua mengangkat Pisau Hukuman setinggi dada, tangan kirinya mengelus lembut badan pedang. Aliran kekuatan Dewa Petir yang hangat mengalir dari sela jarinya menembus pisau pusaka, menenangkan amarah sang senjata legendaris.
Bzz~~ Berkat usapan lembut Gao Leihua, guncangan pada Pisau Hukuman perlahan mereda.
Setelah beberapa saat hening, Pisau Hukuman kembali menyampaikan getaran emosi baru - kali ini berupa kecemasan akan nasib mantan pemiliknya.
Merasakan bahaya yang mengancam mantan tuannya, sang senjata ingin segera kembali membantu. Namun sebagai milik Gao Leihua sekarang, ia memohon izin dengan getaran penuh harap untuk sementara diperbolehkan membantu mantan pemiliknya.
"Baik, kumengerti maksudmu. Pergilah." Gao Leihua menganggukkan kepala sambil tersenyum, lalu melempar Pisau Hukuman ke udara dengan gerakan melingkar.
Setelah melempar Pisau Hukuman, Gao Leihua juga membuka cincin ruang dan melepaskan Tongkat Ilahi yang tersimpan di dalamnya.
Whoosh! Tongkat Ilahi berubah menjadi kilatan cahaya emas yang melesat ke langit. Jelas terlihat, senjata legendaris ini juga merasakan keadaan genting mantan majikannya.
Pisau Hukuman di angkasa seketika mengeluarkan dentingan gembira saat melihat Tongkat Ilahi muncul. Dua senjata legendaris ini beresonansi sejenak. Beriringan, kedua artefak tersebut membuka ruang hampa dan menghilang dalam dimensi alternatif...
"Huu..." Gao Leihua tersenyum tipis menyaksikan kepergian kedua senjatanya.
"Tuan Gao Leihua, mari kita segera menyusul! Aura Dewa semakin melemah, kita tak punya waktu!" Seru pemanah wanita panik. Pancaran energi ilahi yang semakin reduks membuatnya ingin segera berada di hadapan sang Dewa!
“Baik, ayo pergi.” Gao Leihua menganggukkan kepala, dengan cekatan membentuk segel tangan dan berseru: “Wilayah——Kecepatan!”
Lingkaran cahaya hitam menyebar dari tubuh Gao Leihua, mengelilingi Shajia dan ketiga rekannya.
Di bawah peningkatan wilayah kecepatan, kecepatan ketiga pria itu naik satu tingkat. Mereka mengikuti dari belakang Gao Leihua menuju pulau udara...
Sebenarnya, Gao Leihua sudah menguasai hukum ruang. Untuk perjalanan, teleportasi bisa langsung digunakan. Sayangnya, hukum ruang Gao Leihua masih belum bisa digunakan dengan lancar. Seperti dulu, rencana teleportasi langsung ke Kekaisaran Cahaya justru berakhir di "Kekaisaran Es" karena kesalahan takdir. Jadi, saat ini moda transportasi utama Lao Gao tetap mengandalkan 11...
“Nona, siapa namamu?” tanya Gao Leihua sambil berlari kepada prajurit pemanah perempuan itu.
“Aku? Namaku Lan Li, salah satu dari Dua Belas Penjaga Kuil Dewa Petir.” jawab sang pemanah.
“Apa kau berjaga di pintu masuk Kuil Dewa Petir selama beberapa hari ini?” lanjut Gao Leihua bertanya.
"Ya, empat hari yang lalu giliranku berjaga di pintu teleportasi masuk Kuil Dewa Petir, sejak itu aku terus berada di pintu masuk." Saat mengatakan ini, wajah pemanah Lan Li tampak getir. Sebagai salah satu dari dua belas penjaga Kuil Dewa Petir, misi mereka adalah memastikan tidak ada yang bisa memasuki kuil melalui tiang portal batu itu. Dua belas penjaga berganti shift setiap tujuh hari. Selama tujuh hari itu, dia akan tetap berada di sana tanpa meninggalkan tempat sama sekali untuk menjaga kuil.
Empat hari lalu ketika dia keluar dari Kuil Dewa Petir, segala sesuatu di dalam kuil masih utuh, semua orang juga dalam keadaan damai. Tapi siapa sangka, empat hari kemudian kuil itu berubah menjadi wujud seperti ini.
"Tadi, aku melihat beberapa mayat itu." Gao Leihua berbisik pelan: "Mayat-mayat ini sudah mati selama beberapa hari."
"Aku... juga bisa melihat, noda darah rekan-rekan..." Pemanah perempuan itu mengatupkan rahangnya dengan erat, ruas jari yang menggenggam busur raksasanya sudah memucat karena tekanan.
“Jadi, ingin kutanyakan. Selama empat siang-malam ini, apakah kau yakin tidak ada yang masuk melalui pintu teleportasi?” Gao Leihua bertanya berbisik.
“Atas nama Dewa Petir, aku berani jamin, sama sekali tak ada yang masuk dari pintu luar.” Lan Li berkata: “Benar-benar tak seorang pun masuk melalui pintu masuk.”
“Hm, kalau begitu…” Gao Leihua mengangguk, setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, ia tak lagi bertanya. Langkahnya tak berhenti menuju pulau udara.
Jika benar seperti yang dikatakan Lan Li, bahwa selama empat hari ini tak ada yang masuk, maka kemungkinan besar si pembunuh adalah orang asli Kuil Dewa Petir. Sudut bibir Gao Leihua sedikit terangkat…
……
Saat melewati sekitar enam Auditorium Utama, Gao Leihua dan rombongan melihat korban kesebelas.
Di bawah patung dewa di Auditorium keenam, seorang orang tua terbaring tak diketahui nasibnya.
“Tetua, itu tetua!” Lan Li menjerit keras saat melihat siluet sesepuh itu, langsung berlari mendekat.
Orang tua yang terbaring di tanah adalah tetua Kuil Dewa Petir, sekaligus pejuang tingkat kesucian yang dulu membawa Gao Leihua ke pulau udara.
Saat ini, dada sesepuh ini tertancap pisau belati yang menyilaukan. Dari senjata ini, Gao Leihua merasakan pancaran kekuatan dewa yang sangat lemah. Tingkat kekuatan dewa tidak tinggi, tetapi cukup untuk merenggut nyawa tetua suci ini.
"Lan Li, kau, kau... datang." Tetua membuka matanya perlahan memandang Lan Li. Kemudian, tubuh rentanya tiba-tiba meronta bagai refleks terakhir, duduk tegak sambil menatap prajurit pemanah bernama Lan Li ini, lalu mengalihkan pandangannya ke sosok di belakangnya.
"Dewa Petir! Yang Mulia Gao Leihua!" Teriak tetua gemetar penuh kegembiraan saat melihat sosok tersebut.
Hah! Tapi baru saja bersemangat, batuk berat langsung menyiksanya. Tubuh sekaratnya takkan mampu menanggung gejolak emosi.
"Tetua! Tetua!" Prajurit pemanah Lan Li panik berteriak, tangannya menggenggam erat tangan kiri sang tetua.
“Waktuku tidak banyak lagi.” Tetua tersenyum getir, kegembiraan tadi membuatnya hampir menyentuh maut.
“Pulau udara, Dewa, selamatkan dia.” Mata tetua perlahan terkulai: “Cepat, bantu Dewa!”
“Siap, Tetua!” Lany dengan keras mengusap air matanya, tangan terkepal erat menggenggam busur raksasa.
“Masih, masih ada, Is, Ist...” Tetua mengerang sekuat tenaga ingin bicara, tapi suaranya tercekik di leher. Sebelum sempat menyelesaikan kata, tarikan napas terakhir pun terhenti.
“Tetua, Isit bagaimana? Dia kenapa? Tetua, Tetua...” Lany menjerit-jerit sambil mengguncang tubuh tetua. Sayangnya, kalimat terakhir sang penatua tak sempat terucap sebelum gugur.
“Sudah cukup, dia pergi. Jangan diguncang lagi.” Gao Leihua menepuk lembut bahu Lany.
Braak~ Braak~ Saat itu juga, gelombang energi hukum petir menyebar di Kuil Dewa Petir.
Dada Gao Leihua berdesir - ini adalah domain, wilayah putusan Dewa Petir! Kekuatan domain ini terasa samar, seolah terhalang oleh sesuatu.
"Batas energi, sial!" Gao Leihua menggeretakkan gigi. Pantas saja sejak masuk ia tak merasakan aura pertempuran, ternyata karena penghalang ini.
"Tak ada waktu lagi, cepat kita pergi!" Dengan gesit Gao Leihua menarik Lan Li, membawa Shajia dan Bixi berlari kencang ke depan...
Setelah melewati kuil kesepuluh, kelompok ini akhirnya tiba di dasar pulau udara.
Dari sini, pulau udara sudah terlihat jelas. Area seluas puluhan meter ini dipenuhi berbagai lapisan batas energi besar kecil yang tertata rapi.
"XX, yang begini saja ada?!" Gao Leihua memandang hamparan batas energi di hadapannya, menggeretakkan gigi penuh kebencian. Hanya selusin langkah tapi ada puluhan lapisan batas energi, mustahil bisa bergerak bebas seperti ini!
Saat ini, Gao Leihua benar-benar berharap dirinya mahir menggunakan kekuatan prinsip ruang. Seandainya dia sudah sepenuhnya menguasai hukum ruang, mana perlu repot membawa sekelompok orang lari dari Kuil Dewa Petir sampai ke sini? Cukup satu teleportasi langsung ke pulau udara.
"Ayah, batas energi terlalu banyak, sulit sekali dilewati." Shajia mengetuk-ngetuk lapisan batas energi yang bertumpuk itu.
"Haha, tenang saja. Selama Ayah ada di sini, takkan takut dengan beberapa lapis batas energi? Dengan segel sampah seperti ini, mau menghalangi aku?" Gao Leihua tertawa terbahak, tangan kanannya mengepal ditarik ke belakang. Lalu, sebuah pukulan berat menghantam tumpukan batas energi itu...
……
Di atas pulau udara
Di dalam Pilar Segel, wajah Jennifer Aniston berubah pucat pasi.
Sudah tiga hari, Jennifer Aniston tersenyum getir menatap tiga binatang raksasa di depan Pilar Segel.
Di udara, terdapat seekor ular raksasa yang melilit angin hitam berguling-guling. Di daratan, ada seekor beruang raksasa berwarna tanah dan siluman pohon raksasa.
Makhluk super kelas atas: Angin Hitam, Beruang Bumi, dan Siluman Hutan.
Yang paling tak terduga adalah, ketiga monster ini TAK DISANGKA-SANGKA telah menguasai prinsip-prinsip kosmik dan memiliki kedewaan sebagai dewa sejati!
Yang paling membuat Jennifer Aniston gelisah adalah pria paruh baya yang duduk tenang di sudut pulau udara. Dari aura tubuhnya, pria ini jelas-jelas juga seekor monster legendaris. Jennifer Aniston sementara belum bisa menakar kedalaman kultivasinya.
Angin hitam, duri tanah, dan sulur-sulur terus-menerus menyerang Jennifer Aniston. Situasi ini telah berlangsung selama tiga hari. Mata Jennifer Aniston mulai memperlihatkan secercah kelelahan.
"Awalnya kekuatan ilahinya memang sudah hampir habis, ditambah lagi dia terkunci di Pilar Segel ini, kekuatan yang bisa digunakan semakin menyedihkan. Pertempuran ini sudah sampai titik tanpa harapan lagi."
"Haha, Dewa Petir, kekuatanmu juga sudah menipis ya!" Beruang Bumi tertawa histeris, telapak kanannya menampar keras ke arah Jennifer Aniston. Bersamaan dengan tamparan itu, sebarisan duri tanah menghujam ke tubuhnya.
"Huu!" Jennifer Aniston menarik napas dalam. Dengan suara nyaring dia berseru, kilat hitam tiba-tiba muncul dan melesat langsung ke arah Beruang Bumi.
Tepat saat kilat itu hampir mengenai Beruang Bumi, Plak! Akar pohon raksasa tiba-tiba muncul dari udara, menghalangi petir hitam itu untuk sang Beruang Bumi.
“Cekikikan, sepertinya dia sudah hampir habis. Kekuatannya saat ini jauh lebih lemah dibandingkan awalnya.” Siluman Hutan Hijau tertawa dengan nada sarkastik: “Ular Angin, bersiaplah. Mari kita tangkap gadis ini dalam satu gerakan dan rebut kedewaannya! Cekikikan, Kedewaan Dewa Petir Prasejarah, hanya memikirkannya saja sudah membuatku bersemangat!”
“Hiss~~” Ular Angin di udara mengeluarkan desisan, memimpin serangan ke Pilar Segel. Ular Angin menggunakan tubuhnya yang lebih besar dari Pilar Segel itu sendiri untuk menghantam langsung ke arahnya!
Braak~! Suara ledakan dahsyat menggema saat tubuh Ular Angin menabrak dengan keras. Benturan ini membuat seluruh pulau udara seolah-olah akan terbalik.
Namun yang membingungkan, benturan Ular Angin sama sekali tidak menyebabkan kerusakan pada Pilar Segel!!
Karena, tubuh Ular Angin sebenarnya tidak membentur Pilar Segel itu sendiri.
Di angkasa, sebilah pedang dan tongkat legendaris bersilangan melayang di udara. Berhasil menahan tubuh besar ular angin ini dengan paksa!
Suara braak tadi persis berasal dari tabrakan antara ular angin dengan kedua senjata legendaris ini.
"Putusan? Hukuman Dewa?!" Jennifer Aniston di dalam pilar terkejut melihat senjata familiar ini: "Putusan dan Hukuman Dewa ada di sini, mungkinkah...?!"
Seketika Jennifer Aniston teringat pemilik baru kedua senjata itu - pria berambut putih bernama Gao Leihua!
"Eh? Dua senjata yang bukan orang sembarangan." Pria yang terus diam di sudut tiba-tiba mengangkat kepala. Matanya menatap Putusan dan Hukuman Dewa di angkasa, lalu menunduk melihat pedang panjang 'senjata dewa' di tangannya sendiri.
Tanpa ragu-ragu, dia melemparkan pedang panjang di tangannya, lalu menatap tajam ke arah Putusan dan Hukuman Dewa di udara. Matanya dipenuhi keserakahan!
Hanya senjata legendaris seperti inilah yang menjadi tujuan perburuannya sebagai persenjataan paling sempurna! Pria itu berteriak dalam hati!
"Jennifer Aniston sang Dewi Petir, kedewaanmu dan kedua senjata suci ini akan kuambil! Akulah Mol, Serigala Raksasa Langit!" Sudut bibir pria itu memperlihatkan sepasang taring serigala sambil tertawa histeris.
"Ingin merebut Putusan dan Hukuman Dewa?" Jennifer Aniston tersenyum sinis: "Ambil saja jika kau mampu, Wilayah - Putusan!..."
