Pasukan bantuan Nas ternyata cukup cepat. Sinyal darurat belum lama dikirim, bajingan-bajingan ini hampir tiba. Rupanya para anggota aliansi bisnis ini bukan sama sekali tak berguna, setidaknya efisiensi kerjanya lumayan.
"Rhein·Bruce, bagaimana hasil yang diperoleh di kota Nas?" Gao Leihua dengan santai bertanya kepada sosok pimpinan 10.000 manusia-binatang dari suku singa Rhein·Bruce yang berada di sisinya.
"Luar biasa! Tuan Gao Leihua. Sama sekali tidak kusangka meski Kota Nas kecil, tapi gudang senjata, brankas, perpustakaan, dll lengkap semuanya. Kami baru menjaring wilayah kota pendamping di samping istana saja, barang-barang sudah menumpuk seperti bukit kecil." Rhein Bruce tersenyum polos. Bukan berarti ia belum pernah melihat barang-barang ini, tapi seumur hidupnya tak pernah melihat jumlah sebanyak ini. Kini senyumnya tampak bodoh: "Setelah anak buah Yang Mulia si Raksasa Bermata Satu menghabisi kepala kuil itu, sekarang pasukan kami sedang menggerebek kuil tersebut. Perkiraanku hasil jarahannya juga tak akan sedikit. Saat ini selain kuil itu, yang tersisa hanya kamar pribadi Edward di istana. Komandan Kavaleri Darah Godard sudah masuk ke sana. Beberapa jam lagi pasukan kita bisa masuk. Kurekira harta terpenting se-Kota Nas pasti terkumpul di sana."
“Memang bagus.” Gao Leihua tersenyum hehe, pantas jadi ibukota aliansi bisnis. Bagi Kekaisaran Meng, semua ini merupakan kekayaan yang cukup menggiurkan. Si Yue Shi pasti akan senang melihat barang-barang yang muncul tiba-tiba ini, terutama makanan dan senjata yang sangat dibutuhkan Kekaisaran saat ini.
“Tapi, Tuan Gao Leihua, tindakan ekstrem kita ini mungkin akan membuat aliansi bisnis terdesak akan langsung menyerang.” Rhein Bruce berkata dengan sedikit khawatir. Kekhawatirannya masuk akal, mengingat mereka diam-diam menghancurkan ibukota kerajaan orang. Kalau bisa menahan hal seperti ini, itu namanya ada hantu. Rhein Bruce tidak percaya aliansi bisnis adalah negara yang bisa menahan diri.
“Hehe, pasti mereka akan terdesak menyerang.” Gao Leihua tersenyum licik. Tindakannya yang mencapai tingkat seperti ini, kecuali kura-kura, hampir tidak ada di dunia yang bisa menahan amarah. Kecuali negara tertentu yang dulu dilempar dua buah XX tapi masih bisa menahan diri.
"Tapi, bahkan jika mereka tidak bisa menelannya, apa yang bisa mereka lakukan?" Aura pembunuhan terpancar dari wajah Gao Leihua: "Jika mereka benar-benar ingin melompat keluar untuk memuntahkan kemarahan ini, aku akan memukul balik kemarahan itu dari mulut mereka langsung ke dalam perut. Membuat mereka tak punya kesempatan lagi untuk melompat dan mengeluarkan nafas."
Rhein Bruce terkekeh sambil menepuk kepalanya sendiri. Dengan jaminan dari Gao Leihua ini, selama Sang Jenderal masih ada, tak perlu ia pusing memikirkan hal-hal sepele.
"Ngomong-ngomong, Rhein·Bruce, sampaikan perintahku. Segala emas-perak yang dibawa oleh 10.000 prajurit Bimon yang ikut denganmu kali ini, biarlah menjadi milik mereka sendiri. Karena itu adalah bagian yang layak mereka dapatkan. Sebab mereka berani menghadapi kematian dengan gagah berani mengikutiku ke sini, meski awalnya mengira misi ini adalah 'tak bisa pulang'. Ini adalah hadiah atas keberanian mereka!" kata Gao Leihua. Kemarin, ketika Gao Leihua meminta beberapa prajurit manusia-binatang untuk menemaninya ke "Kota Nass" milik Aliansi Dagang, sebagian besar dari mereka ketakutan. Bagi mereka, mengikuti Gao Leihua ke "Kota Nass" sama dengan dikirim ke kematian—sesuatu yang tak sanggup mereka lakukan.
Ini bukan sepenuhnya kesalahan para manusia-binatang tersebut. Saat ini, Gao Leihua memang belum memiliki banyak wibawa di Kekaisaran Manusia-Binatang. Bagaimanapun, sebagian besar manusia-binatang tidak mengenalinya. Kunjungan terakhir Gao Leihua ke Negeri Bimon terlalu terburu-buru. Meski para manusia-binatang tahu Kaisar Yue Shi memiliki seorang Ayah manusia yang aneh dan hebat, tapi jumlah yang benar-benar mengenal Gao Leihua bisa dihitung jari...
Pada akhirnya, hanya para loyalis yang telah memahami kekuatan Gao Leihua, Rhein Bruce membawa 10.000 prajurit manusia-binatang mengikuti di belakang Gao Leihua. Kesepuluh ribu prajurit ini telah mempersiapkan tekad mematikan saat mengikuti Gao Leihua.
"Terima kasih atas kemurahan hati Anda! Tuan Gao Leihua." Rhein Bruce tersenyum.
Gao Leihua berpikir sejenak lalu bertanya lagi: "Sudahkah menemukan gudang penyimpanan strategis militer mereka? Ini baru bagian utama, barang-barang yang kau jaring dari tembok luar itu cuma hidangan pembuka."
"Haha, itu sudah pasti! Tuan Gao Leihua, target pertama kami memang ini. Hehe, mungkin Yang Mulia tidak menyangka berapa banyak persediaan makanan di Kota Nas! Langit, stok gandum dan kacang-kacangan saja mencapai 60.000 ton! Tumpukan gandumnya begitu besar, tak terhitung jumlahnya! Belum lagi binatang ternaknya! Kalau bukan karena jalur transportasi dimensi yang Yang Mulia siapkan, sampai kapan kami harus mengangkut semua ini?" Rhein Bruce bersemangat sampai menari-nari, dengan logistik sebanyak ini indeks ekonomi Kekaisaran Bimon bisa naik beberapa persen: "Hanya dengan melihat gudang senjata dan persediaan makanan sebanyak ini, aku pasti tertawa sampai terbangun dari mimpi!"
Semua ini berkat jalur transportasi dimensi raksasa yang disediakan Gao Leihua, kalau tidak, sampai kapan kita harus mengangkut barang sebanyak ini??
"Hehe, oh. Ngomong-ngomong……" Gao Leihua tiba-tiba teringat sesuatu, menunjuk griffin-griffin yang setengah mati tergeletak di tanah, berkata pada Rhein Bruce: "Simpan baik-baik griffin-griffin ini dulu! Mereka sebenarnya tidak mati. Sebelumnya aku sudah memerintahkan Raksasa Bermata Satu untuk tidak menghajar makhluk-makhluk kecil ini terlalu keras. Meski terlihat hampir mati, kalau dibawa pulang dan dirawat beberapa waktu, pasti bisa kembali perkasa seperti semula. Ini kunci apakah Kekaisaran Bimon bisa membentuk pasukan griffin seperti manusia."
"Langit, benar?!" Rhein Bruce seketika matanya berbinar. Di sini ada lebih dari 20.000 griffin! Meski banyak yang terbunuh oleh Raksasa Bermata Satu, setidaknya masih tersisa 17-18 ribu! Pasukan kavaleri udara? Begitu membayangkan jenis pasukan yang paling langka ini di kalangan manusia-binatang, Rhein Bruce kembali diliputi kegembiraan.
"Hm, masih ada lagi." Gao Leihua menunjuk ke 10.000 prajurit manusia-binatang yang sibuk: "Dari total sekitar 20.000 griffin yang kita dapat kali ini, bagi satu ekor untuk setiap prajurit manusia-binatang yang ikut denganku. Sisanya serahkan semua ke Yue Shi, biar nak itu juga senang. Tentu saja, kau boleh memilih yang paling kuat."
"Oh, terima kasih banyak! Kedermawananmu setara dengan matahari di langit! Aku tak tahu kata apa yang pantas menggambarkan perasaanku, rasanya ingin punya delapan lengan!" Rhein Bruce mengangguk seperti ayam mematuk beras, betapa banyak barang berharga yang diperoleh.
"Ayo pindahkan! Haha, usahakan untuk mengangkut semuanya kembali ke Kekaisaran Manusia-Binatang!" Gao Leihua tersenyum sambil matanya menyapu cepat sekeliling, akhirnya pandangannya tertuju di pintu masuk istana yang terbakar.
Istana kini dilalap kobaran api menyala-nyala. Sebagai Dewa Api yang baru dilantik, Ksatria Darah Goethe memang ahli dalam membakar. Masih adakah yang lebih mahir bermain api daripada Dewa Api?!
Saat ini, siluet Goethe perlahan muncul dari istana yang terbakar. Jubah putihnya yang telah melalui pembantaian, tak ternodai setetes darah pun. Pedang panjang merah darah terpikul di bahu, tangan kirinya masih menggenggam sebuah kepala. Ditambah wajahnya yang luar biasa tampan.
Ketika semua orang menyaksikan penampilan Goethe saat ini, seketika semua kata terkait "ketampanan, keanggunan" seolah refresh di benak mereka bagai layar yang terus diupdate.
Bajingan ini benar-benar materi utama untuk jadi selir pria... Arno, kepala suku Cyclops, membayangkan skenario jahatnya.
"Tuan, misi berhasil tanpa cela!" Goethe mengangkat kepala Edward, berseru lantang.
"Tuan, inilah kepala Edward. Kekuatan militer di istana juga telah kuhancurkan." Goethe membawa kepala itu mendekati Gao Leihua.
"Bagus, Goethe." Gao Leihua menepuk tangan. "Waktunya hampir tiba. Aku sudah bisa mendengar desisan pedang perang!"
Seolah menanggapi ucapan Gao Leihua, derap kuda perang menggema semakin dekat, getarannya samar-samar membuat seluruh permukaan tanah bergemetar.
"Jumlah musuh ternyata tidak sedikit ya." Gao Leihua tersenyum licik: "Goethe, mari. Pasukan bantuan Aliansi Komersial telah tiba. Kepala ini akan menjadi hadiah istimewa untuk mereka."
"Baik, Tuan." Goethe mengangguk, membawa kepala itu mengikuti langkah Gao Leihua. Tak jauh dari sana, sembilan puluh sembilan Ksatria Darah dan Raksasa Bermata Satu juga menghentikan aksi penghancuran, lalu bergabung.
"Istana sudah dibersihkan oleh Goethe. Bawa satu regu prajurit manusia-binatang masuk. Tempat itu akan menjadi ladang panen terkaya kita." Lao Gao tidak lupa mengingatkan Rhein Bruce.
"Perintah Yang Mulia akan kami laksanakan! Kebijakan 'angkut habis, gali habis, bakar habis' pasti dijalankan! Setelah pasukan kami lewat, bahkan serpihan emas pun tak akan tersisa untuk orang-orang Nas ini!"
Gao Leihua menganggukkan kepala. Saat ini di Kota Nas sudah tidak perlu mereka melakukan apa-apa lagi. Sisa 10.000 prajurit manusia-binatang akan menyelesaikan tugas dengan baik. Rhein Bruce bahkan berjanji akan menjalankan kebijakan tiga penghabisan secara menyeluruh—barang yang bisa diangkut akan diangkut habis, untuk benda yang tidak bisa dipindahkan seperti pilar berlapis emas, maka emasnya akan dikeruk hingga habis (prinsip 'keruk habis'). Terakhir, benda yang tidak bisa diangkut maupun dikeruk akan dibakar habis! Rhein Bruce bersumpah demi nama Dewa Hewan, bahkan sebutir debu emas pun tidak akan tersisa di istana.
Raksasa Bermata Satu berjalan di depan membuka jalan. Gao Leihua bersama Ksatria Darah mengikuti di belakang para raksasa menuju gerbang kota.
Akhirnya, Gao Leihua berdiri di atas sisa tembok Kota Nas yang masih bertahan. Seratus Ksatria Darah setia mengelilinginya, sementara seratus Raksasa Bermata Satu berbaris rapi di belakang Lao Gao bagai deretan patung.
Dari formasi yang dibentuk oleh para Raksasa Bermata Satu ini, hanya dengan melihatnya saja sudah cukup memberikan tekanan.
Di arah depan Gao Leihua, debu bergulung-gulung membubung tinggi. Inilah pasukan bantuan yang datang untuk menyelamatkan Kota Nas. Saat ini diperkirakan masih berjarak sekitar 10.000 yard dari Nas.
Secara visual kasar, pasukan penyelamat ini berjumlah sekitar 400.000 personel. Belum termasuk puluhan ribu pasukan kavaleri udara yang menari-nari di langit.
Seluruh pasukan bantuan kembali maju sekitar 6.000 yard sebelum akhirnya berhenti sejenak di lokasi 4.000 yard dari tembok kota Nas.
Jarak 4.000 yard bukanlah jarak dekat, tapi juga tidak terlalu jauh. Di jarak ini, pasukan penyelamat bisa menyaksikan kota kerajaan kesayanganku - Nas!
Tidak mengherankan, seluruh pasukan bantuan terpaku memandang kota kerajaan yang berjarak 4.000 yard itu. Baik jenderal maupun prajurit rendahan, semua seolah memiliki besi panas terbenam di leher mereka, tidak mampu mengeluarkan suara sedikit pun dalam waktu yang lama.
Dalam ingatan, Kota Nas yang makmur dengan pertahanan kuat, kini bagaikan reruntuhan istana purba yang tersisa.
Kontras yang begitu besar membuat semua pasukan bantuan mengira mereka sedang bermimpi.
Astaga, benarkah ini? Pasukan bantuan serempak menarik napas tajam. Dengan pertahanan Nas yang dibangun dengan emas batangan, bahkan jika magus tingkat kesucian menggunakan mantra larangan sekalipun, mustahil menghancurkan kota seburuk ini!
Memang pertahanan Nas bukan yang terkuat, tapi pasti yang termewah! Pertahanan yang dibangun dengan tumpukan emas membuatnya masuk 5 besar benua!!
Tapi, kota legenda ini justru rata diinjak-injak hanya dalam beberapa shichen?!
Banyak pasukan bantuan memukul kepala mereka sendiri dengan senjata, mengira sedang bermimpi. Mereka tidak percaya apa yang mata mereka lihat. Tapi rasa sakit yang kejam meyakinkan mereka bahwa ini bukan mimpi. Kota kebanggaan mereka, Nas, telah rata ditumbangkan!! Dan diinjak-injak begitu rata, persis seperti permukaan bandara. (Bandara? Barang apa ini?)
Yang paling mengejutkan adalah puluhan ribu pasukan berkuda udara yang beterbangan di langit. Bola mata para ksatria udara ini hampir terlepas dari soketnya karena terlalu terbelalak.
Dari ketinggian, pasukan udara melihat yang sedang merusak Kota Nas ternyata adalah—suku manusia-binatang! Ras yang mereka sebut sebagai binatang buas.
Manusia-binatang! Ternyata manusia-binatang! Penyerang Kota Nas adalah manusia-binatang!
Seketika, perasaan kompleks membanjiri dada setiap prajurit udara. Kepahitan?
Sebagai pasukan berkuda udara paling elit, mereka adalah pasukan pelopor yang ditugaskan untuk menyerang "Kekaisaran Bimon" kali ini. Mereka dikumpulkan, bersiap untuk menginjakkan kaki di wilayah Bimon, melakukan pembantaian sebanyak-banyaknya dan membawa pulang gadis-gadis cantik Bimon. Meskipun Bimon memiliki belasan petarung tingkat kesucian, ini tidak berarti apa-apa. Sepuluh petarung suci takkan mampu menghentikan perang raksasa yang sesungguhnya...
Ironisnya, beberapa hari lalu mereka masih sibuk merencanakan cara menyerbu tanah para "binatang buas" ini dan membunuh makhluk-makhluk biadab itu. Namun sekarang, sebelum sempat menginjakkan kaki di Kekaisaran Manusia-Binatang, bahkan sebelum meninggalkan wilayah mereka sendiri, ibu kota Aliansi Komersial mereka justru telah diinjak-injak rata oleh para manusia-binatang!
"Dewa Hera Yang Mahakuasa, beritahulah hamba-Mu, apa yang terjadi ini? Apakah ini hukuman ilahi-Mu?" Pemimpin pasukan bantuan, Marsekal Padel berbaju zirah abu-abu itu memeluk kepalanya sambil menangis histeris...
“Marsekal Padel, ada orang di tembok!” Seorang wakil jenderal di sampingnya menunjuk Gao Leihua yang berdiri di reruntuhan tembok, berkata.
Marsekal Padel berusaha menatap ke atas, memang benar, di atas sisa-sisa tembok yang hancur terlihat samar-samar beberapa sosok manusia berdiri.
“Goethe, berikan barang itu pada mereka,” kata Gao Leihua.
“Baik, Tuan.” Goethe mengangguk lemah, lalu mengangkat kepala kecil di tangannya dan melemparkannya sekuat tenaga ke arah pasukan bantuan.
Gao Leihua menyaksikan parabola yang dibentuk kepala itu di udara, ia benar-benar ingin tahu reaksi pasukan bantuan ketika melihat kepala ini...
