"Merampas?" Gao Leihua mengelus cincin ruang di tangan kirinya. Sial! Baru saja menyelesaikan masalah di Kota Nasi dan keluar dari formasi teleportasi. Baru beberapa menit, sudah ada masalah lagi? Siapa yang TMD berani melawannya?! Apakah mereka menganggap urusannya masih kurang banyak dan merepotkan?!
"Apakah mereka merebut barang-barang yang direbut dari Kota Nasi itu?" Gao Leihua berkata dengan suara seram. Dari nada bicara Lao Gao, terasa jelas bahwa pria itu sedang sangat kesal.
Tapi wajar saja marah. Siapapun yang mengalami masalah seperti yang dihadapi Lao Gao saat ini pasti juga akan merasa jengkel.
“Benar, Tuan Gao Leihua.” Rhein Bruce mengangguk keras sambil berkata: “Mereka para brengsek itu ingin merebut barang-barang yang kami dapatkan dari Kota Nasi. Sebenarnya kami sudah mengikuti perintahmu, mengeluarkan semua harta kecuali kekayaan para prajurit kami dan 10.000 ekor griffin, lalu menyerahkannya ke kas negara Kekaisaran Meng. Tapi para bajingan itu, setelah melihat kekayaan kami, menjadi iri dengan hasil yang kami peroleh. Bahkan mereka tidak hanya ingin mengambil barang-barang yang diperintahkan untuk diserahkan ke Kekaisaran, tapi juga berusaha merebut griffin-griffin yang Tuan janjikan untuk 10.000 prajurit kami!” Semakin dijelaskan, Rhein Bruce semakin bersemangat, sekarang dia bagaikan singa jantan yang marah di padang rumput.
"Prajurit suku manusia-binatang kami takkan peduli akan kekayaan apapun. Tapi..." Rhein Bruce mengepal tinju dengan erat: "Hal-hal itu bukan sekadar harta benda, itu adalah kehormatan yang menjadi milik kami hasil dari keberanian! Aku tidak rela! Tidak rela barang-barang ini direbut oleh para bajingan itu!"
Kalimat terakhir Rhein Bruce nyaris diteriakkan dengan teriakan mengerikan. Rhein Bruce membenci para brengsek terkutuk itu, para bajingan itu selain menindas saudara-saudara di Kekaisaran Bimon, tidak bisa melakukan apapun. Dulu ketika diperintahkan ke Kota Nasi, mereka semua takut seperti kelinci, tidak berani pergi. Kini, ketika 10.000 prajurit membawa kembali kekayaan selangit dari Nasi, para bajingan sialan ini lagi-lagi menempel seperti lalat.
"Siapa yang berani merebut?" Pandangan Lao Gao berkedip penuh determinasi.
“Adalah Pelode dari Suku Kucing Rakun yang sementara menguasai kas negara, serta sekelompok bajingan dari Suku Serigala.” Rhein Bruce mengatupkan gigi: “Gerombolan serakah ini sudah seharusnya tersambar petir sejak lama. Pelode dari Suku Kucing Rakun ini, sebagai pengelola kas negara, selama bertahun-tahun telah menggelapkan kekayaan yang tak terhitung jumlahnya.”
“Manusia-binatang yang serakah? Bukankah manusia-binatang adalah representasi keberanian dan kemantapan?” Naga Perak di samping Gao Leihua mengedipkan mata sambil menyela. Didikan sejak kecil membuatnya selalu berpikir bahwa manusia-binatang adalah makhluk yang jujur. Tentu, sebenarnya asumsinya tidak sepenuhnya salah – sebagian besar manusia-binatang memang mewakili keberanian dan kesetiaan, kecuali beberapa pengecualian ekstrem.
“Tiada manusia yang sempurna, bahkan di antara para dewa pun ada yang berkelakuan buruk. Apalagi manusia-binatang yang cuma makhluk biasa.” Gao Leihua tersenyum getir, selama ada makhluk berkesadaran pasti ada nafsu dan hati yang serakah.
“Ini siapa?” Rhein Bruce baru menyadari kehadiran gadis berambut perak di sisi Gao Leihua. Bruce memandangi rambut perak sang gadis, lalu melihat rambut putih Gao Leihua. Mungkinkah gadis ini adalah anak Tuan Gao Leihua? Bruce berspekulasi dalam hati.
Tak ada cara lain. Siapapun yang melihat rambut perak Yin dan rambut putih Gao Leihua pasti akan berprasangka. Perlu diketahui, berbagai warna rambut memang umum ditemui, tapi warna "kelas putih" seperti perak dan putih sangat langka di benua ini.
"Aku bernama Yin." Naga Perak dalam wujud manusia mengangkat kepala kecilnya sambil berkata, matanya berkilauan memandang Rhein Bruce. Lalu ia menunjuk Bola-Bola di bahu Gao Leihua: "Aku tunangannya."
Yang disebut terakhir, yaitu Bola-Bola yang sedang mengantuk tiba-tiba merasakan kilatan dingin. Tak seorang pun melihat, bulu-bulu Bola-Bola dalam sekejap berdiri tegak. Mungkinkah ini yang disebut "merinding" dalam legenda??
Grak!! Rhein Bruce yang mendengar ini langsung menganga seperti mulut kodok. Seorang gadis kecil manis dan cantik mengaku sebagai tunangan seekor Slime, hal seperti ini bukanlah sesuatu yang mudah diterima.
"Jangan heran, kawanku. Ketahuilah bahwa Bola-Bola sepenuhnya layak mendapatkan gadis tercantik di dunia ini." Gao Leihua melirik Bruce sambil berkata.
Di saat yang sama, Yin yang cantik juga memandang Rhein Bruce dengan tatapan penuh keheranan.
Tatapan suci Yin membuat Rhein Bruce merasa seolah dirinya benar-benar berlebihan dalam bereaksi.
"Hehe." Rhein Bruce menggaruk-garuk kepalanya.
"Baiklah, ayo kita pergi. Aku ingin tahu, siapa yang berhak menarik kehormatan yang diperoleh 10.000 prajurit dengan keberanian mereka." Memegang tangan Xiao Yin, Lao Gao berkata kepada Rhein Bruce.
Setelah mendengar perkataan Gao Leihua, Rhein Bruce langsung merasa tenang. Selama ada janji Gao Leihua, takkan ada yang bisa merebut kehormatan para prajurit.
"Tuan Gao Leihua, izinkan saya menunjukkan jalan." Rhein Bruce melangkah maju dan memimpin di depan.
Gao Leihua mengangguk, wajah Lao Gao tidak terlihat baik. Perlu diketahui bahwa 10.000 griffin dan harta benda di tubuh para prajurit adalah janji resmi Gao Leihua untuk diberikan kepada para pejuang pemberani ini. Ini adalah kehormatan yang pantas diterima oleh 10.000 prajurit berani!
Gao Leihua ingin melihat, bajingan tak tahu diri mana yang berani mengusiknya.
Di belakang Lao Gao, mengikuti Komandan Kavaleri Darah Godard dan Kepala Suku Raksasa Anuo. Para Ksatria Darah dan Raksasa Bermata Satu lainnya tetap menunggu di tempat untuk perintah Gao Leihua.
……
"Alun-Alun Pertempuran Binatang" adalah lapangan terluas di Kekaisaran Bimon. Tempat ini awalnya merupakan lokasi parade militer Kekaisaran Bimon. Saat ini, di alun-alun terluas ini berdiri tumpukan harta benda yang membentuk bukit kecil! Ini adalah harta rampasan yang diangkut 10.000 prajurir manusia-binatang pemberani dari Kota Nasi, kini semua harta benda termasuk sekitar 20.000 gryphon tertumpuk di alun-alun.
Di sisi alun-alun, terdapat 10.000 prajurit yang mengikuti Gao Leihua ke Kota Nasi. Namun saat ini, 10.000 prajurit yang ikut Lao Gao ke Kota Nasi itu dikepung oleh sekitar 30.000 anggota Suku Serigala. Setelah para pahlawan itu memindahkan semua kekayaan dari Kota Nasi tadi, 30.000 serigala yang telah lama mengincar segera mengepung mereka.
10.000 prajurit itu tertegun. Mereka mengira akan mendapat sorakan penyambutan layaknya pahlawan yang kembali, tapi malah dikepung oleh saudara-saudara sendiri.
Kemudian, serigala-serigala serakah itu bahkan berusaha merampas semua harta di alun-alun. Tak hanya itu, mereka juga tak mau melepaskan harta benda yang melekat di tubuh 10.000 prajurit. Saat ini, beberapa prajurit telah ditindih serigala ke tanah. Harta di tubuh mereka dikeluarkan paksa.
Yang mengejutkan Suku Serigala, setiap prajurit ternyata hanya membawa satu benda di tubuhnya.
Inilah prajurit sejati. Meskipun Gao Leihua bilang mereka bisa membawa sebanyak yang mereka mau, tapi para pria berjiwa kesatria ini cuma mengambil satu barang sebagai kenang-kenangan! Seperti sudah berjanji sebelumnya, setiap pria gagah hanya membawa satu benda.
Dengan tatapan berapi-api, para kesatria ini memandang bangsa serigala licik. Barang-barang ini adalah imbalan yang dijanjikan Gao Leihua. Bagi mereka, harta ini melambangkan kehormatan - bukti keberanian 10.000 prajurit menyerbu Kota Nasi.
Saat barang-barang di tubuh mereka dirampas paksa, para prajurit yang tertindas di bawah tubuh mereka mengatupkan rahang. Meski tak bersuara, sorot mata mereka menyala-nyala seperti bara - tindakan serigala ini adalah penghinaan tertinggi!
Tapi para kesatria ini menahan diri. Bukan karena tak sanggup melawan 30.000 serigala, tapi karena mereka dilarang bertindak.
Di hadapan 10.000 prajurit berdiri seorang pria gemuk dari suku kucing rakun.
Di antara manusia-binatang, jarang ada yang bisa segemuk ini. Bajingan ini adalah pengelola kas negara suku manusia-binatang, Perod.
Justru karena keberadaan kucing rakun gemuk ini, membuat 10.000 prajurit sekeras baja tidak bisa menyerang.
Tidak hanya 10.000 prajurit itu, semua singa Kota Rhein yang mengerumuni alun-alun juga memandang penuh amarah ke arah serigala dan kucing rakun gemuk ini. Singa-singa ingin menyerang, tapi sama seperti 10.000 prajurit, mereka tidak bisa bertindak. Hanya bisa menatap pasrah saat 10.000 prajurit sejati ini menerima penghinaan.
"Cekikikan, Lebih baik kalian menyerahkan dengan patuh sejak awal, sampai sekarang memaksa kami bertindak, sungguh melukai perasaan." Perod mengelus-elus tumpukan kekayaan berkilauan itu, semua orang bisa melihat keserakahan di matanya.
Saat ini Perod sedang penuh kesombongan. Kekayaan besar di alun-alun ini, bahkan semua harta di kas Kekaisaran Bimon zaman dulu jika ditotal pun tidak sebanyak ini.
Sudah lama tidak menyentuh kekayaan sebanyak ini, Pelod menjilat sudut bibirnya.
Mengingat kembali, sejak Kaisar Binatang Yue Shi yang baru naik takhta, kehidupan Pelod tidak semudah dulu lagi.
Setelah dilantik, Kaisar Binatang Yue Shi yang baru langsung menunjuk seorang pria tua dari klan rubah untuk mengelola keuangan Kekaisaran, membuat keuntungan ilegal Pelod sebagai pengelola kas negara menyusut drastis.
Tapi ini bukan masalah terbesar. Yang lebih penting, serangkaian reformasi yang dilakukan Yang Mulia Yue Shi setelah naik tahta membuat Pelod berfirasat masa kejayaannya akan segera berakhir. Ia menyadari Kaisar Yue Shi kali ini berbeda dengan para pendahulunya yang hanya tubuh yang besar tapi otak kosong. Meski posisinya sebagai bendahara negara belum diganti sementara, Pelod tahu penggantian dirinya hanyalah masalah waktu.
Karena itu, setiap saat kini Pelod terus memikirkan cara mengeruk keuntungan sebesar-besarnya selagi masih menjabat!
Akhirnya, hari ini dia mendapatkan kesempatan! Kekayaan sebesar ini yang setara dengan harta negara musuh!! Asalkan bisa menampung kekayaan ini, Pelos bisa kabur dari Kekaisaran Manusia-Binatang, lari ke kekaisaran manusia untuk hidup paling makmur.
Berbicara tentang kabar kekayaan raksasa ini, Pelled benar-benar harus berterima kasih pada pria paruh baya di sampingnya ini.
Pria paruh baya ini adalah perwakilan dari Suku Serigala yang dikirim, bernama Lang Baoliang.
Kira-kira dua shichen sebelumnya, 10.000 prajurit manusia-binatang yang menuju Kota Nasi mulai mengangkut harta benda melalui formasi teleportasi ke alun-alun.
Menyusul, seorang perwakilan Suku Serigala diam-diam menghampirinya dan mengajukan kerja sama. Gagasan untuk menelan kekayaan ini juga diajukan oleh bajingan Suku Serigala ini. Bajingan Suku Serigala ini mengatakan padanya untuk bekerja sama dengan serigala, bersama-sama menampung kekayaan ini.
Ini adalah serangan balasan Suku Serigala. Balas dendam atas tindakan Gao Leihua yang menghabisi satu regu penjaga kota serigala di Auditorium Utama saat itu.
Gao Leihua tidak menyangka, tindakannya menghabisi satu regu pasukan pengawal kota Serigala yang arogan itu bukannya membuat mereka jera, malah karena kebencian yang mendalam, justru memicu niat kawanan serigala gila ini untuk mencaplok kekayaan tersebut sebagai balas dendam pada Gao Leihua!
Tentu saja, Suku Serigala bukanlah orang bodoh. Mereka tak berani merebut paksa harta ini. Kekuatan Gao Leihua terlihat jelas di sini - bagaimana mungkin orang yang bisa merebut kekayaan sebesar ini dari Kota Nasi dengan 10.000 pasukan manusia-binatang adalah orang sembarangan?
Lagipula, jika mereka nekat merampas kekayaan ini, bahkan tanpa perlu Gao Leihua turun tangan, singa-singa perkasa di Kota Rhein saja sudah cukup menghancurkan mereka ratusan kali!
Karena itu, para serigala ini merancang strategi: mereka akan mencaplok kekayaan ini secara terang-terangan, dan melakukannya dengan cara yang membuat orang lain tak bisa membantah!
Maka, pikiran mereka tertuju pada kucing rakun yang menguasai kas negara.
Berdasarkan peraturan dalam Suku Manusia-Binatang, "Semua barang rampasan perang yang direbut harus diserahkan ke kas negara."
Ini adalah metode penanganan barang rampasan perang yang digunakan suku manusia-binatang sejak bertahun-tahun silam. Meskipun aturan ini sudah lama terlupakan, mengingat selama ribuan tahun Kekaisaran Manusia-Binatang sama sekali tidak mampu menyerang pihak lain, dari mana mungkin ada barang rampasan untuk diambil?
Kini, kucing rakun gemuk yang mengelola kas negara ini turun tangan dan mengingatkan semua manusia-binatang tentang peraturan tersebut!
Kucing rakun gemuk itu menunjuk semua barang rampasan sambil menggaungkan aturan kuno, menuntut agar semua harta tersebut dimasukkan ke kas negara!!
Inilah alasan mengapa 10.000 prajurit meski tak rela namun tak bisa melawan - para Singa Emas di Kota Rhein hanya bisa menggigit gigi menatap penuh kebencian saat Suku Serigala merebut barang rampasan, tanpa bisa membantu. Meski tak rela, mereka harus pasrah.
Lang Baoliang dari Suku Serigala memandang sekeliling dengan sombong ke arah para Singa Emas, sangat bangga dengan rencana licik yang telah disusunnya.
Menurutnya, saat ini bahkan jika pria bernama Gao Leihua itu turun tangan pun tidak bisa berbuat apa-apa! Meski Gao Leihua adalah ayah dari Yang Mulia Yue Shi, tapi kerugian ini harus dilahap habis-habisan.
Asalkan itu barang rampasan, harus diserahkan ke kas negara! Lang Baoliang kini memuji leluhur suku Beastman yang membuat aturan ini di masa lampau!
Saat melihat kekayaan di hadapan mereka, para bajingan dari Suku Serigala ini merasa puas tersembunyi di hati.
Sayangnya, mereka tidak pernah memikirkan satu hal.
Apakah Gao Leihua pernah menyebutkan bahwa kekayaan ini adalah "barang rampasan"?
Apakah kekayaan ini adalah "barang rampasan" dari 10.000 pasukan Beastman itu?
Bukan, benar kan! Kekayaan ini murni hasil rampasan pribadi Gao Leihua dari Kota Nasi, secara hukum masih merupakan milik pribadinya untuk sementara...
……
Ketika Gao Leihua tiba di alun-alun, pandangannya menyapu seluruh adegan. Wajah Lao Gao seketika menghitam seperti Zhang Fei, pemandangan ini membuat siapapun yang melihatnya meluapkan kemarahan dari dalam tulang!
Bajingan-bajingan ini sudah keterlaluan!
10.000 prajurit yang mengikuti Lao Gao ke Kota Nasi justru dikepung oleh sekitar 30.000 Suku Serigala. 10.000 prajurit yang menyertai Gao Leihua ini mudah dikenali. Meski berasal dari berbagai ras manusia-binatang, sebagai simbol tekad mematikan, mereka mengikatkan sehelai kain sutra putih mencolok di lengan - tanda khas prajurit manusia-binatang yang terjun dalam pertarungan mematikan.
10.000 pria tangguh ini dahulu datang dengan tekad mematikan mengikuti Gao Leihua.
Kini, alih-alih mendapat sorak-sorai layaknya pahlawan, 10.000 pria sekeras baja ini malah dikepung seperti kriminal. Mereka seharusnya layak mendapat bunga-bunga dari para gadis dan pujian dari saudara sebangsa!
Namun karena keserakahan menjijikkan segelintir bajingan, 10.000 pahlawan ini diperlakukan bagai narapidana!!
Di lokasi yang tidak jauh dari Gao Leihua, seorang anggota Suku Serigala sedang menindas seorang prajurit ke tanah dan menggasak harta benda di tubuh prajurit tersebut.
"Sial!" Mata hitam Gao Leihua mulai memerah! 10.000 pria gagah berani ini mengikuti Gao Leihua dengan sumpah mati, tak disangka setelah kembali malah mendapat perlakuan memelas seperti ini!
Hanya karena segelintir kekayaan, mereka tega menyakiti saudara sebangsa sendiri. Perbuatan iblis di neraka pun tak sekeji tingkah bajingan-bajingan ini!
Bajingan-bajingan ini pantas diusir ke neraka!
"Barang-barang ini, Tuan Gao Leihua sudah berjanji akan memberikannya pada kami." Suara muda menarik perhatian Gao Leihua. Seorang prajurit manusia berkepala sapi yang masih muda.
"Berani membantah ya?" Pei Luode mengincar si manusia sapi muda ini: "Jangan terus menyebut-nyebut Gao Leihua atau Tuan Gao Leihua. Aku tidak kenal dia. Sudah bertahun-tahun jadi pejabat di Kekaisaran Bimon, tak pernah dengar ada pejabat bernama Gao Leihua."
“Menyimak, si kecil. Menurut aturan Kekaisaran Bimon kami, semua yang direbut dalam perang harus diserahkan ke kas negara. Apa kalian masih belum memahami hal ini?”
Semua orang mengatupkan rahang, namun tak bisa membantah. Karena, sungguh menggelikan, kucing rakun gemuk ini sedang menyatakan fakta.
Namun, semua orang memandanginya dengan pandangan merendahkan. Diserahkan ke kas negara? Omong kosong! Berapa banyak kekayaan ini yang benar-benar akan masuk ke kas negara?
“Lanjutkan penggeledahan. Bajingan rendahan ini memang hina. Harus memaksa kami turun tangan langsung. Sialan! Setiap orang cuma membawa satu barang? Aku tak percaya, geledah dengan teliti! Ambil semua barang berharga dari tubuh mereka!”
“Tidak, itu peninggalan ibuku! Kembalikan!” Tiba-tiba prajurit berkepala sapi muda itu meneriakkan protes. Di hadapannya, anggota Suku Serigala sedang merampas liontin giok yang disembunyikannya di balik baju zirah dalam.
“Sialan, bercanda apa, si miskin kere seperti kau ini, mana mungkin ibumu meninggalkan barang berharga seperti ini.” Bajingan dari Suku Serigala itu tertawa histeris.
————————
Plak~~Braak~~!! Suara lengkingan petir tiba-tiba menggema di langit saat serigala itu tertawa.
Kilat di Langit Cerah, semua orang menengadah ke langit yang terlihat cerah tak berawan.
Tapi di langit cerah ini, dentuman petir terus-menerus bergema, bergaung di angkasa.
Ini adalah Amarah Dewa Petir.
“Sialan, bikin kaget saja.” Gerutu serigala yang tadi tertawa itu kesal: “Hampir membuat Kakek Chaiwu mati ketakutan.” Bajingan bernama Chaiwu ini tersenyum licik.
Tiba-tiba, Chaiwu merasa lehernya tercekik.
Sebuah tangan yang tak kekar entah sejak kapan telah mencekik leher serigala ini, dengan mudah mengangkat tubuh pria kekar setinggi dua meter itu.
"Wu~~~Wu!!" Wajah Chai Wu sudah memerah. Dia berusaha melepaskan tangan yang mencekik lehernya, tapi tangan yang tak kekar ini bagai besi terkuat, pondasi dasar tak bisa bergerak sedikitpun.
Dengan susah payah menunduk, Chai Wu hanya melihat helaian rambut putih.
"Wu~~" Chai Wu muntah berbusa, otak membuatnya cepat pingsan.
Lao Gao menarik liontin giok dari tangan Chai Wu. Lalu melempar tubuh serigala setinggi dua meter itu ke udara dengan keras.
Lemparannya sangat tinggi, mencapai ketinggian belasan meter.
Plak! Chai Wu jatuh ke tanah. Saat mendarat, semua orang jelas mendengar suara tulang remuk. Perkiraan: lebih banyak mati, sedikit yang hidup.
Gao Leihua berjongkok, dengan hati-hati mengikat kembali liontin giok itu di leher manusia berkepala sapi muda itu.
Ini kelalaian Gao Leihua sendiri, sehingga membuat mereka harus mengalami perlakuan memelas seperti ini.
“Tuan Gao Leihua.” Manusia berkepala sapi muda itu memperlihatkan sorotan misterius yang bersemangat ketika melihat Gao Leihua.
“Penghinaan yang kalian terima, balaslah seratus kali lipat dari tubuh mereka.” Gao Leihua menepuk-nepuk prajurit Sapi muda ini dengan lembut.
Braak!! Semburan kilat melesat di cakrawala. Ini adalah jawaban elemen petir terhadap kemarahan Dewa mereka.
Perwakilan Suku Serigala yang berdiri di kejauhan, Lang Baoliang tiba-tiba mulai meragukan apakah tindakan gila klannya ini tepat.
Sebelum melihat langsung Gao Leihua, mereka menganggap rencana mereka sempurna tanpa cacat. Tapi setelah Gao Leihua muncul, Lang Baoliang mulai meragukan rencananya sendiri.
“Kehinaan yang kalian alami, gantilah dengan tangan kalian sendiri!” Gao Leihua berseru kepada 10.000 pria gagah berani ini...
