Tanggal 8 Agustus dalam kalender benua semakin mendekat. Bagi semua penguasa kuat yang mengetahui rahasia ini, itu adalah hari di mana para penguasa akan menjadi gila-gilaan. Di dalam Menara Babel, tersimpan semua barang yang didambakan orang.
Entah itu senjata dewa legendaris, atau keahlian dewa yang tak tertandingi...
Menara Babel selamanya merupakan tempat penuh misteri.
Di setiap sudut benua, semua "Iblis" dan monster legendaris sedang mempersiapkan diri dengan matang untuk urusan "Menara Babel". Di tangan mereka tergenggam sebuah "bata" unik, yaitu kunci Menara Babel. Terhadap barang-barang di dalam Menara Babel, mereka harus kita dapatkan.
Selain dua kekuatan besar "Iblis" dan monster legendaris, masih ada banyak kelompok kecil lainnya yang juga mempersiapkan diri. Mereka semua ingin ikut ambil bagian dalam "Menara Babel" pada tanggal 8 Agustus.
Sayangnya, tak seorang pun pernah meragukan keaslian kunci-kunci tersebut. Maka tak ada yang menyadari bahwa kunci-kunci itu palsu.
Lalu, apa yang sedang dilakukan Gao Leihua yang benar-benar memegang kunci asli saat ini?
Lao Gao telah kembali ke Kekaisaran Cahaya kemarin senja. Kini, fajar telah menyingsing di hari kedua setelah kepulangannya.
Sejak kepulangan suaminya, Jingxin harus menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur.
Tentu saja, janganlah berpikiran kotor. Mengingat Jingxin sedang hamil, Gao Leihua yang meski bergelora nafsunya tetap bisa menahan diri di momen genting ini. Bagaimanapun dia bukan binatang buas. Namun entah mengapa, Lao Gao sama sekali tak punya kekebalan terhadap pesona Jingxin. Gerakan kecil tak disengaja darinya selalu membuat hati pria ini berdebar kencang, seperti yang terjadi sekarang...
Alasan Jingxin hampir selalu berbaring di tempat tidur hanyalah karena perhatian berlebihan yang hampir membandel dari Lao Gao. Di mata Lao Gao, Jingxin yang sedang hamil terlihat lebih rapuh daripada boneka kaca. Lao Gao sama sekali tak rela membiarkan Jingxin mengalami sedikit pun cedera.
Akhirnya, Jingxin pun menuruti keinginan Gao Leihua. Sepanjang hari ia berbaring di tempat tidur menikmati hak istimewa yang bahkan tak dimiliki seorang kaisar. Kecuali untuk urusan fisiologis mendesak dan latihan ringan yang dianggap perlu oleh Lao Gao, Jingxin menghabiskan hampir seluruh waktunya di ranjang sambil menikmati "pelayanan" khusus dari Gao Leihua.
Lao Gao membawa mangkuk bubur menghampiri Jingxin. Beberapa anak yang licik meski masih kecil sudah mengerumuni mereka, memandangi Gao Leihua dan Jingxin dengan penuh minat.
Bola-Bola berjongkok di tepi ranjang Jingxin, penasaran mengamati perut kecil itu. Si kecil ini sedang berusaha membayangkan benda apa yang tersembunyi di dalam perut Jingxin.
"Jingxin, ini buburnya. Hati-hati, jangan sampai kepanasan," kata Lao Gao sambil menyodorkan mangkuk itu dengan lembut kepada Jingxin.
"Hm." Jingxin menerima bubur dari Gao Leihua, setelah duduk dengan posisi yang baik, mulai menyantapnya perlahan-lahan dengan suapan kecil.
Gao Leihua duduk di samping, memandang Jingxin di hadapannya dengan tenang. Sesungguhnya, terkadang memandang kekasih hati sendiri sudah merupakan kenikmatan yang luar biasa.
Mungkin karena pandangannya terblokir oleh struktur rambut, Jingxin meletakkan sendok di tangannya dengan lembut, tangan rampingnya mengelus rambut indahnya.
Seketika, jakun Lao Gao bergerak tak terkendali. Ini baru sekadar gerakan mengusap rambut saja, air mata Gao Leihua sudah berlinang. Dia tak pernah menyangka ketenangannya bisa tergoyahkan sampai tingkat ini, daya tarik tak disengaja yang ditunjukkan Jingxin saat menyantap bubur membuat hati Gao Leihua berayun-ayun seperti ayunan...
Gao Leihua sang Penguasa Petir yang dulu tak pernah ragu-ragu menghadapi mata-mata wanita cantik tak terhitung jumlahnya, kini entah terlempar ke Kerajaan Wa Zhua yang mana.
"Dug! Dug!" Tepat saat hati Lao Gao sedang bergejolak, terdengar ketukan pintu yang mendesak.
“Siapa?” Lao Gao memalingkan kepala dan bertanya keras. Interupsi terhadap gejolak hatinya membuatnya sedikit kesal.
“Ini aku, Yuehua Tian.” Suara magnetis kakak ipar Yuehua Tian terdengar di depan pintu.
“Itu Paman Yue, aku yang buka pintu.”
Begitu mendengar kedatangan Yuehua Tian, Xiao Jin Sha'er langsung melompat turun dari ranjang dan berlari cepat dengan kaki mungilnya ke pintu.
“Haha, selamat pagi Xiao Jin Sha'er.” Yuehua Tian tertawa lebar sambil melangkah mantap masuk ke dalam ruangan.
Setelah masuk, dia menyungging senyum licik ke arah Gao Leihua: “Leihua, selamat pagi.”
“Selamat pagi. Kak, ada apa? Senyummu itu penuh niat jahat.”
Gao Leihua menjawab sambil tersenyum.
“Hehe, Leihua. Si Emak dan Ayah akan datang.”
Yuehua Tian tersenyum licik, sambil melambaikan tangan ke arah Jingxin di atas ranjang.
Jingxin mengangguk lembut sebagai balasan.
“Ayah dan Ibu datang? Kapan mereka berdua tiba?”
Gao Leihua bertanya, jika kedua orang tua datang, makan siang Gao Leihua sore ini harus disiapkan.
"Hehe, sudah datang." Yuehua Tian tersenyum licik, mendekat ke telinga Lao Gao: "Ayah juga bilang khusus padaku, katanya ada beberapa hal yang harus dia ajarkan langsung padamu sebagai pria dari suku ikan manusia yang wajib dipelajari."
"Hal wajib bagi setiap pria suku ikan manusia? Haha, Ayah salah dong, aku kan bukan pria suku ikan manusia."
Lao Gao tertawa sambil berkata.
……
Di tengah percakapan, pintu ruangan berbunyi kreek didorong perlahan oleh seseorang.
Yang pertama menyergap bola mata Gao Leihua adalah siluet jenjang yang melangkah anggun masuk. Rambut biru lautnya yang panjang seperti air terjun terurai di bahu, bola mata biru langitnya tenang tak tergoyahkan. Yang paling tak terlupakan adalah senyuman samar di wajahnya yang hanya bisa digambarkan sebagai "memesona seluruh kota dan negara".
"Jingyin, sang mertua perempuan. Zaman sama sekali tidak meninggalkan jejak pada tubuhnya. Jika bukan orang yang familiar dengan Jingxin dan Jingyin, hampir tak ada yang bisa mengenali ibu-anak ini sebagai keluarga."
Begitu masuk, tatapan Jingyin langsung menancap ke perut sedikit menonjol putrinya, tak sedetik pun pandangannya berpaling.
"Hah." Di belakang Jingyin berdiri Poseidon·Yue Zhentian Sang Raja Lautan. Saat ini, tangan Sang Raja Lautan sedang menggendong "Bayi" - kristalisasi cinta Dewi Arwah Penasaran dan Dewa Hewan.
"Siapa bilang kau bukan pria suku ikan manusia?" Poseidon·Yue Zhentian menyebalkan: "Kau sudah menikahi putriku Jingxin, kau juga bisa dianggap setengah pria suku laut."
"Selamat pagi, Ayah." Bayi di tangan Sang Raja Lautan mengulurkan tangan mungilnya ke arah Gao Leihua.
"Selamat pagi." Gao Leihua melangkah maju, menerima Bayi dari pelukan Poseidon·Yue Zhentian. Lalu mencium pipi mungilnya dengan keras chu.
“Gek gek.” Bayi memeluk Gao Leihua sambil tertawa.
“Beberapa hari tak bertemu, Bayi sudah tumbuh besar.” Lao Gao tersenyum: “Beratnya bertambah.”
“Hehe, ngomong-ngomong, Ayah.” Mata hitam Bayi berkilat licik seperti rubah: “Kakek sudah tahu aku bukan keluar dari perut Ibu Jingxin~~”
“Hm, Apa? Kreeek…” Wajah Gao Leihua langsung kaku tak terkendali setelah mendengar ini.
“Sudahlah, menantu. Hal ini sudah kuketahui sejak lama.” Yue Zhentian Sang Raja Lautan menggeleng perlahan: “Kalian berdua (Jingxin dan kau) benar-benar membuatku merasa sudah menjadi kakek bertahun-tahun. Kalau bukan karena tak sengaja membicarakan ini dengan Bayi waktu di dasar laut kemarin, aku masih mengira Jingxin sudah melahirkan anakmu. Tak disangka ternyata ini semua salah paham.”
“Hehe.” Lao Gao tersenyum licik, sepertinya Kaisar Laut Yue Zhentian sudah menemukan bahwa Bayi bukan anak kandungnya dengan Jingxin. Namun, ekspresi Yue Zhentian saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda menyalahkan, membuat Lao Gao sedikit lega.
“Tapi untungnya, kau cukup berjasa. Akhirnya berhasil membuat perut Jingxin membesar. Jadi aku memaafkanmu.” Poseidon · Yue Zhentian menepuk bahu Lao Gao, dari raut wajahnya terlihat alasan memaafkan sepenuhnya karena usaha keras Lao Gao 'menggarap ladang' hingga akhirnya perut kecil Jingxin mulai menonjol.
“……” Lao Gao menggaruk kepala dengan bingung, kenapa dia merasa ada nuansa seolah Yue Zhentian justru berharap diam-diam putrinya sendiri cepat hamil dalam ucapan Poseidon · Yue Zhentian ini?
“Sudah, sudah. Tidak usah banyak bicara. Gao Leihua, sekarang aku akan memberimu pelajaran dasar yang harus dikuasai setiap pria dari suku laut.”
Sang Raja Laut Poseidon · Yue Zhentian menarik Lao Gao ke samping, bertanya: “Gao Leihua, suku putri duyung kami sangat berbeda dengan manusia darat, kau tahu tidak?”
“Hm, tahu! Kalian punya ekor seperti ikan.” Gao Leihua menganggukkan kepala. Dalam persepsi Lao Gao, perbedaan putri duyung dengan manusia terletak pada ekornya. Apalagi ekor biru Jingxin yang membuatnya begitu terpikat.
“Tidak, bukan di aspek itu. Yang kumaksud adalah perbedaan dalam hal melahirkan anak.”
Melihat senyuman mesum bercampur kebahagiaan di wajah Gao Leihua, Poseidon langsung bisa menebak isi pikiran pria itu. Sebuah urat hijau berbentuk X langsung menonjol di dahi Sang Raja Lautan.
“Wu, tentang perbedaan dalam melahirkan? Aku tidak tahu.” Lao Gao menggelengkan kepala.
“Kami putri duyung semua menetas dari telur.” Poseidon berkata: “Jadi, anakmu dengan Jingxin juga akan menetas dari telur.”
Tanpa menunggu Gao Leihua membalas, Poseidon lagi-lagi buru-buru menambahkan.
“Sebagai calon ayah putri duyung, sekarang aku harus melatihmu dalam satu hal khusus.” Poseidon·Yue Zhentian tiba-tiba menjadi sangat serius: “Yang akan kuajarkan adalah keahlian wajib bagi pria putri duyung! Ini menyangkut rencana besar untuk cucuku!”
“？？Hal apa?” Terkait anaknya, Gao Leihua segera memandang Raja Lautan yang sedang serius dengan panik.
“Aku akan mengajarimu cara——mengerami telur.” Poseidon berkata dengan sungguh-sungguh.
“Mengerami telur？！”
Suara gemeretak batu terdengar, seluruh tubuh Gao Leihua membeku bagai terkena sihir pembatu. Saat ini dia mulai meragukan apakah pendengarannya bermasalah.
“Hmph. Benar, semua anak klan putri duyung lahir dari telur, dan semuanya dierami oleh pria dari suku kami!” Poseidon·Yue Zhentian mendengus sinis.
“Ayah. Apakah dulu Jingxin juga... kau yang mengeraminya?” Gao Leihua menelan ludahnya, bertanya pelan.
“Bicara sembarangan, kalau bukan aku yang bersusah payah mengerami selama 49 hari, mana mungkin ada Jingxin yang jadi istrimu sekarang!” Begitu membicarakan hal ini, Poseidon·Yue Zhentian memamerkan kebanggaan: “Kuberi tahu, aku bahkan menciptakan rekor waktu pengeraman terlama di antara suku laut! Penuh 49 hari!”
“Ngomong-ngomong, Jingxin ini memang bandel. Bayi lain paling lama 30 hari sudah menetas, tapi dia memaksaku mengerami selama 49 hari.”
Mendengar ini, wajah Jingxin di ranjang langsung memerah seperti apel matang.
Di sisi lain, dalam benak Gao Leihua tiba-tiba muncul bayangan Poseidon yang berjongkok di atas telur. Membayangkan sosok menara besi ayah mertua itu sedang mengerami telur, Lao Gao tak bisa menahan tawa.
“Haha.” Tertawa nakal meledak dari Lao Gao.
Tapi seketika, senyum Gao Leihua langsung pudar. Karena, dia teringat pada dirinya sendiri.
“Mungkinkah... aku juga harus mengerami telur?!”
Lao Gao bertanya dengan suara lembut dan ragu-ragu.
"Omong kosong!" Yue Zhentian membentak keras: "Kau tidak mau mengerami, apa mau kusuruh yang mengerami untukmu?!"
"Tapi, meski Jingxin dari suku ikan manusia. Aku kan manusia biasa." Gao Leihua berkata pelan: "Apakah anakku nanti vivipar?"
"Hmm. Vivipar? Jangan berharap! Awalnya, aku juga mengira karena kau bukan dari suku ikan manusia, mungkin anak hasil pernikahanmu dengan Jingxin akan vivipar seperti manusia. Soalnya sudah lama tak ada interaksi antara manusia dan suku ikan manusia, aku pun tak tahu proses melahirkan Jingxin nanti." Yue Zhentia menyeringai dingin: "Makanya awalnya kukira anak Dewa Hewan brengsek itu dan Dewi Arwah adalah anakmu. Karena kupikir anakmu tak perlu dierami."
"Lalu," tanya Lao Gao masih berharap tipis: "Mungkinkah anakku tidak perlu dierami? Apakah mereka benar-benar vivipar?"
"Takkan!" Yue Zhentian berkata dengan tegas: "Aku baru tahu kemudian, perempuan dari suku ikan manusia mustahil melahirkan secara normal. Karena struktur tubuh wanita dari klan kami sedikit berbeda dengan manusia, ini membuat semua wanita dari suku kami hanya bisa bertelur!"
"Jangan lagi berharap pada keberuntungan." Yue Zhentian tanpa ragu menghancurkan harapan terakhir Lao Gao.
"Ikut aku, pertama-tama akan kuajari cara menjaga suhu telur saat mengerami." Yue Zhentian menarik Gao Leihua menuju kamar dalam.
"Mengerami telur." Dua kata ini tiba-tiba memenuhi benak Lao Gao.
Tapi segera, Lao Gao mengatupkan gigi dengan keras dan mengibaskan kepala berkali-kali.
"Mengeram ya mengeram! Tak ada yang perlu ditakuti! Semua untuk anakku yang belum lahir." Lao Gao seperti menghipnotis dirinya sendiri: "Mengeram saja, lagipula aku adalah pria manusia pertama yang mengerami telur!"
“Tapi omongan tetap omongan. Begitu terbayang dirinya berjongkok seperti induk ayam tua di atas telur, sebagai pria dari Bumi, Lao Gao selalu merasa agak menggigil.”
“Namun ketika Lao Gao teringat bahwa yang dierami adalah anaknya sendiri, betapa pun sulit dan melelahkannya, dia rela menerima semuanya.”
“Jangan banyak mikir! Mengerami telur kan untuk melahirkan generasi berikutnya! Ini hal yang suci!” Poseidon·Yue Zhentian tanpa ampun menarik Gao Leihua: “Ke ruangan samping! Akan kujelaskan detailnya! Yang penting menjaga suhu telur!”
Kemudian, Gao Leihua diseret keluar ruangan oleh Poseidon·Yue Zhentian.
“Mengerami telur adalah perbuatan suci!” Lao Gao bergumam dengan tekad...
