Ada yang bilang, Langit selalu sengaja atau tidak sengaja melemparkan kejutan. Ada yang manis, membuat orang terkesima; ada yang pahit, membuat orang panik. Selain itu, ada juga jenis ketiga: manis-pahit berbaur.
Bagi Lao Gao, kehamilan Jingxin tanpa diragukan lagi adalah kejutan yang diberikan Langit padanya. Bahkan saat tahu dirinya mungkin punya kemungkinan besar harus mengerami telur, Lao Gao hanya merasakan penderitaan dan kebahagiaan yang menyatu. Situasi Lao Gao mungkin bisa dianggap sebagai campuran antara kekhawatiran dan kebahagiaan?
Setelah melihat Gao Leihua diseret keluar oleh ayahnya, Jingxin duduk di ranjang sambil tertawa ringan.
Usai tertawa, tangannya dengan lembut mengelus perutnya sendiri.
"Bajingan tolol."
Jingyin, sang mertua perempuan, melengkungkan sudut bibirnya sambil tertawa kecil.
"Hm." Jingxin menganggukkan kepala, kebahagiaan di matanya tak terucapkan.
"Ibu, kau akan melahirkan anak?" Xiao Jin Sha'er merebahkan seluruh tubuhnya di sisi Jingxin, matanya tak berkedip memandangi perut Jingxin. Di sampingnya berdiri Mengsi yang seperti dicetak dari cetakan yang sama, dua gadis mirip boneka porselen itu menatap perut Jingxin dengan mata penuh keingintahuan yang serupa.
"Hm." Jingxin tersenyum, lalu mengangguk.
“Ibu, bisakah Ibu melahirkan adik untuk kami? Tapi jangan seperti Lu Dongfa yang malas hanya tahu tidur setiap hari. Bisakah Ibu memberi kami adik yang lebih ceria?” Xiao Jin Sha'er yang hantu kecil ini menunjuk Lu Dongfa yang sedang mengisap jarinya dan tidur nyenyak sepanjang perjalanan: “Seperti Lu Dongfa ini, sama sekali tidak menghibur.”
“Benar. Tepat sekali.” Bayi yang duduk di samping "Jingyin" juga mengangguk setuju. Lu Dongfa adalah hantu malas bawaan lahir yang menghabiskan lebih dari delapan belas jam sehari dalam kondisi tidur.
“Hm.” Jingxin mengangguk lemah, senyum manisnya terlihat sangat menggoda. Seandainya Gao Leihua belum ditarik oleh Raja Lautan saat ini, diperkirakan Lao Gao sudah berubah menjadi makhluk bernama "binatang buas" lalu menerjang dengan ganas...
“Jingxin, Kedewaan Es-Salju tidak berpengaruh pada tubuhmu kan?” Setelah Lao Gao dijauhkan, Jingyin menempelkan tangan di perut putrinya Yue Jingxin dan bertanya dengan khawatir.
“Hm, tidak apa-apa.” Jingxin berbisik pelan sebagai jawaban.
"Putri, kau ini." Jingyin pasrah menepuk bahu Jingxin. Putrinya ini tak pernah tahu bagaimana meminta sesuatu kepada pria: "Karena sikapmu yang seperti ini, bahkan saat mengandung pun kau tak memberitahu Gao Leihua si nakal itu. Bahkan berani mengambil risiko menyatu dengan 'Kedewaan Es-Salju' saat hamil! Bocah itu juga keterlaluan, tega memberimu Kedewaan Es-Salju di saat seperti itu. Seandainya anak ini hilang, aku yakin dia akan menangis histeris!"
Jari-jari ramping Jingxin mengelus lembut perutnya. Kepalanya tertunduk, diam seribu bahasa.
"Hah." Jingxin menghela napas pasrah. Ekspresinya menunjukkan perkataan sang ibu tak masuk ke telinganya. Terhadap putri bungsu ini, Jingyin penuh perasaan haru. Mungkin karena sejak kecil kehilangan kemampuan berbicara, meski kini Jingxin sudah bisa bicara, tetap saja kebiasaan diamnya masih melekat.
Jingxin yang tidak mahir bersosialisasi hampir tak pernah mengajukan permintaan khusus kepada Gao Leihua.
"Pikiran Jingyin memang benar, Jingxin tidak pernah mengajukan sedikit pun permintaan kepada Gao Leihua. Mungkin, ada kemungkinan lain bahwa bukan Jingxin tidak ingin mengajukan permintaan, melainkan Jingxin sama sekali tidak perlu mengajukannya."
"Sudahlah, aku juga malas terus berdebat denganmu." Jingyin pasrah: "Meskipun kau selalu memikirkan Gao Leihua si nak itu, setidaknya jaga baik-baik kondisi tubuhmu sendiri. Jika tidak, jika ada sesuatu yang terjadi padamu, Leihua pasti akan hampir gila. Cukup, makanlah dulu." Jingyin menyerahkan semangkuk bubur tawar kepada Jingxin.
"Hm!" Jingxin mengangguk, meraih tangan menerima bubur itu.
Namun, setelah menerima mangkuk bubur itu, Jingxin tidak segera menyantapnya. Ia dengan lembut memegang mangkuk itu, alisnya berkerut tipis.
"Ada apa?" Jingyin memandangi putrinya dengan bingung.
"Hmm." Mata Jingxin perlahan terpejam.
Tak ada yang menyangka, hari ini Langit kembali melemparkan satu porsi kejutan tak terduga yang tidak dikenakan biaya tambahan kepada Lao Gao.
"Wu..." Alis Jingxin mengerutkan keningnya, terdengar suara lengkingan halus dari mulutnya.
Hati "Jingyin" si Ibu Laut tiba-tiba terasa seperti tersangkut di tenggorokan...
……
Di sisi lain.
Di sebuah sudut taman belakang.
Di bawah pantat Lao Gao terdapat sebuah benda oval putih bersih sebesar kepalan tangan — sebuah telur. Tentu saja ini bukan telur sungguhan, melainkan sebutir batu berbentuk oval. Saat ini Lao Gao sedang berjongkok dengan posisi seperti sedang mengerami telur itu.
Seandainya para kuat di dunia ini tahu bahwa Lao Gao yang berlevel Raja Dewa sedang berjongkok seperti induk ayam di atas sebutir telur, perkiraan puing kacamata yang bertebaran di daratan cukup untuk membentuk jalan raya yang menembus sepenuhnya benua!
Poseidon Yue Zhentian duduk di samping Gao Leihua sambil menyeruput teh dengan puas, sesekali mengobrol dengannya.
"Gao Leihua, konon kau sudah kembali sejak tadi malam?"
Poseidon Yue Zhentian menyeruput tehnya dengan nikmat, lalu bertanya.
"Ya."
Gao Leihua lemas tak bertenaga menjawab.
"Wuih, kau beruntung. Untung kau kembali tadi malam. Kalau sampai pagi ini belum muncul, hehe!" Poseidon Yue Zhentian tersenyum licik: "Si emakmu kemarin bilang, kalau belum kembali sebelum subuh, kau bisa menunggu mati saja!"
"Menunggu mati?" Lao Gao mengelap keringat. Pantas saja kemarin kakak ipar Yuehuatian bilang, kalau sampai besok pagi belum tiba, kabar baik akan disertai kabar buruk. Ternyata ancaman dari mertua perempuan itu...
Waktu berlalu detik demi detik...
"Ayah, benda ini keras sekali. Menahan beratnya sungguh menyiksa."
Lao Gao berkata.
"Bagus! Gao Leihua, kau punya bakat mengerami telur! Lihat posturmu yang sempurna ini! Sayangnya," Poseidon Yue Zhentian menggeleng: "Kau tak punya ekor putri duyung. Entah nanti bisa mengerami atau tidak!"
“Ayah. Mungkinkah aku harus berjongkok di atas telur ini untuk mengeraminya?” Gao Leihua bertanya dengan suara lemah: “Tidak bisakah dierami dengan cara dipeluk?”
“……” Poseidon · Yue Zhentian menengadahkan kepala, kemudian sang Raja Lautan seperti "Patung Pensive" yang menggunakan satu kepalan tangan menopang dagunya, merenung cukup lama.
“Aku juga tidak tahu apakah cara memeluk bisa berhasil.” Setelah lama, Poseidon · Yue Zhentian akhirnya mengangkat kepala: “Karena di suku ikan manusia kami tidak ada yang pernah mencoba mengerami dengan cara dipeluk.”
“……” Jawaban Raja Lautan itu membuat Gao Leihua hanya bisa berjongkok di pojok sambil terus menggambar lingkaran.
Sejujurnya, pengetahuan Lao Gao tentang penetasan telur jauh lebih banyak dibanding Poseidon · Yue Zhentian.
Ambil contoh telur ayam di Bumi. Lao Gao tahu bahwa suhu adalah syarat terpenting dalam penetasan telur. Hanya dengan menjamin suhu ideal yang diperlukan untuk perkembangan normal embrio, barulah bisa diperoleh tingkat penetasan tinggi dan anak ayam berkualitas. Rentang suhu cocok untuk perkembangan embrio dan suhu penetasan optimal adalah 35~40.5℃ (95~105F), di mana beberapa jenis telur masih bisa menetas. Suhu penetasan paling optimal adalah 37.8℃ atau 10F.
Jika menggunakan pengetahuan Bumi, asalkan suhunya cukup, telur ini pasti bisa menetas.
Jika ini hanya sebutir telur ayam biasa, Gao Leihua mungkin bisa menguji apakah di dunia ini cukup dengan suhu yang memadai untuk menetas.
Tapi sekarang, Gao Leihua sama sekali tidak bisa dan tidak berani mencoba.
Saat ini, bagi Gao Leihua, segala hal di benua bisa dicoba, kecuali urusan yang satu ini!
Tidak takut 10.000 kemungkinan, tapi khawatir akan satu risiko. Bagaimanapun juga, benda itu bukan telur ayam, melainkan "telur keturunan" Gao Leihua!!
“Sudahlah, lebih baik aku belajar berjongkok mengerami saja.” Gao Leihua tersenyum licik, berkata.
Hanya saja, Lao Gao sendiri tidak menyangka bahwa hal yang baru dipelajarinya ini, tak sampai beberapa saat kemudian sudah harus memasuki masa praktik.
Belajar lalu mempraktikkannya, bukankah itu menyenangkan...
……
Yue Rui bersenandung kecil sambil berjalan santai di jalanan ibukota. Karena Gao Leihua ditarik Poseidon Yue Zhentian untuk belajar mengerami telur, maka tugas belanja hari ini diserahkan pada Yue Rui. Yue Rui pun tak banyak bicara, selama beberapa hari ketidakhadiran Gao Leihua di rumah, segala urusan rumah tangga ditangani bersama Jingxin.
Di bahu Yue Rui, Slime Emas Qiuqiu yang mengantuk itu tertidur lemas dalam posisi berjongkok. Qiuqiu terus merasa frustrasi, tadi saat tidurnya paling nyenyak, dengan terpaksa ditarik turun dari bahu Lao Gao oleh Raja Lautan, lalu si malang ini sementara diadopsi oleh Yue Rui.
Kecuali Bola-Bola, di belakang Yue Rui juga ada seekor Unicorn dengan empat kaki mengambang di udara.
Dewa Peri cukup dermawan pada murid satu-satunya Yue Rui, Unicorn pemakan daging dan Set Perlengkapan Dewa Peri semuanya diserahkan padanya.
"Ikan Babil Tanpa Sisik, Kaki Belakang Pig Biru, dan Sawi Mustard." Yue Rui memegang menu di tangannya. Ini semua adalah daftar hidangan yang ditinggalkan Gao Leihua saat memasak dulu.
Mengingat kedatangan Lao Gao pertama kali di rumah ini, telinga runcing Yue Rui bergerak halus sementara senyum tipis mengembang di sudut bibirnya.
Kecantikan para peri adalah jenis keindahan yang melampaui duniawi.
Keelokan Suku Spiritual selalu mampu menarik keserakahan manusia.
Namun di wilayah seluas satu hektar tiga inci ibukota ini, saat ini sama sekali tak ada yang berani mencurigai Yue Rui dengan pikiran licik.
Semua orang tahu, gadis peri kecil ini sendiri bukanlah orang yang bisa diganggu. Lagipula, pendukungnya terlalu kuat. Kecuali kau sudah tak sabar ingin mati, jangan coba-coba mengincarnya!
Saat Yue Rui membeli bahan-bahan sesuai menu seperti biasa, tiba-tiba Unicorn di belakangnya mengeluarkan lengkingan nyaring.
Unicorn itu mengangkat tinggi kaki depannya sambil terus melengking. Yue Rui yang bingung berhenti melangkah dan menatapnya.
Unicorn adalah makhluk yang sangat istimewa. Mereka termasyhur karena kesuciannya di seluruh benua. Justru karena kemurnian inilah mereka menjadi sangat sensitif terhadap hal-hal tertentu. Terutama Unicorn di belakang Yue Rui ini yang telah melampaui level monster super, kini berada dalam kelas "Makhluk Suci"!
Mata Unicorn itu menatap tajam ke arah depan Yue Rui. Di sana berdiri tiga manusia.
Yang menjadi pemimpin adalah seorang pria tampan berambut emas bermuka baby. Di mata Yue Rui, siluet ini hanyalah manusia biasa berambut emas.
Tapi di mata unicorn yang bisa melihat semua ilusi, jelas terlihat bahwa ini sama sekali bukan manusia! Dalam pandangan makhluk suci itu, yang berdiri di hadapannya adalah siluet raksasa setinggi bukit dengan bulu emas mengkilap, kaki sebesar gajah raksasa, kepala seperti beruang raksasa, dan tubuh bersisik layaknya naga. Ini adalah——Golden Bimeng!!
Di belakang pria berambut emas itu berdiri seorang pria buruk rupa dengan delapan benjolan di kepala. Ada juga pria bertubuh ramping seperti tongkat.
Sedangkan bagi mata unicorn, mereka jelas-jelas seekor burung raksasa sembilan kepala dan sub-naga——naga kadal!
Menghadapi tiga monster legendaris yang jelas lebih kuat dari dirinya, Unicorn mengeluarkan desisan gelisah. Meskipun Unicorn adalah Makhluk Suci, ketiga monster di hadapannya ini adalah para dewa yang telah mencapai tingkat kesempurnaan, selisih satu tingkat dalam hierarki.
"Wah, ini Unicorn." Seolah mendengar desisan Unicorn, pria tampan bermuka baby berambut emas itu menoleh ke arahnya.
"Putra Tuan, tanggal 8 Agustus semakin dekat. Kami tidak punya waktu lagi. Kita harus segera tiba di Kekaisaran Manusia-Binatang. Lebih baik abaikan mereka." Pria buruk rupa dengan delapan gundukan di kepala itu berbisik pada Golden Bimeng sambil merenung.
"Hehe." Senyum tipis mengembang di sudut bibir Golden Bimeng: "Pergi? Mengapa harus pergi? Aku masih ingin bersenang-senang!" Saat berkata demikian, sorot matanya beralih dari Unicorn ke tubuh Yue Rui.
Kedua mata Golden Bimeng berbinar-binar.
Saat ini Golden Bimeng hanya perlu menorehkan kata "Aku playboy, aku binatang buas" di dahinya untuk melengkapi citra itu!
"Tak disangka, di negara manusia masih bisa melihat peri yang anggun seperti ini." Golden Bimeng menjilat sudut bibirnya.
"Mau main-main?" Naga Kalajengking yang kurus seperti tongkat itu mendekat selangkah, berbicara dengan suara dingin kepada Golden Bimeng.
Begitu kata Naga Kalajengking selesai, Zzzz! Suara tajam mengiris udara.
Sebuah anak panah hijau melewati pipinya, menancap di hamparan rumput di belakang Naga Kalajengking.
Darah ungu mengalir keluar dari luka di wajah Naga Kalajengking, meluncur perlahan.
Naga Kalajengking menatap ke arah anak panah, dan melihat Yue Rui yang manis sedang asyik memainkan busur silang majemuk berbentuk salib di tangannya.
Inilah salah satu perlengkapan dewa peri - Busur Dewa Peri.
Ayah yang hebat pasti memiliki anak yang tangguh, Yue Rui pun tak terkecuali...
