Sebagian besar ikan di dunia akan berenang menempuh perjalanan terpanjang seumur hidup mereka saat musim berkembang biak, lalu bertelur di tempat yang cocok untuk generasi berikutnya. Bagi ikan, suhu air, iklim, aliran air dan faktor lain di lokasi pemijahan merupakan syarat penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup keturunan mereka. Oleh karena itu, menemukan tempat berkembang biak yang sesuai menjadi bagian sangat penting dalam siklus hidup ikan.
Suku putri duyung tidak terkecuali dalam hal ini. Tidak semua lokasi di daratan cocok untuk reproduksi mereka. Seleksi tempat pemijahan oleh suku ikan manusia ini sangat ketat. Demi sang cucu yang akan segera lahir, Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon memimpin seluruh keluarga Gao Leihua melakukan migrasi besar-besaran yang krusial bagi klan mereka. Anak dalam kandungan Jing Xin segera lahir, waktu tidak boleh ditunda sedetik pun!
Semula saat kemarin, Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon sudah mengira dirinya harus terpaksa sendiri bertindak untuk menetaskan cucunya yang akan segera lahir. Syukurlah, akhirnya Gao Leihua berhasil kembali tepat waktu.
Begitu Gao Leihua tiba, Raja Lautan langsung tanpa basa-basi menarik seluruh keluarga Gao Leihua dan bergegas menuju lokasi penetasan suku ikan manusia.
Tujuan mereka adalah salah satu tempat berkembang biak paling ideal bagi suku putri duyung——Laut Karang!
Luas total Laut Karang mencapai 4,791 juta kilometer persegi. Dengan metode pengukuran Bumi milik Gao Leihua, wilayah ini setara dengan setengah luas daratan Tiongkok.
Area sebesar ini ternyata cuma tempat reproduksi suku ikan manusia belaka. Harus diakui betapa dahsyatnya pengaruh suku ini di dasar laut.
Topografi dasar laut di Laut Karang secara umum menurun dari barat ke timur dengan kedalaman rata-rata 2.394 meter. Sebagian besar area memiliki kedalaman 3.000-4.000 meter, sedangkan titik terdalamnya mencapai 9.174 meter, menjadikannya laut terdalam di dunia. Suhu airnya juga tergolong tinggi, tetap di atas 20°C sepanjang tahun, bahkan pada bulan terpanas bisa melampaui 28°C. Hampir tidak ada sungai yang bermuara di sekitar Laut Karang, membuat tingkat polusi air lautnya sangat rendah. Bahkan bisa dikatakan, tempat ini memiliki kualitas air terbersih di dunia.
Air laut di sini jernih dan transparan dengan pencahayaan bawah air yang memadai, memungkinkan berbagai jenis polip karang bertahan hidup. Karenanya, di seluruh penjuru Laut Karang terdapat koloni polip karang yang berkembang biak secara masif. Lambat laun, mereka membentuk terumbu karang dengan beragam bentuk unik. Saat air surut, terumbu-terumbu ini akan muncul ke permukaan, menciptakan pemandangan memesona khas wilayah tropis yang tak ditemukan di tempat lain. Nama "Laut Karang" sendiri berasal dari fenomena alam yang luar biasa ini.
Saat ini, seluruh keluarga Gao Leihua duduk di atas tubuh Naga Perak "Xiao Yin", terbang menuju dermaga Kekaisaran Cahaya.
Awalnya Gao Leihua berencana meminta Bola-Bola membantu, namun karena kecepatan terbang Bola-Bola terlalu tinggi, dia khawatir Jingxin akan merasa tidak nyaman.
Oleh karena itu, Naga Perak dengan sukarela mengambil alih tugas membawa seluruh keluarga ke lautan.
Sisik perak di tubuh Naga Perak merupakan pertahanan terkuat saat melawan musuh, namun dalam kondisi normal, sisik-sisik ini memiliki kelembutan yang tak terbayangkan oleh orang biasa.
Hal ini membuat rasa simpati Gao Leihua terhadap Naga Perak terus melonjak drastis.
Kini, Jingxin bersandar lembut di bagian leher Naga Perak. Ini merupakan area terlembut pada tubuh sang naga.
"Huu." Jingxin menghela nafas perlahan. Sepasang kaki jenjangnya telah berubah menjadi ekor ikan berwarna biru laut.
Sisik-sisik di ekor ikan itu sedikit terbuka, tetesan air kristalin terus berguling jatuh dari ekor biru indahnya.
"Huu, huu." Jingxin terengah-engah ringan, alisnya berkerut rapat.
"Ada apa?" Mendengar napas Jingxin yang terengah, Gao Leihua segera mengalihkan pandangannya dari ekor ikan Jingxin, menatap wajah mungilnya yang mengerut. "Ada apa? Jingxin, sakit?" tanyanya penuh perhatian.
Jingxin mengangguk pelan. Sejak kecil, dia belum pernah merasakan sakit terkoyak seperti ini. Tak pernah terbayangkan, melahirkan anak bisa sesakit ini.
Melihat wajah Jingxin yang mengerut kesakitan, hati Gao Leihua juga ikut terasa terpelintir.
"Sakit sekali."
Jingxin mengambil napas dalam sebelum akhirnya bisa bicara. Tapi ucapannya hampir seperti dikeluarkan lewat gigitan gigi karena menahan sakit.
"Santai, santai." Gao Leihua tiba-tiba sibuk kalang kabut. Meski pengetahuannya luas, namun semua teori itu sama sekali tak berguna di saat genting. Pengetahuan tanpa praktik mudah berubah menjadi omong kosong belaka.
Pada saat ini, Gao Leihua hanya bisa menggenggam erat tangan Jingxin.
"Jingxin, setelah melahirkan yang ini, kami tidak akan pernah melahirkan anak kedua lagi." Gao Leihua berkata dengan perih, tangannya meraih ke arah perut kecil Jingxin yang menonjol, tetapi tidak berani menyentuhnya.
Perut kecil Jingxin jauh lebih membulat dibandingkan beberapa hari lalu, karena kehamilan pertamanya ini membuat perut yang awalnya rata kini menonjol membentuk lingkaran sempurna dengan meridian halus terlihat jelas di permukaan.
Hal ini membuat Lao Gao merasa sangat menyedihkan.
Dalam hati, Lao Gao bertanya-tanya apakah perut kecil itu bisa kembali halus seperti semula setelah persalinan.
"Ayah, air." Dari belakang, Xiao Jin Sha'er berlari kecil sambil membawa semangkuk air jernih.
Untuk mempertahankan ekor suku ikan manusia, Jingxin harus mengonsumsi kandungan air dalam jumlah besar.
Gao Leihua mengambil mangkuk air itu, lalu dengan lembut mengelus kepala Jingxin.
Jingxin menggelengkan kepala perlahan. Rasa sakit terkoyak yang menusuk membuatnya hanya bisa menggigit gigi kuat-kuat. Dalam kondisi seperti ini, dia sama sekali tidak bisa minum air.
Apa yang harus kami lakukan? Apa yang harus kami lakukan? Di atas punggung Naga Perak, Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon memandang putrinya dengan panik. Dari ekspresi saat ini, sang bayi sudah sangat tidak sabar untuk segera lahir. Sang Raja Lautan semula mengira masa kehamilan Jingxin tidak akan secepat ini, namun jelas dia tidak menyangka bahwa perpaduan antara manusia dan putri duyung bisa menimbulkan segala kemungkinan tak terduga. Masa persalinan Jingxin ternyata dipercepat sebulan lebih awal dari perkiraan Yue Zhentian·Poseidon.
Dan semuanya terjadi secara tiba-tiba.
Sementara Jingyin sang ibu mertua menyipitkan matanya, mengamati Gao Leihua dengan senyum mengembang. Dia lebih suka melihat Leihua dalam keadaan bingung tak karuan, karena semakin kikuk sang pria, semakin jelas posisi Jingxin di hati Leihua.
Jingyin tidak banyak bicara, dia hanya duduk di samping sambil tersenyum memperhatikan Gao Leihua, melihat bagaimana caranya menyelesaikan masalah Jingxin minum air.
"Terpaksa begini caranya." Gao Leihua mengambil cangkir air, saat ini tak bisa memikirkan banyak hal. Ia mengangkat cangkir, memasukkan sedikit air ke mulutnya, lalu menggendong Jingxin dan mencium bibir merahnya yang sangat menggoda.
Seketika, aliran aura energi yang sejuk mengalir dari mulut Gao Leihua menuju Jingxin.
Energi sejuk itu menyentuh bibir Jingxin, seketika perasaan nyaman yang tak terungkap menyebar ke seluruh tubuhnya, bahkan rasa sakit berdenyut-denyut di perut bagian bawah pun berkurang.
Di bawah pengaruh aliran qi yang sejuk ini, bibir Jingxin terbuka perlahan, menelan air jernih yang dialirkan dari mulut Gao Leihua.
Melihat metode ini efektif, Gao Leihua sangat gembira. Ia segera membagi sebagian kecil kekuatan mengerikannya untuk dialirkan ke Jingxin.
Kekuatan dewa yang ditransfer ke Jingxin seharusnya tetap beredar dalam tubuhnya. Namun saat melewati perut bawah Jingxin, tiba-tiba muncul gaya tarik misterius dari area tersebut. Sehelai kekuatan dewa yang dipisahkan Gao Leihua ini seolah ditarik oleh sesuatu, kemudian benar-benar lepas kendali dan menghilang di area perut Jingxin.
"Gah?!" Gao Leihua tertegun, lalu segera menghentikan transfer kekuatan dewa ke Jingxin. Bagaimanapun juga, Lao Gao tidak akan membiarkan Jingxin mengambil risiko.
"Mmm~~~" Saat Gao Leihua menghentikan transfer, suara protes bernada sangat kesal langsung bergema dalam benaknya.
Gao Leihua siaga penuh, memalingkan kepala dan mengamati sekeliling dengan waspada.
"Ada apa?" Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon yang melihat Gao Leihua tiba-tiba menengok ke segala arah bertanya heran.
"Tidak, tidak ada apa-apa." Gao Leihua mengangkat bahu, akhirnya memusatkan pandangannya pada perut Jingxin dengan ekspresi penuh pertimbangan. Posisi perut, mungkinkah ini berkaitan dengan anak mereka yang belum lahir? Lao Gao bergumam dalam hati.
"Kakak Gao Leihua, kita sudah sampai di pesisir."
Kecepatan terbang Long (Naga) Perak tidak sehebat Bola-Bola, namun sebagai makhluk naga raksasa, kecepatan terbangnya tetap cukup cepat.
Saat Gao Leihua terpaku menatap perut Jingxin, suara gadis merdu milik Yin terdengar. Yin telah mengangkut seluruh keluarga Gao Leihua sampai ke dermaga Kekaisaran Cahaya.
"Di bawah ini, itu kapal saya."
Yuehua Tian yang selama ini diam di samping, mengarahkan jarinya ke daratan dan berkata pada Gao Leihua.
“Gao Leihua menunduk memandang, segera menemukan kapal yang tak kalah mewah dibandingkan kapal penumpang mewah di Bumi. Kapal ini sangat familiar baginya. Dulu, saat pertama kali datang ke dunia ini, kapal inilah yang membawanya meninggalkan pulau terpencil itu dan memulai kehidupan indah bersama keluarga Jingxin.”
“Waktu mepet, Yin, kita langsung mendarat.” Gao Leihua berkata pada Yin.
“Baik.” Yin mengangguk, tak lagi memikirkan reaksi orang biasa. Sesuai perintah Gao Leihua, Naga Perak langsung terjun dari udara menuju kapal raksasa itu.
Naga, bagi orang biasa di benua ini, tetaplah makhluk yang tak terjangkau.
Hari ini, orang-orang di dermaga Kekaisaran Cahaya menyaksikan langsung legenda hidup: Naga Perak yang langka bagai panda raksasa.
Setelah Naga Perak mendarat di kapal raksasa, cahaya perak berkilauan menyala dari dek kapal.
Cahaya perak yang menyilaukan membuat semua orang mengalami insomnia sementara.
Ketika orang-orang kembali membuka mata lebar-lebar, di mana lagi siluet samar Long Perak di hadapan mereka?
Hanya tersisa bayangan jauh kapal raksasa itu, serta suara seruling yang arogan dari kapal yang sedang berlayar...
"Hua Tian, kau perintahkan pasukanmu untuk maju dengan cara tercepat dan paling stabil! Bergegaslah mencapai tujuan." Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon bersabda: "Adikmu sebentar lagi melahirkan."
"Tenang, Ayah. Aku sudah mengaturkan semuanya sejak lama." Yuehua Tian tersenyum, terhadap adik perempuannya ini, dirinya tidak akan kalah dari sang ayah.
"Bagus." Kata Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon. Sebenarnya mereka bisa menggunakan Long Perak untuk langsung sampai ke tujuan, namun sang Raja Lautan khawatir angin kencang di punggung naga akan membuat tubuh Jingxin kedinginan. Akhirnya, dipilihlah transportasi kapal.
……
Laut Karang, militer suku laut yang bertugas di tempat ini telah menerima kabar bahwa Putri Jingxin akan melahirkan di sini.
Seluruh wilayah karang laut sangat sunyi, kecuali para pria dari suku ikan manusia yang sedang menetaskan anak-anak mereka di dalam. Semua orang lainnya berdiri di tepi karang laut, menanti dengan tenang kedatangan sang Raja Suku Laut.
Selain itu, semua anggota suku laut juga ingin melihat seperti apa pria yang berhasil membuat Putri Dingin legendaris Jingxin jatuh cinta.
Di mata suku laut, Gao Leihua telah menjadi pria legendaris. Guru dari Raja Kegelapan Berdarah yang legendaris, gelar ini saja telah menyelimuti Gao Leihua dengan aura misterius yang bertumpuk-tumpuk.
Di tengah harapan suku laut, Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon bersama seluruh keluarga Gao Leihua sedang bergegas menuju karang laut.
"Di mana pendeta yang bertugas membantu persalinan?" teriak Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon sebelum rombongannya tiba.
Dengan cepat, delapan wanita suku laut berbaju jubah ritual putih berenang keluar dari kerumunan.
Di belakang Raja Lautan Yue Zhentian·Poseidon, seekor "kuda laut" khas suku laut menggendong Jingxin berenang mendekat.
Delapan pendeta berjubah putih tak berani menyepelekan, dengan cepat melangkah maju dan menarik "kuda laut" menuju ruang bersalin yang telah diaturkan.
Di mata Gao Leihua terpancar kecemasan, dari dasar hatinya ingin mengikuti, namun takut mengganggu proses persalinan.
"Masih belum masuk?!" Jingyin sang mertua yang paham hati manusia, menepuk-nepuk bahu Gao Leihua dengan lembut.
"Ya, aku paham." Gao Leihua mengangguk lesu, lalu berlari cepat ke ruang bersalin. Meski sebenarnya tak pantas baginya berada di sana - persalinan bukan mainan. Biasanya suami tak tega melihat istri menderita, sehingga sering bertindak gegabah dan mengganggu proses.
Karena itu, umumnya para suami diaturkan untuk duduk menunggu di depan pintu.
Hanya, jika tidak membiarkan Gao Leihua menemani Jingxin, hanya Tuhan yang tahu apa yang akan dilakukan Gao Leihua.
……
Di Kekaisaran Manusia-Binatang Bimon, tak terhitung penguasa kuat dari berbagai suku bergegas menuju ke sana dari segala penjuru.
Ini adalah lokasi penyelenggaraan "Pertemuan Sihir dan Bela Diri" tiga tahunan. Hari yang paling dirindukan oleh semua praktisi. Sejak dibangun hingga saat ini, Kota Rhein belum pernah semeriah hari ini.
Saat ini, di Hutan 10.000 Hewan yang berjarak sekitar kilometer dari Kota Rhein.
Dua regu pasukan saling berhadapan. Kedua belah pihak saling menatap tajam, aroma mesiu yang pekat mulai terbentuk di antara mereka.
Hutan 10.000 Hewan, menurut legenda merupakan sumber mata air peradaban Bimon. Sebagai yang terkuat di antara Bimon, Kota Suku Singa Rhein berdiri di tepi hutan ini.
Kedua pasukan itu bukan lain adalah kelompok "monster legendaris" dan "Iblis" yang mencari Menara Babel.
Regu dengan seluruh personel bertubuh raksasa itu adalah pasukan monster legendaris.
Di tengah kawanan monster, Komandan Besar berambut merah berdiri dengan tangan di belakang punggung di belakang barisan monster.
Mata sang Komandan Besar memperhatikan sebidang lahan kosong seratus yard di hadapannya, di sana samar-samar terlihat sesuatu yang merepresentasikan kekuatan paling mutlak di dunia ini - kekuatan mengerikan penciptaan dunia!
Tak diragukan lagi, di sanalah target para monster - Menara Babel akan muncul!
Di seberang kawanan monster, An membawa Sembilan Neraka beserta sekelompok anak buahnya, membentuk situasi tegang yang saling berhadapan dengan para monster.
Komandan Besar berambut merah dan An saling memandang.
Kedua belah pihak diam dalam kebekuan taktis, saling menahan gerakan. Tak satu pun mau memulai serangan pertama. Dalam kondisi kekuatan yang seimbang, pihak yang lebih dulu bertindak dan mengalami sedikit kerusakan akan berubah dari setara menjadi lemah. Keduanya tahu: siapa yang berada di posisi lemah, lawannya takkan menunjukkan belas kasihan.
Tangan Komandan Besar berambut merah meraih pelan dalam lipatan jubahnya. Sebuah batu bata abu-abu kehitaman yang tampak biasa muncul di genggamannya.
Senyum licik terlihat di sudut bibir komandan besar yang tersembunyi di balik jubahnya. Kunci berada di tangannya, bahkan jika faksi "Iblis" di seberang berhasil masuk nanti, apa yang bisa mereka lakukan?
Dalam hati komandan besar, terlintas sebuah kalimat yang sangat populer di kalangan rakyat jelata: "Batu bata di tangan, dunia ini akan menjadi milikku!"
Sebuah batu bata biasa, ternyata menguasai pintu masuk Menara Babel!
Tapi, kebetulan yang menarik, bukankah "Kegelapan" di seberang juga berpikiran sama?
Di belakang Kegelapan, sembilan jari menyentuh lembut sebuah "cincin ruang" yang sangat berharga. Di dalamnya, tergeletak sendirian sebuah batu bata abu-abu kehitaman yang tampak biasa.
Kilau dingin berkedip-kedip di mata Kegelapan.
Tanggal delapan Agustus, Menara Babel muncul! Siapa yang menguasainya, dialah penguasa dunia!
Karena alasan tidak bisa menggunakan kekuatan mengerikan di dalam Menara Babel, kedua belah pihak secara serempak memilih anak buah dengan fisik kuat.
Dalam hal ini, monster-monster komandan besar memiliki keunggulan yang jelas.
Di belakang komandan besar berdapat seekor binatang raksasa setinggi gunung kecil.
Siluet sebesar gunung ini memiliki bulu emas, kaki sebesar gajah raksasa, kepala seperti beruang besar, serta tubuh bersisik layaknya naga. Kebanggaan Kekaisaran Bimon - Golden Bimeng! Dengan tenaga yang melampaui naga, dalam hal kemampuan serangan fisik murni, siapa yang berani menghadapi tajamnya Golden Bimeng?!
Terlebih lagi, siluet seperti ini bukan hanya satu.
Sungguh mengejutkan, jumlah siluet seperti ini mencapai enam ekor.
Enam Golden Bimeng - bahkan di masa kejayaan Kekaisaran Bimon hanya ada lima. Dengan lima Golden Bimeng saja di bawah pimpinan Kaisar Binatang Singa Titan, mereka telah menghancurleburkan seluruh benua. Tak ada yang sanggup menahan serangannya.
Cakar tajam Golden Bimeng mampu menyobek sisik naga yang terbang di angkasa. Daya lompat mereka sungguh luar biasa.
Naga yang terbang rendah sangat mungkin dibelah perutnya oleh Golden Bimeng yang tiba-tiba melesat. Ini bukan hal baru, dalam sejarah sudah terjadi beberapa kali hal seperti ini.
Selain Golden Bimeng, masih ada tak terhitung monster-monster berotot meledaknya. Sekilas melihat otot-otot eksplosif mereka saja sudah membuat orang merinding.
Di seberang para monster, An dan anak buahnya juga tak kalah mengerikan.
Meski tak memiliki otot eksplosif yang mencolok seperti para monster, pasukan di belakang An terdiri dari figur-figur luar biasa. Tanpa terkecuali, semua pria setinggi dua meter berdiri di belakangnya.
Mata mereka berkilau seperti pedang es yang telah terasah di medan perang - pria-pria berdarah besi yang berpengalaman tempur.
Sorot mata mereka setajam pisau tentara, tubuh mereka memancarkan aura yang mencekam. Meski belum bergerak, aura pembunuh yang menyergap itu membuat suhu seluruh langit turun beberapa derajat...
8 Agustus, Menara Babel muncul!
Menara Babel, juga disebut "Menara Tong Tian". Kabarnya, puncak Menara Babel mampu menembus langit!
Setelah memasuki Menara Babel, masih dibutuhkan bagian terpenting——kunci Menara Babel!
Iblis dan monster legendaris, kedua belah pihak mengira merekalah yang menguasai bagian paling krusial dari Menara Babel.
Namun tak ada yang menyangka, kunci Menara Babel ini dari awal hingga akhir hanyalah lelucon seseorang kepada semua orang.
Ini tidak lain hanyalah lelucon Gao Leihua kepada semua yang mengincar Menara Babel...
