"Bagaimana bisa begini, bagaimana bisa hancur, bagaimana bisa bohong?!"
Tangan "An" gemetar karena marah! Mata "An" menatap erat batu bata pecah di lubang.
Kedua kunci itu palsu, keduanya bohong!
Perasaan tidak menentu membuat "An" hampir gila.
Dengan susah payah mendapatkan batu bata. Tapi lalu melihat komandan besar monster legendaris juga mengeluarkan batu bata serupa……
Dengan susah payah, batu bata komandan besar monster legendaris berubah menjadi puing; tapi tak lama kemudian, batu bata di tangan kami sendiri juga mengikuti jejak kehancuran mereka……
Kehilangan lalu mendapatkannya kembali, mendapat lalu kehilangan lagi, meski "An" sudah semakin tua semakin bijak, tak bisa menenangkan riak di hatinya.
"Oh hehe~~he~~"
Setelah melihat batu bata Setan "Dark" hancur, Komandan Besar Monster Legendaris tertawa dengan nada sarkastik panjang: "Oh~hehe~~, Yang Mulia Setan kesayanganku, tadinya kupikir Anda begitu hebat. Ternyata Anda cuma segini! Bahkan tak menyadari batu bata di tangan telah berubah jadi barang palsu."
"Hmph!"
Dark memandang dingin ke arah komandan monster, mendengus dingin.
Dengan suara "whoosh", tubuhnya melesat turun dari pintu besar dan seketika berdiri di hadapan Sembilan Netherworlds.
"Dark, bagaimana mungkin kunci ini palsu? Aku sendiri yang merebutnya dari tangan para monster ini!" Sepasang mata Sembilan Netherworlds membuka lebar-lebar: "Kecuali kunci yang kurebut itu memang sudah palsu sejak awal, mustahil ada kemungkinan lain!"
“Hehe~~ Ternyata, yang mencuri kunci kami adalah Yang Mulia.” Di sisi lain, komandan besar monster legendaris memandang Huan You dengan tatapan penuh makna. Kemudian, dia berkata: “Namun, aku harus memberitahumu, kunci itu tak mungkin palsu. Percaya atau tidak, terserah padamu.”
Mendengar perkataan komandan besar monster legendaris, "An" menundukkan kepala dan merenung beberapa saat.
Setelah waktu yang lama, dia mengangkat kepala, seolah teringat sesuatu.
“Rupanya, perseteruan antara dua pihak kami justru menguntungkan pihak ketiga.” An tersenyum getir: “Belalang Memangsa Capung, burung gereja yang menyambar di belakangnya. Semua keuntungan akhirnya jatuh ke tangan si burung gereja di belakang itu.”
"An" adalah makhluk yang telah hidup ribuan tahun. Setelah berpikir dingin sejenak, An langsung teringat satu sosok yang paling mungkin mengambil kunci saat itu.
Calon Dewa Petir muda yang baru, Gao Leihua!!
Pria berambut putih yang anggun itu.
Pada hari Jiu You merebut kunci, setelah mendapatkan kunci, orang pertama yang bersentuhan dengan Jiu You yang pingsan bukanlah monster-monster yang mengejarnya, bukan pula dirinya sendiri! Melainkan Gao Leihua si berambut putih itu!
"Dari ekspresi Yang Mulia Setan, apakah Yang Mulia tahu di tangan siapa kunci itu berada?" Komandan Besar Monster Legendaris berhenti sejenak, melanjutkan: "Kalau begitu, Yang Mulia Setan, Anda tentu tahu waktu kami tidak banyak lagi. Menara Babel hanya terbuka selama tujuh hari! Kami harus menemukan kunci Menara Babel dalam tujuh hari ini. Sekarang, sebagai pemilik asli kunci Menara Babel, saya rasa Yang Mulia Setan juga perlu memberitahu siapa yang mengambil keuntungan dari perseterusan orang lain itu."
"Ah~~" An menghela nafas panjang. "Kuberi tahu pun, belum tentu kau kenal. Soalnya, pria itu baru muncul di dunia kami belum sampai setahun."
"Tidak ada salahnya Yang Mulia Setan mencoba menjelaskan. Setelah dijelaskan, barulah saya tahu apakah mengenal atau tidak, bukan begitu?"
Komandan Besar Monster Legendaris tersenyum memandang Setan.
“Aku sudah merenung lama, yang menukar kunci pasti Gao Leihua! Saat itu hanya dia yang punya kesempatan.” Senyum getir muncul di wajah An, melanjutkan: “Hanya dengan dua batu bata biasa, dia berhasil menipu seluruh dunia.”
“Gao Leihua?!”
Mendengar nama ini, dada Komandan Besar Monster berdesir, sedikit bego, tapi dia segera menguasai kembali ikatan emosinya.
“Kenapa? Mungkinkah Komandan Besar juga mengenal Gao Leihua?”
An memang jelmaan orang tua yang bijak, perubahan ekspresi sesaat sang komandan berhasil ditangkapnya.
“Pernah bertemu sekilas.”
Komandan Besar Monster tertawa pendek menutupi kekikukannya. Dia benar-benar tak menyangka kunci akhirnya jatuh ke tangan Gao Leihua.
Sebenarnya dia tahu Gao Leihua bukan karakter yang boleh diusik. Makanya dalam urusan Menara Babel ini, dia sama sekali tak ingin menyangkutkan Gao Leihua.
Justru karena itu, dia menggunakan seribu satu cara agar para monster tidak mencari masalah dengan Gao Leihua. Tapi hasilnya? Beberapa monster terkutuk di bawah ini justru berulang kali memprovokasi pria berkarakter ekstrem ini. Akhirnya, tanpa kejutan, nyawa monster-monster ini berakhir di tangan Gao Leihua.
Yang lebih tak terduga bagi komandan besar, bahkan kunci Menara Babel pun jatuh ke tangan Gao Leihua.
Mungkinkah Gao Leihua akhirnya akan turut campur dalam urusan Menara Babel ini? Komandan besar bertanya-tanya dalam hati.
"Lalu, Yang Mulia Setan, menurutmu apakah dia akan datang ke Menara Babel?"
Komandan besar monster bertanya kepada "Gelap". Seandainya Gao Leihua datang, hal ini akan menjadi sulit ditangani. Dia tak ingin bertemu Gao Leihua dalam urusan Menara Babel.
"Aku juga tidak tahu. Kurasa dia harusnya datang." "Gelap" menghela nafas berat seraya berkata.
Dia juga ingat pernah mengundang Gao Leihua dulu. Sekarang kunci sudah berada di tangan Gao Leihua, dengan kondisi seperti ini seharusnya Gao Leihua akan datang.
Memikirkan ini, Gelap tersenyum getir. Jika kunci jatuh ke tangan orang lain mungkin masih bisa diatasi, paling-paling direbut kembali. Tapi jika kunci berada di tubuh Gao Leihua, Gelap hanya bisa menggelengkan kepala dan menghela napas. Dia tidak yakin bisa merebut kunci itu dari tangan Lao Gao.
Kekuatan Gao Leihua, Gelap juga tahu sekitar tujuh-delapan bagian dari keseluruhannya.
Demikianlah, baik Gelap maupun Komandan Besar Monster Legendaris sama-sama terjebak dalam kebuntuan tanpa kunci. Saat ini kedua pasukan mereka terjepit dalam dilema.
Apa yang harus kami lakukan?
Keduanya merenungkan hal ini dalam hati: Waktu pembukaan Menara Babel hanya tujuh hari! Jika terlewat, mungkin harus menunggu ribuan tahun untuk kesempatan menguasai Babel lagi!
"Tidak, begini terus tidak boleh!" Setelah lama terdiam, kilatan tekad muncul di mata Komandan Monster Legendaris: "Kesempatan Babel hanya sekali! Aku tidak bisa, dan tidak rela melewatkannya! Jika terlewat, mungkin harus menunggu ribuan tahun lagi!"
Komandan Monster mengatupkan gigi, bahkan jika harus berkonfrontasi dengan Gao Leihua, dia tetap akan merebut kembali batu bata itu.
Memikirkan ini, jari Komandan Monster memetikkan sesuatu dengan ringan.
Seekor makhluk angin berwarna hijau muda yang lincah terbang menghampirinya.
"Bawa perintahku keluar," ujar Komandan Monster pada makhluk angin itu: "Suruh semua anggota di luar untuk merebut kunci dengan cara apapun. Target yang memegang kunci adalah Gao Leihua."
Seekor monster kecil di belakangnya menganggukkan kepala, lalu postur tubuhnya menghilang dari pandangan semua orang dengan kilatan cahaya.
Monster kecil itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, segera meninggalkan ruang Menara Babel. Rupanya makhluk ini bertugas menyampaikan instruksi komandan besar kepada semua monster yang masih berada di benua - dia ingin merebut kembali kunci...
Melihat gerakan para monster, Huan Yu mengayunkan kipas lipatnya dengan keras.
Lagi-lagi Gao Leihua! Lagi-lagi si beruban itu!
Bahkan hasrat terakhir dalam hidupnya, dia tetap datang untuk menghancurkan!
"Apakah kami juga harus bertindak? An!" Jiu You menatap junjungannya, Setan "An".
"Diam memperhatikan perkembangan, Jiu You." An berbisik pelan, kondisi tubuh Jiu You sepenuhnya dipahami An. Pikiran Jiu You pun jelas bagi An.
Tapi jika Jiu You merencanakan masa depan An, bukankah An juga bisa saja merencanakan masa depan Jiu You?
Hubungan Jiu You dengan Gao Leihua kacau balau. Selain "Youdi" di tangan Gao Leihua, ada pula putrinya "Mengsi".
Karena itu, An tidak bermaksud bermusuhan dengan Gao Leihua.
Diam memperhatikan perkembangan, An tersenyum...
……
Di pihak ini, iblis dan monster legendaris terus-menerus memendam Gao Leihua.
Lalu, sang dalang di balik semua ini, Gao Leihua kami sedang merencanakan apa???
Saat ini, manusia pertama yang memahami hukum ruang, keberadaan paling mutakhir para dewa, dewa petir generasi baru - Gao Leihua!!!
Sedang berjongkok di suatu tempat……dengan tenang, damai……mengerami telur.
Konon, Poseidon membutuhkan 49 hari untuk mengerami telur dengan konsentrasi penuh. Gao Leihua tidak tahu berapa hari yang dibutuhkan anaknya? Menurut mertua laki-lakinya, telur di bawah tubuh Lao Gao ini BUKAN produk kelas biasa!!
Semua ini berawal dari kemarin.
Gao Leihua baru saja tiba di Laut Karang bersama istri kesayangannya Jing Xin.
Seolah tahu tujuan telah tercapai, bayi dalam kandungan Jing Xin tak lagi bisa menahan nafsu untuk lahir. Mulai mengincar kesempatan.
Kemudian, Jing Xin segera dibawa oleh beberapa pendeta jubah putih ke ruang bersalin yang khusus disiapkan untuknya.
Suami yang terlalu protektif ini pun ikut menyelinap masuk ke dalam ruangan.
Anak-anak Gao Leihua dan Poseidon berdiri panik menunggu di pintu masuk.
Waktu berlahan detik demi detik.
Tiba-tiba, suara lengkingan terdengar dari dalam kamar bersalin.
“Ah~~~” Dari ruang bersalin Jingxin, terdengar jeritan menggelegar yang menggemparkan langit dan bumi. Namun, bukan jeritan Jingxin, juga bukan anaknya (karena suku ikan manusia bertelur), teriakan itu berasal dari Lao Gao!
Gao Leihua yang terus duduk di kepala tempat tidur sang istri tercinta memandangi Jingxin yang menggigit giginya kuat-kuat, hatinya langsung terasa sakit tak tertahankan.
Pada akhirnya, Lao Gao tak lagi menghiraukan penghalangan beberapa pendeta. Dia mengulurkan lengannya dan menyelipkannya ke mulut sang istri.
Jingxin yang sedang menderita kesakitan hebat langsung menggigit lengan Gao Leihua tanpa ragu.
Gigi perak Jingxin memang luar biasa. Meski Gao Leihua berkulit baja dan bertulang tembaga, tetap tergores bekas gigitan berdarah.
Gigitan ini membuat sosok sekelas Gao Leihua pun tak kuasa menahan teriakan kesakitan.
Memancing sorotan sinis dari para pendeta jubah putih MM itu.
Lao Gao segera menutup mulutnya rapat-rapat, berusaha tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Yang lebih fenomenal, demi membuat sang istri tercinta menggigit dengan nyaman, dan menjaga kelezatan Jingxin, Gao Leihua harus mengendurkan otot-ototnya semaksimal mungkin.
"Keluar, sebentar lagi keluar~ Putri, semangat!" Beberapa pendeta persalinan berkata pada Jingxin.
"Ambil napas dalam, ambil napas dalam, sayangku, ambil napas dalam, dorong lagi, semangat!"
Gao Leihua meletakkan satu tangan di mulut Jingxin, tangan satunya menggenggam erat jemari rampingnya. Karena tidak punya pengalaman di bidang persalinan, Lao Gao benar-benar bingung harus berbuat apa.
Di dunia ini, tak ada rasa sakit yang melebihi penderitaan yang ditanggung perempuan saat melahirkan.
Penuh 3 jam waktu berlalu...
Akhirnya!
Jingxin menarik napas lega panjang, seluruh tubuhnya kelelahan dan jatuh lemas di pelukan Gao Leihua.
Di wajahnya, terpancar ekspresi kebahagiaan yang tak terkira.
Pendeta persalinan di samping segera menempatkan sebutir telur itu dalam wadah spesial.
"Sialan! Jika ada yang berani menyuruhku melahirkan lagi, Aku bakal tebang sialan itu!"
Lao Gao mengelus lembut wajah mungil istri tercinta yang basah oleh air mata dan keringat, perasaan sakit hatinya tak tertahankan, dalam hati terus bergumam.
Seandainya Raja Lautan tahu isi hati Lao Gao, mungkin dia sudah tak tahan ingin menghabisi Gao Leihua saat itu juga. Dalam bayangan Raja Lautan, dia berharap Jingxin bisa memberinya belasan cucu...
Braak!! Pintu besar terbanting terdorong oleh Raja Lautan.
"Bagaimana?! Gimana?!" Poseidon menyergap masuk dari luar: "Cepat, perlihatkan! Apakah warnanya emas? Berapa lapisan keemasannya? Seberapa kilau?!!"
Saat ini Raja Lautan gelisah bagai semut di atas wajan panas.
Di dunia ini, segala sesuatu pada dasarnya memiliki tingkatan kualitas mulai dari yang terbaik hingga biasa.
Telur yang dihasilkan suku putri duyung pun tak terkecuali.
Secara umum, telur keluarga kerajaan berwarna emas, tingkat di bawahnya perak, dan yang paling biasa tanpa warna khusus.
"Semakin mulia telurnya, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menetas. Misalnya, Raja Lautan saat itu menciptakan rekor tertinggi suku ikan manusia - empat puluh sembilan hari!"
"Tidak, Yang Mulia, bukan berwarna emas." Pendeta yang membantu persalinan menunduk, berbisik pelan kepada Poseidon.
"Bukan emas?" Raja Lautan tertegun, kekecewaan di wajahnya terlihat jelas. Dia menghibur diri: "Bukan emas juga tak apa, lagipula Gao Leihua manusia biasa. Perak pun tak masalah. Aku juga pernah memiliki keturunan perak."
"Yang Mulia, bukan perak juga." Pendeta itu kembali memotong upaya penghiburan diri Raja Lautan.
Perkataan pendeta itu bagai pukulan godam yang menghancurkan hati rapuh Raja Lautan layaknya kaca pecah berantakan...
"Mungkinkah... ini telur biasa?" Kekecewaan di wajah Raja Lautan bisa dibaca oleh siapapun: "Sudahlah, meski biasa tetap cucuku." Gumamnya pelan.
“Tidak, Yang Mulia, bukan yang biasa.” Ucapan pendeta yang membantu persalinan berikutnya seketika bagai sinar mentari pagi, menyinari kegelapan hidup Raja Lautan dengan secercah harapan: “Silakan Yang Mulia melihat sendiri.”
Tanpa basa-basi, Raja Lautan menyambar wadah berisi telur itu. Dengan sangat tidak sabar ia menatap ke dalam wadah.
Pada detik berikutnya, mulut Raja Lautan menganga lebar.
Kilau cahaya kristalin yang indah bagai berlian.
Tak disangka, ini adalah telur secemerlang berlian!
Tak diragukan lagi, ini telur yang lebih keren X dari emas!
“Pantas jadi putriku!” Wajah Raja Lautan dipenuhi kebanggaan.
Sekaligus, ia memandang Gao Leihua dengan niat jahat.
Semakin berharga sesuatu, semakin sulit diperoleh. Telur sekeren X ini tentu membutuhkan waktu penetasan yang lebih lama.
Dulu, Raja Lautan mengerami telur emas saja membutuhkan waktu empat puluh sembilan hari. Maka telur ini pasti jauh lebih kuat daripada emas! Jadi, perkiraan waktunya setidaknya tidak lebih pendek dari empat puluh sembilan hari!
……
Berdasarkan berbagai pertimbangan di atas, saat ini Gao Leihua sedang menjalankan kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh pria dari suku putri duyung - mengerami telur!
Mengerami telur merupakan hal yang sangat sakral bagi pria dari suku ikan manusia.
Untuk keperluan mengerami telur ini, suku putri duyung telah membangun istana raksasa di tempat terhangat di Laut Karang.
Sebenarnya, lebih tepat disebut sebagai kota raksasa daripada istana. Di dalam istana ini, tersebar tak terhitung rumah-rumah besar berbentuk bintang.
Setiap rumah dilengkapi dengan enam posisi. Di setiap posisi tersebut, seorang ayah dari suku laut diperbolehkan datang untuk membina generasi penerusnya.
Di tempat ini, tidak ada yang memiliki hak istimewa. Semua harus mematuhi pengaturan enam orang per kamar. Bahkan Raja Lautan di masa lalu pun harus melalui hari-hari mengerami telurnya bersama sesama anggota suku ikan manusia biasa di sini.
“Suku ikan manusia mengatur enam orang satu ruangan juga punya makna khusus. Bagaimanapun, mengerami telur adalah hal yang sangat panjang dan membosankan. Jadi selama periode pengeraman, memiliki beberapa teman bersama akan membuat hari-hari terasa lebih cepat berlalu.”
Harus diakui, suku ikan manusia telah mencurahkan banyak upaya sulit dalam menghadapi masalah pengeraman telur ini.
Dan saat ini, Gao Leihua kami duduk di dalam sebuah ruangan bersama enam orang.
Jingxin masih dalam masa pemulihan dan sementara tidak bisa menemani Gao Leihua. Jadi yang mendampingi Gao Leihua ke sini adalah Raja Lautan beserta beberapa anaknya.
“Kalau begitu Ayah, besok kami akan datang lagi melihatmu.” Xiao Jin Sha'er duduk di sisi Gao Leihua sambil terkikik-kikik.
Yue Rui dan Bao Bao di samping juga menahan senyum mereka dengan susah payah.
Ekspresi Gao Leihua saat ini benar-benar lucu.
Ketika pria dari suku putri duyung mengerami keturunan, mereka akan mengubah kedua kaki kembali menjadi ekor ikan. Lalu cukup melilitkan ekor tersebut ke sekitar telur.
Masalahnya adalah Gao Leihua sama sekali tidak memiliki ekor.
Sesuai saran Raja Lautan, Lao Gao berjongkok di atas telur ini.
"Pergi, pergi! Jangan ganggu Ayah!" Wajah Lao Gao memerah membara. Ia ingin segera mengusir anak-anak perempuannya keluar ruangan, sehingga buru-buru menyuruh mereka pergi.
"Baiklah, Ayah. Sampai besok." Yue Rui tertawa ringan, memahami kekikukan ayahnya, lalu menarik adik-adiknya keluar dari ruangan.
"Ah. Hanya Yue Rui yang mengerti keadaan!" Setelah anak-anak pergi, Lao Gao tak bisa menahan helaan nafas. Tatapannya jatuh ke telur di bawah pantatnya, wajahnya pun diliputi kesedihan mendalam.
Sungguh memusingkan!
Bukan berarti Lao Gao tak mau mengerami telur - yang di bawah ini adalah darah dagingnya sendiri.
Yang membuatnya pusing adalah perkataan Raja Lautan.
Sang Raja Lautan mengatakan bahwa anaknya adalah "naga dan phoenix di antara manusia"!
Ucapan itu membuat Lao Gao merasa puas tersembunyi selama setengah hari.
Tapi ketika Raja Lautan menambahkan bahwa semakin luar biasa bakat sang anak, semakin lama waktu penetasannya, seketika "seluruh tubuh Lao Gao bergetar".
Jika anak ini sama gigihnya dengan Jingxin di masa lalu, maka Gao Leihua harus berjongkok di atas telur ini setidaknya selama 49 hari.
Inilah ujian berat untuk membuktikan apakah Lao Gao sebagai seorang ayah benar-benar kompeten!
"Saudara, apakah ini pertama kalinya kau mengerami telur?" Tiba-tiba, suara pria berat terdengar di samping Gao Leihua.
"Ini memang pertama kalinya aku mengerami telur. Ada masalah apa?"
Gao Leihua memalingkan kepala, memandang ke arah sampingnya.
Putih kemerahan, benar-benar berbeda dari yang lain!!!
Kalimat ini muncul dalam benak Lao Gao setelah melihat orang di sebelahnya.
Yang berada di samping Lao Gao ternyata adalah si gemuk bulat!
Pria gemuk ini tingginya 8 chi, lebarnya juga 8 chi! Benar-benar berbentuk lingkaran sempurna!
Mungkin karena hidup di dasar laut tanpa pernah mengalami siksaan matahari, kulit si gemuk ini bisa membuat semua perempuan di dunia ini menjadi gila.
Begitu melihat si gemuk ini, Gao Leihua langsung merasa tertarik!
Benar-benar berbeda dari yang lain!
Penampilan si gemuk ini dibandingkan dengan saudara-saudara dari suku ikan manusia biasa, terlihat begitu berbeda dari yang lain.
Karena, Gao Leihua akhirnya menemukan seseorang dari generasi sezaman yang tidak menggunakan ekor untuk mengerami telur!
Di bagian bawah si gemuk, terdapat dua paha yang sama-sama tembem.
Yang terpenting, si gemuk tidak berjongkok di atas telur seperti Gao Leihua. (PS, si gemuk berkata: Dengan postur tubuhku ini, bisakah aku berjongkok? Dengan tumpukan lemak tubuhku ini, mungkinkah aku bisa merunduk...)
Telurnya digendong oleh si gemuk dalam pelukannya.
Saat ini, si gemuk memandang Gao Leihua dengan tatapan seperti melihat Xiao Bai sambil tersenyum.
Meski si gemuk hanya tersenyum tanpa bicara, senyumannya tetap membuat Lao Gao merinding sejenak.
"Saudara, sebenarnya ingin kuberitahu. Telur tidak harus diletakkan di yang diduduki, menyimpannya dalam pelukan juga sama saja." Si gemuk tersenyum ramah seperti angin musim semi kepada Lao Gao, menimbulkan rasa hangat...
