"Apakah kau yang menyelamatkanku?" Si cantik itu mengangkat kepalanya, memandang Gao Leihua dengan kebingungan.
Sementara tubuhnya tanpa sadar mendekati Gao Leihua. Ini sepenuhnya berasal dari aksi bawah sadar, sebuah tindakan yang terukir dalam di kedalaman benaknya. Meski pikirannya kosong, target mendekati Gao Leihua masih melekat erat di ingatannya.
Demikianlah, tubuh montok yang berisi itu dengan santai menempel pada tubuh Lao Gao.
Sensasi sentuhan lembut yang mampu membuat semua makhluk hidup jantan di dunia menjadi gila-gilaan, aroma samar nan harum mulai menyusup ke hidung Gao Leihua.
Gao Leihua tak sengaja mengangkat alisnya, menatap tajam gadis cantik ini dengan tatapan penuh kecurigaan.
Sejujurnya, kecantikan di hadapannya ini memang bertipe pembawa bencana.
Bukan hiperbola, setiap pria yang melihatnya pasti akan merasakan nafsu birahi tak tertahankan. Hanya dengan memandangnya, bahkan tanpa perlu melakukan apapun, semua makhluk jantan akan kehilangan kendali atas hasrat paling primordial mereka.
"Lalu, apa pun ambisi kekaisaran, apa pun keluarga dan negara, semuanya pada saat ini berubah menjadi tumpukan awan yang lenyap diterbangkan angin."
Sekarang satu-satunya pemikiran yang berkutat dalam benaknya adalah... memiliki perempuan ini! Menodainya dengan cara paling tak tahu malu! Menghancurkan hingga dasar kecantikannya yang menggoda! Menginjak-injaknya sampai hancur! Dengan cara yang paling hina!
"Benar-benar siluman tulen." Gao Leihua menghela napas, lalu mendorong gadis cantik yang mendekatinya.
"Siapa kau."
Setelah melepaskan diri dari kecantikan itu, Gao Leihua bertanya.
"Siapa aku?"
Gadis cantik itu menatap ke atas, berpikir lama. Akhirnya menggelengkan kepala perlahan.
"Sial, tepat seperti dugaan." Gao Leihua merekahkan mulutnya.
"Apa yang harus kami lakukan, Tuan?"
Para Ksatria Darah di samping bertanya.
Setelah berpikir sejenak, Gao Leihua berkata: "Untuk sementara serahkan pada kalian. Meskipun tidak kurasakan aura monster dari tubuhnya, tapi dia memang bersama monster legendaris. Bagaimanapun juga dia terlibat."
Lao Gao saat ini sedang mengkhawatirkan keselamatan istrinya, mana ada waktu untuk mengurus urutan wanita ini. Setelah menaburkan mantra penyembuhan di luka ubun-ubunnya dengan tergesa-gesa, dia menyuruh Ksatria Darah membawa wanita ini mengikuti di belakangnya.
"Siap, Penguasa Baru."
Ksatria Darah juga serentak menjawab, lalu menarik manusia dengan kecantikan yang luar biasa ini...
……
Di sisi lain, Jingxin dan putrinya Yue Rui membantu mengangkat Raja Lautan, bersiap membawanya pulang.
Sedangkan para manusia ular yang terbeku dalam es ini, bersama Yue Xi dan Pangeran Locke, itu sudah di luar pertimbangan Jingxin.
Bagaimanapun juga, setelah Raja Lautan kembali, pasti akan mengirim orang untuk menangani para bajingan yang terperangkap dalam es abadi ini.
Hanya saja, wilayah laut sebesar ini yang membeku, bahkan Raja Lautan sendiri untuk sementara waktu tak tahu harus bagaimana menyelesaikannya.
Sementara sang pembuat wilayah es ini, "Jingxin", yang baru saja memahami kedewaan elemen es dan salju, bisa membekukan saja sudah hebat. Lagipula, mencairkan es bukanlah urusan dewa salju.
“Ayo pergi, Ayah.”
Jingxin menyangga tubuh Raja Lautan, berkata.
“Tunggu, Ibu.” Tiba-tiba Yue Rui, sang putri sulung, berhenti.
“Ada apa?”
Jingxin memalingkan wajahnya ke arah Yue Rui.
“Ada kabar dari Ayah.”
Yue Rui mengeluarkan sebutir kristal transparan dari gelang dimensi di tangannya. Ini adalah kristal penentu posisi yang diberikan Gao Leihua kepada setiap anak saat itu. Selama benda ini ada, Gao Leihua bisa melacak lokasi spesifik anak-anaknya.
“Ayah berada di sekitar sini, sedang menuju ke tempat ini dengan cepat.”
Yue Rui mengangkat kristal yang bereaksi itu sambil tersenyum pada Jingxin.
“Menantu kita datang?” Raja Lautan menarik napas beberapa kali seperti kipas exhaust tua, berkata: “Kalau begitu kita tunggu dia sebentar.”
“Hm.” Jingxin mengangguk lalu duduk bersama anak-anaknya menanti Gao Leihua.
……
Dengan bantuan kristal penentu posisi, Gao Leihua segera menemukan lokasi anak-anaknya. Kemudian Lao Gao bergerak maju dengan kecepatan maksimal.
Para Ksatria Darah tidak memiliki kecepatan Gao Leihua, jadi Gao Leihua menyuruh mereka mengikuti perlahan. Bagaimanapun juga, antara Ksatria Darah dan Gao Leihua terikat hubungan kontrak, tak perlu khawatir akan tersesat.
Kemudian, Gao Leihua sendirian seperti angin puyuh menerjang ke arah istrinya.
Tak lama kemudian, Gao Leihua menemukan targetnya.
Jingxin duduk tenang di sana, seolah menanti kedatangannya.
Antara suami-istri, hati mereka saling terhubung. Baru saja Gao Leihua muncul, Jingxin langsung mengangkat kepalanya menatap sang suami.
"Jingxin." Gao Leihua buru-buru mendarat, perutnya penuh pertanyaan. Seperti misalnya, dari mana asalnya es abadi yang tiba-tiba ini?
"Hm." Jingxin menyunggingkan senyum kecil pada Lao Gao, membiarkan suaminya memeluk tubuh gemulainya.
"Istriku, kau baik-baik saja? Sampah-sampah itu tidak melukaimu, kan?" Gao Leihua bertanya panik sambil terus memeluk Jingxin.
"Hm." Jingxin mengangguk, memberi isyarat bahwa dirinya tidak apa-apa.
“Sungguh baik.” Gao Leihua menggendong Jingxin, sama sekali tidak mengkhawatirkan anak-anak di sekitarnya. Ia menggigit bibir merah Jingxin yang sangat menggoda, dengan serakah menyerap manisnya madu dalam mulut Jingxin.
Jingxin memeluk Gao Leihua dengan lembut. Hari ini Gao Leihua seolah menunjukkan semangat yang luar biasa?
Yang tidak diketahui Jingxin adalah, sebelumnya Lao Gao telah terpikat oleh "kecantikan pembawa bencana" yang memesona, sehingga kini hasrat yang tertahan membuatnya tampak begitu bergairah.
Setelah berciuman, semua orang bisa melihat mata Lao Gao dipenuhi nafsu binatang.
"Hmm? Hihi." Jingxin tiba-tiba tersenyum menggoda. Tubuhnya condong ke depan, lekuk dada yang masih kencang pasca melahirkan menempel erat di dada Gao Leihua.
Yang lebih fenomenal, Jingxin mengulurkan lidah harumnya, dengan lembut menjilati cuping telinga Gao Leihua.
"Huu! Kesayanganku, kapan kau belajar trik-trik seperti ini?"
Lao Gao seketika terengah-engah seperti kerbau.
"Coba lakukan lagi padamu apa yang dulu kau lakukan pada hamba."
Jingxin berkedip penuh tanda tanya, tersenyum pada Gao Leihua.
"Oh, kesayanganku. Kau melakukan dengan sangat baik."
Lao Gao terengah-engah berkata; "Malam ini, kita berdua, rayakan pertemuan bak pengantin baru..."
"Lei." Jingxin tersenyum licik, lalu berbisik menggoda pada Gao Leihua: "Jika kau mau, tentu saja bisa."
Seketika mata Gao Leihua berkilauan.
"Tapi, hamba belum pulih benar. Masih tega kah pangeran?"
Jingxin berkedip pada Gao Leihua, wujudnya persis istri muda yang memelas.
Rela memberi untuk mendapat, tak memberi mana dapat? Lao Gao memandang si istri muda yang siap dinikmati ini, dasar hatinya sudah membara. Sayang, ini hanya bisa dipendam dalam hati.
Seperti Lao Gao ini, mana mungkin benar-benar tega?
Jadi, setelah Jing Xin selesai bicara, Gao Leihua langsung layu.
"Gek gek, Lei. Sudah, jangan main dulu. Urusan malam nanti kita bicarakan."
Jing Xin tertawa genit pada Gao Leihua.
Seketika, Gao Leihua terlempar dari neraka kembali ke surga...
"Omong-omong Lei, lihatlah ayah dulu. Dia terluka sedikit." Suara Jing Xin terdengar khawatir.
Diingatkan Jing Xin, baru Gao Leihua menyadari wajah pucat ayah mertua Raja Lautan yang sedang menekan perutnya dengan tangan besar.
"Apa yang terjadi dengan ayah mertua?"
Gao Leihua langsung melihat kedewaan Raja Lautan rusak.
"Ah..."
Raja Lautan menghela napas, menatap Yue Xi yang terbungkus es abadi. Dilukai oleh putri kandungnya sendiri.
Seorang putri darah dagingnya sendiri nyaris merenggut nyawanya. Padahal sama-sama anak kandungnya, mengapa watak beberapa putrinya bisa berbeda sejauh ini.
"Bagaimanapun, kita harus mencabut benda ini dulu." Melihat ekspresi Raja Lautan yang enggan berbicara, Gao Leihua pun meraih tangan Raja Lautan yang menekan perut dan melepaskannya.
Menyusul tindakan itu, seketika sudut bibir Gao Leihua berkedut.
"Barang apa ini?! Kejam sekali!" Gao Leihua membentak: "Siapa yang berani melakukan ini?!"
"Yue Xi." Jing Xin berbisik pelan sambil menunjuk ke arah Yue Xi yang dibekukan: "Aku membekukannya. Biarlah Ayah yang menghukumnya nanti."
Setelah berkata demikian, Jing Xin mendekat dan memandang luka di tubuh ayahnya. Begitu melihatnya, napasnya langsung tersengal.
Di perut bagian bawah Raja Lautan, tertancap sebatang jarum emas sepanjang dua inci. Yang membuat Gao Leihua mengumpatnya sebagai "licik dan kejam" adalah sifat korosif ekstrem yang dimiliki jarum ini. Setelah menusuk perut Raja Lautan, bukan hanya kedewaannya yang rusak, kini area tersebut telah terkikis parah. Bahkan tubuh sucinya yang sakti pun terkorosi hingga seperti ini, menunjukkan intensitas korosi yang luar biasa pada benda ini.
"Ayah!"
Melihat luka itu, alis Jing Xin berkerut saat memandangi ayahnya. Diam-diam ia menyalahkan sang ayah yang seharusnya tidak menutupi cedera tersebut.
Raja Lautan tersenyum getir, sebenarnya ia tak ingin membuat putrinya khawatir.
"Kakek, apa sakit sekali?"
Bayi, Xiao Jin Sha'er, dan beberapa anak lainnya berkerumun. Begitu melihat luka di perut Raja Lautan, mereka spontan mengerenyit seolah merekalah yang merasakan sakitnya.
"Hehe."
Raja Lautan tersenyum tipis, menepuk kepala anak-anak.
"Lei, bisakah jarum ini dicabut?"
Jingxin bertanya dengan panik, semakin lama jarum tertancap, semakin parah cedera Ayah.
"Mencabutnya seharusnya bisa, hanya lukanya mungkin agak sulit ditangani." Gao Leihua memandang perut yang terkikis itu. Berkat energi suci Raja Lautan yang kuat, perluasan korosi masih bisa diredam.
Sekaligus, Lao Gao tak bisa menahan decak kagum pada ayah mertuanya yang tetap bisa mengobrol santai dengan cucu-cucu meski menahan sakit menusuk.
"Ayah, tahan sebentar. Coba kendurkan sedikit otot-ototnya."
Jari Gao Leihua menekan titik nadi Raja Lautan, memberi instruksi.
Raja Lautan mengangguk, mulai melemaskan tubuhnya.
Gao Leihua menutup mata, mengalirkan energi suci dari dantiannya. Energi hangat itu merambat pelan melalui jarinya masuk ke tubuh Raja Lautan.
“Eh?!” Ekspresi di wajah Raja Lautan berubah, jelas terkejut dengan cara Gao Leihua mengoperasikan kekuatan mengerikan ini. Bagaimanapun juga, di dunia ini tak ada yang bisa mengalirkan energi ilahi seperti Qi layaknya Gao Leihua.
“Huu!” Gao Leihua menarik napas dalam-dalam. Setelah mengalirkan Qi dalam tubuh Raja Lautan selama satu siklus kecil, ia berkata dengan keyakinan: "Ayah Mertua, sudah siap?"
Raja Lautan menganggukkan kepala.
“Duo!” Tiba-tiba Gao Leihua menggeram keras! Kekuatan Dewa Petir dalam tubuhnya meledak deras!
Seketika, Raja Lautan meraskan denyutan energi di area perutnya. Kekuatan menantu lelakinya berdenyut-denyut di bagian perut.
Lalu, dengan suara whoosh, jarum emas itu berhasil dipaksakan keluar dari perutnya.
“Ajaib!” Raja Lautan tak kuasa berbisik kagum dalam hati.
Tidak hanya itu, setelah mengeluarkan jarum emas, Gao Leihua tidak berhenti sampai di situ.
“Hancur!” Terdengar lagi geraman Gao Leihua! Kekuatan mengerikannya yang dahsyat kali ini bahkan lebih mengejutkan dari sebelumnya!
Kekuatan mengerikan itu kembali mengalir deras ke arah Raja Lautan! Jubah putih Gao Leihua mengembang seperti balon yang dipompa.
Sang Raja Lautan merasakan gelombang energi tak terbatas dari tubuh Gao Leihua bagai air bah yang menggulung gunung.
Zzzz~~! Dari lukanya di perut, panah darah hitam melesat keluar seperti kilat.
"Sialan," gumam dalam hati Sang Raja Lautan. Saat pertama kali duel dengan Gao Leihua dulu, kekuatan mereka masih seimbang. Tapi sekarang, gelombang energi dahsyat ini membuatnya merasa seperti "ombak baru di Sungai X mendorong ombak lama hingga mati di pasir pantai".
Satu tangan Gao Leihua terus-menerus menyalurkan energi, sementara tangan lainnya menggambar lingkaran mistis di air laut. Panah darah hitam itu dikepung oleh energi keemasan.
Setelah waktu sekitar bakar sebatang dupa, Gao Leihua menghela napas lega dan melepas tangannya dari titik nadi Sang Raja Lautan.
“Huu, pada dasarnya sudah baik. Hanya ada sedikit sisa racun yang belum bersih, istirahat beberapa waktu sudah cukup. Hanya kedewaan yang rusak……”
Gao Leihua berkata.
“Untuk kedewaan, biar aku sendiri yang cari solusi.”
Kaisar Lautan mengelus perutnya yang mulai pulih, menghela napas lalu berkata.
“Hm.” Gao Leihua mengangguk: “Jika Ayah memulihkan kedewaan dan membutuhkan sesuatu, silakan perintahkan saja padaku.”
“Waah, Ayah, tadi Ayah luar biasa hebat!” Putri Xiao Jin Sha'er yang duduk di samping Gao Leihua berseru.
“Hehe, ibumu juga sering memujiku seperti ini.” Gao Leihua tiba-tiba tersenyum licik sambil melirik Jing Xin di sebelahnya.
“Pfft~~” Jing Xin segera menangkap makna tersembunyi dalam ucapan Lao Gao, wajah mungilnya langsung memerah sambil berbisik kesal.
Kaisar Lautan awalnya tertegun, lalu tertawa terbahak-bahak...
Hanya menyisakan beberapa anak yang bingung memandang Gao Leihua dan Jing Xin...
BAGIAN 437. Biarkan Kakek telan bulat-bulat saja
Setelah memberikan terapi pada luka di perut Raja Lautan, Gao Leihua tidak begitu buru-buru melanjutkan perjalanan.
Memanfaatkan momentum setelah terapi, atas saran Gao Leihua, Raja Lautan duduk di titik awal untuk duduk hening bermeditasi guna mengeluarkan racun sisa dari dalam tubuhnya.
Gao Leihua duduk di atas sebuah karang, tangan kirinya dengan lembut menopang sebutir peluru air. Di dalam peluru air ini terdapat sejenis cairan tubuh hitam pekat. Cairan hitam pekat inilah yang menyebabkan perut Raja Lautan mengalami korosi parah. Sesuatu yang bisa mengkorosi tubuh dewa tentu bukan racun biasa. Namun karena pemahaman Gao Leihua tentang dunia ini terbatas, dia tidak bisa mengetahui sebenarnya apa barang ini.
"Tidak hanya menghancurkan kedewaan, tapi juga meninggalkan racun jenis ini, benar-benar taktik yang kejam."
Gao Leihua mengaktifkan Kekuatan Dewa Petir di tangan kanannya, hendak menghancurkan gumpalan cairan hitam ini. Namun entah mengapa, tiba-tiba ia menghentikan gerakannya lalu dengan berhati-hati memasukkan peluru air berisi cairan itu ke dalam botol transparan. Botol kecil ini kemudian disimpan di gelang dimensi di pergelangan tangannya. Barang berbahaya seperti ini tak berani ia simpan di cincin ruang berharganya.
"Lei, cairan hitam ini benda apa?"
Yue Xi yang sedang bermeditasi di sampingnya memperhatikan dengan penasaran cara Gao Leihua menyimpan cairan itu secara hati-hati.
"Inilah yang membuat perut ayah mertuaku membusuk. Tapi aku sendiri tak tahu persis benda apa ini."
Gao Leihua menggelengkan kepala, menjawab.
Kemudian ia mengambil jarum emas panjang yang masih tertancap di pasir. Itulah jarum yang sebelumnya ditusukkan Yue Xi ke perut Haijiao.
"Jarum emas ini terbuat dari logam langka 'logam mulia'. Namun semua orang tahu, bahkan logam mulia sekalipun mustahil bisa menusuk pertahanan tubuh dewa dengan mudah, apalagi melukai kedewaannya. Meski saat itu Raja Lautan sama sekali tidak waspada terhadap putri di pelukannya, naluri pertahanan tubuhnya tetap aktif. Jarum emas biasa sama sekali tidak mungkin menembus kulit Raja Lautan."
Jadi, masalahnya terletak pada konstruksi jarum emas ini.
Gao Leihua mengamati dengan cermat konstruksi jarum emas itu, tapi tidak bisa menemukan petunjuk lebih lanjut darinya.
"Tidak tahu siapa yang membuat barang ini. Tapi jika mengesampingkan sikap permusuhan, pembuatnya pasti seorang jenius."
Lao Gao membelai jarum itu sambil berkata.
Jingxin mengangkat alisnya, tangannya memeluk erat lengan Gao Leihua. Secara naluriah sebagai perempuan, dia tidak menyukai barang-barang kejam seperti ini.
Gao Leihua juga merasakan keanehan pada istrinya. Ia terkikik pendek, lalu menyimpan jarum emas itu ke dalam gelang dimensinya.
“Ayah, Ayah. Kakek sekarang tidak apa-apa?”
Di sisi lain, Baobao berjongkok di samping Raja Lautan, bertanya dengan penasaran.
“Hm, kondisi fisik Kakek sudah baik. Masalah utamanya ada pada kedewaan yang rusak.” Kata Gao Leihua: “Kedewaan yang rusak, hal seperti ini sulit ditangani. Perkiraanku minimal butuh setahun untuk pemulihan.”
“Luka pada kedewaan. Oh ya, Ayah.” Putri sulungnya Yue Rui menggendong Xiao Jin Sha'er dan menyerahkannya pada Gao Leihua: “Kakek tadi bilang, ada sesuatu yang bisa membantu pemulihan kedewaannya.”
Gao Leihua menerima Xiao Jin Sha'er, dengan lembut mencubit pipi si putri naga kecil. Makin besar si kecil ini makin menggemaskan, pipi tembemnya membuat orang tak tahan ingin mencubitnya.
“Bisa membantu kedewaan yang rusak? Barang apa ini?”
Gao Leihua panik bertanya.
“Katanya Kakek, itu benda bernama bola ular. Katanya sulit ditemui dan tidak bisa dipaksakan.”
Xiao Jin Sha'er yang berada di pelukan Gao Leihua tanpa basa-basi menepuk membuka tangan Gao Leihua yang sedang mencubit pipi mungilnya, lalu berebut bicara kepada Gao Leihua.
"Bola ular?"
Alis Gao Leihua berkedut, Lao Gao seolah teringat sesuatu.
“Benar, Ayah. Kakek tadi mengatakan, ketika kemampuan monster ular mencapai tingkat tertentu, di antara mereka yang sangat spesial akan menghasilkan 'bola ular' barang ini. Itu adalah satu-satunya benda yang diketahui bisa membantu kerusakan kedewaan.” Yue Rui tersenyum hehe, kemudian melanjutkan: “Tapi Kakek bilang, meskipun banyak monster ular di benua ini, yang kemampuannya kuat bisa dihitung jari. Di antara mereka, yang cukup kuat untuk menghasilkan bola ular hanya bisa digambarkan sebagai langka. Kakek memperkirakan, seluruh benua mungkin tidak memiliki lebih dari tiga ekor monster yang bisa menghasilkan bola ular. Lagipula, meski menemukan monster ular pemilik bola ular, jangan harap bisa memilikinya. Bola ular ini adalah harta karun monster ular, kehilangannya akan menyebabkan kerusakan tak terkira pada kemampuan bela diri mereka. Jadi, jika ingin bola ular, satu-satunya cara adalah mengambil nyawa monster ular itu terlebih dahulu.”
“Bola ular, yang terkristalisasi dari ular kuat?” Lao Gao menopang dagunya dengan tangan, dalam benaknya muncul bayangan "Angin Hitam" yang dihabisinya beberapa hari lalu……
“Lei, apa yang kau pikirkan?” Jingxin di sampingnya tiba-tiba mengarahkan wajah Gao Leihua dengan tangan, memaksanya menatap lurus ke bola mata biru lautnya.
“Apa kau sedang memikirkan tentang ?”
Ada nada kekhawatiran dalam ucapan Jingxin.
“Hm, memang sedang memikirkan barang ini.”
Gao Leihua menganggukkan kepala.
“Kau ingin merebut ?”
Pelukan Jingxin pada lengan Gao Leihua semakin mengencang.
“Lei, sebenarnya kau tak perlu mengambil risiko tidak perlu untuk urusan .” Bola mata biru laut Jingxin menatap tajam pupil iris hitam Lao Gao: “Luka Ayah hanya butuh istirahat beberapa tahun untuk pulih. Bagi kami, waktu bukan masalah. Nyawa kita hampir tak terbatas, bukankah kita punya banyak waktu?”
“Hehe.” Lao Gao tersenyum ceria, lalu menyangga wajah istrinya dengan satu tangan, menggigit lembut bibir merahnya yang menggoda.
“Sayangku, sebenarnya, kau sama sekali tak perlu khawatir.”
Gao Leihua tertawa.
“Jika itu tentang bola ular, aku tak perlu mengambil risiko.”
Usai berkata, Lao Gao tersenyum licik. Tangannya menyelam ke dalam cincin ruang, dan sebutir objek bulat hijau kebiruan seukuran waskom... muncul di genggaman Gao Leihua!
Bola ular itu masih memancarkan getaran elemen angin yang kuat, serta bau anyir ular yang samar?
Di wajah Lao Gao, terpancar kesombongan.
Terkadang hal-hal terjadi begitu kebetulan, di tangan Gao Leihua saat ini memang ada sebuah "bola ular".
Ingat beberapa hari lalu, di pulau udara atas Kuil Dewa Petir, Gao Leihua bertarung dengan "Angin Hitam". Ular itu pada akhirnya kehabisan akal, bahkan memuntahkan barang sebesar waskom ini dari mulutnya.
Gao Leihua saat itu juga tidak terlalu memperhatikan, hanya merasa barang ini memiliki nilai koleksi, lalu tanpa ragu menerimanya. Tak disangka, benda yang dulu diterimanya ini ternyata adalah bola ular.
Namun, penyebutan "bola" pada istilah bola ular ini tentu disesuaikan dengan tubuh Angin Hitam yang luar biasa besar. Bagi manusia, benda raksasa ini sama sekali tidak berkaitan dengan makna kata "bola".
"Ini, bola ular?" Meski belum pernah melihat bola ular sebelumnya, Jingxin mulai menebak-nebak bahwa benda di tangan suaminya ini pastilah bola ular. Seketika, mata kecil Jingxin berkilauan: "Lei, darimana kau dapatkan benda ini?"
"Hm, beberapa hari lalu kubantai seekor Angin Hitam yang tak tahu diri, lalu dapatlah barang ini." Gao Leihua penuh kesombongan memeluk erat istrinya, sambil mengutak-atik "bola ular" ini di hadapan Jingxin. Lalu dengan polos seperti anak kecil, ia berkata pada Jingxin: "Istriku, maukah kau memberiku hadiah?"
Mata indah Jingxin memandang Gao Leihua, tersenyum ringan: "Kau minta hadiah?"
Gao Leihua seketika menganggukkan kepala dengan kuat.
"Ayah, ini kah bola ular yang bisa menyembuhkan Kakek?" Setelah melihat bola ular, Bayi dan Xiao Lu Dongfa berlari kecil mendekati Gao Leihua.
"Kalau begitu Ayah, aku akan membawa barang ini untuk Kakek!" ujar Bayi dengan ceria pada Gao Leihua.
"Baiklah." Gao Leihua mengangguk, menyerahkan bola ular kepada Bayi dan Xiao Lu Dongfa.
"Ayah, aku juga ikut." Xiao Jin Sha'er yang tadinya berada di pangkuan Gao Leihua melompat turun, mengikuti Xiao Lu Dongfa dan Bayi berlari pergi.
"Ngomong-ngomong Ayah, bagaimana cara menggunakan ini untuk Kakek?"
Setelah berlari beberapa langkah, Bayi tiba-tiba menoleh dan bertanya.
"Cari solusi agar Kakek menelannya saja," jawab Lao Gao sekenanya, sementara perhatiannya tertuju pada cara mendapatkan hadiah yang diidamkannya...
“Oh.” Bayi dan Xiao Lu Dongfa terlihat penuh pertimbangan, mengangguk lemah, lalu berlari menuju Raja Lautan.
Beberapa menit kemudian……
“Oh~~Auuu~~Auuu~~Auuu~~” Di Laut Karang, seorang pria kekar tinggi bagaikan menara besi matanya memerah, urat-urat darah mulai terlihat di rongga matanya. Ekspresinya menunjukkan dia sedang berusaha bertahan menahan penderitaan yang luar biasa!!
Saat melihat ke bawah, kami akhirnya tahu alasan pria kekar ini menderita.
Di leher pria kekar itu, terlihat tonjolan bulat yang jelas membentuk bentuk ""!
Tangan pria itu sedang menekan tonjolan tersebut dengan keras, seolah ingin mengeluarkan sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya.
Di sisi pria tersebut, berdiri tiga si kecil yang wajahnya memerah karena merasa bersalah……
……
Di dalam Menara Babel
Setan·Gelap dan komandan besar monster legendaris mulai panik.
Empat hari! Sudah empat hari berlalu!
Perlu diketahui waktu pembukaan Menara Babel hanya tujuh hari!
Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi setelah tujuh hari. Dari zaman kuno hingga kini, hal seperti ini sama sekali belum pernah terjadi.
Coba tanyakan di dunia, siapa yang setelah mendapatkan kunci Menara Babel, sampai sekarang masih belum datang ke Menara Babel?
Orang mana yang mendapatkan kunci tidak segera bergegas ke Menara Babel!
Tentu saja, kecuali Gao Leihua si bajingan yang tidak pernah menghargai Menara Babel ini...
