"Hmph, Yue Shi ternyata masih terlalu hijau. Tak disangka dia mudah terpengaruh ilusi tingkat ini." Melihat Yue Shi terjebak ilusi, Rhein·Charlie Dewa Hewan menggaruk kepala dengan frustrasi. Meski kemampuan Yue Shi mungkin melebihi Rubah Illusi, namun usianya masih muda dan pengalaman hidupnya masih dangkal sehingga mudah tertipu oleh ilusi.
"Hei, Rubah Kecil! Cukup sudah tipu muslihat ilusimu!" Rhein·Charlie berdiri sambil melambaikan kapak perangnya. Seketika, tenaga kapak yang dahsyat membelah permukaan air dan melesat ke arah Rubah Illusi.
Tepat! Dengan ilusi tingkat ini, Rubah Illusi tahu tak mungkin menipu Dewa Kekuatan. Ia tersenyum sinis mengejek diri sendiri, terpaksa menyelinap menghindari serangan kapak Rhein·Charlie.
Postur tubuh Rubah Illusi bergerak, ilusi pun hancur berkeping-keping.
Yue Shi juga langsung sadar seketika.
"Rubah kecil, serahkan kunci padaku." Rhein·Charlie menggendong kapak perang, menyeringai dingin.
"Aku tolak!" Rubah Illusi menggigit batu bata, bicara pelo. Sekalipun nyawanya terancam, takkan ia menyerahkan bata legendaris ini!
"Penolakan tak mempan!" Gemuruh suara menggelegar di telinganya.
Yue Shi yang telah sadar dari ilusi mengatupkan gigi, matanya tak berkedip mengamati Rubah Illusi. Mata Yue Shi berkilauan, bagai singa jantan di padang rumput yang melihat buruan di kegelapan malam.
Pada saat ini, tubuh Rubah Illusi baru saja mendarat, berada dalam kondisi tenaga lama telah habis dan tenaga baru belum sepenuhnya muncul!
"Serahkan kuncinya!" geram Yue Shi sambil mengarahkan pedang raksasanya ke arah Rubah Illusi tepat pada momen kritis tersebut.
"Angin Puyuh!" erang Rubah Illusi dengan suara parau, memaksakan diri mengeluarkan mantra angin di detik-detik genting.
Dengan bantuan kekuatan elemen angin, tubuh Rubah Illusi melayang ringan ke samping. Nyaris terhindar dari tebasan pedang, meski berhasil menghindari serangan langsung, aliran udara yang ditimbulkan pedang raksasa tetap membuat tubuh ringannya terlempar beberapa kali di udara.
Saat masih berputar-putar di udara, sudut mata Rubah Illusi telah menangkap gerakan Rhein·Charlie yang mengangkat kapak perangnya.
Selesai, gumam Rubah Illusi dalam hati dengan putus asa.
Kapak Dewa Hewan ini jika menghunjam, tulang belulang si rubah muda pasti akan terbelah dua!
Humei'er menutup matanya, tak berani melihat kelanjutannya.
Namun, rasa sakit raksasa yang diduga tak kunjung datang.
"Apa maksudmu ini?" Suara kesal Rhein·Charlie terdengar di telinga Humei'er.
Humei'er menatap ke atas, mendapati seekor Golden Bimon Beast raksasa berdiri di antara dirinya dan Dewa Hewan. Golden Bimon ini persis yang selama ini menjadi tunggangan Dewa Hewan dan Yue Shi.
"Kunci Babel terlalu penting bagi kami." Golden Bimon Beast berkata dengan tegas.
"Cepat pergi, Humei'er kecil!" seru Golden Bimon.
Humei'er menganggukkan kepala dengan gencar, lalu pergi tanpa menoleh sambil menggigit kunci Babel dengan kecepatan maksimal!
Meski tak tahu mengapa Golden Bimon mau menjadi tunggangan di bawah Dewa Hewan, ia tak sempat berpikir panjang. Dengan kecepatan tertinggi, ia menghilang dari pandangan Dewa Hewan dan Yue Shi.
Anehnya, Dewa Hewan ternyata tidak mengejar Rubah Illusi itu.
"Om Charlie, apakah aku harus mengejarnya?" Yue Shi mengangkat pedang raksasanya.
"Saat ini, tidak ada mood." Rhein·Charlie berkata dengan suara berat, matanya menatap Golden Bimon Beast yang menghalanginya.
Jika diperhatikan lebih dekat, bola mata Dewa Hewan dipenuhi kegilaan dan kebuasan yang tak tertahankan, tatapan penuh kebenciannya melekat erat pada Golden Bimon Beast.
Di bawah sorot mata mengerikan itu, Golden Bimon tak sadar mundur beberapa langkah sambil berusaha menyembunyikan ketakutannya.
"Si kecil, kuberitahu sesuatu." Dewa Hewan memandang dingin sambil mengangkat kapak perang raksasanya, energi mengerikan menyembur dari senjatanya: "Pahlawan, bukan perkara mudah menjadi itu! Tak punya kekuatan, jangan sok jadi pahlawan!"
Kapak raksasa itu menghujam dari udara, kekuatan ilahi menyembur deras dari bilahnya!
Seketika, lolongan kesakitan menggema dari mulut Golden Bimon.
Di dadanya, sebuah luka dalam hingga terlihat tulang muncul tiba-tiba! Sisik emas Bimeng yang daya tahannya setara dengan sisik naga sama sekali tak bisa memberikan perlindungan apapun pada Golden Bimeng.
Dengan suara "Braak", tubuh raksasa Golden Bimeng rubuh dengan suara keras.
"Jangan kira karena sudah membuat kontrak denganku, aku takkan membunuhmu." Ekspresi mengamuk bergolak di mata Dewa Hewan.
"Untuk kunci Menara Babel, aku sepenuhnya rela mengorbankan nyawa." Golden Bimeng menatap langsung ke mata Rhein·Charlie, tapi kaki gemetarnya jelas memperlihatkan kerapuhannya.
"Hmph!" Rhein Charlie mengepalkan tangan kanannya: "Jika masih ada kesempatan berikutnya, jiwamu harus siap menjadi kotoran Maut!"
Kepalan tinju Dewa Hewan mengeras, formasi sihir pemanggilan terbentuk di bawah tubuh Golden Bimeng. Kemudian, tubuh tinggi besar Golden Bimeng perlahan menghilang, tersedot masuk ke dalam ruang kontrak.
"Mengejar rubah itu?" Yue Shi menggendong pedang raksasa, bertanya lagi.
"Tak perlu." Rhein·Charlie memalingkan kepala: "Kita langsung cari Gao Leihua saja..."
……
Di dalam Istana Peristirahatan Laut Karang
Lao Gao yang baru saja mengalihkan perhatian Rubah Illusi dengan sepotong batu bata, kini sedang duduk di tempat tidur menerima seorang tamu. Saat ini, raut wajah Gao Leihua terlihat memerah. Sepertinya Lao Gao sedang kehilangan kesabaran?
"Apa?! Brengsek, maksudmu rumah lamaku dihancurkan?!" Sorot mata harimau Lao Gao menyala-nyala, ia meneriakkan amarahnya.
"Hm, benar. Tepatnya, beberapa makhluk hidup membakarnya pagi tadi." Yang duduk di hadapan Gao Leihua adalah Dewa Kegelapan Lucifer dengan ekspresi tenang.
"Siapa? Siapa yang berani?!" Hati Gao Leihua seolah berdarah, itu adalah rumahnya bersama Jingxin di daratan! Mana mungkin ada brengsek berani merobohkannya! Jika ketahuan, kuburan leluhurnya pun akan kugali! Gao Leihua mengaum.
"Satu regu sub-naga, satu regu naga. Setiap naga menghembuskan napas api sekali saja, rumahmu langsung rata." Lucifer mengangkat bahu, "Waktu itu naga jahat datang dan pergi terlalu cepat. Aku juga tidak sempat menghentikan, cuma berhasil menembak jatuh satu sub-naga."
"Monster legendaris?!" Begitu mendengar sub-naga, Gao Leihua langsung teringat makhluk kultivasi gelap.
"Kurasa, memang begitu." Lucifer tersenyum licik, berlagak seperti penonton yang sedang menanti drama.
"Sialan, monster legendaris lagi." Lao Gao menggerutu frustrasi.
"Gimana? Gao Leihua, mau balas dendam? Rencananya bagaimana? Butuh bantuanku?" Melihat ekspresi Gao Leihua yang ingin membombardir monster, Lucifer berseru penuh semangat. Sungguh bajingan tukang onar.
"Omong kosong balas dendam!" Lao Gao tersenyum getir, menatap telur di pelukannya. Selama anak ini belum lahir, Gao Leihua takkan bisa bertindak.
“Andai, saat ini ada anak buah yang kuat, pasti bagus,” Lao Gao bertanya-tanya dalam hati.
Meskipun orang-orang di bawah Lao Gao tidak lemah, mereka kekurangan sosok yang benar-benar bisa mandiri.
Seberapa kuat monster-monster itu, Gao Leihua tidak tahu. Yang dia tahu, di antara mereka ada ahli tingkat satu dewa utama.
Saat harus menghadapi penguasa kuat tingkat satu dewa utama, di pihaknya selain dirinya sendiri, Gao Leihua tak bisa menemukan sosok yang bisa membalas dendam untuknya saat ini.
“Andai aku punya anak buah yang bisa mandiri,” Gao Leihua menghela napas.
Tiba-tiba, seolah Langit merespons ucapan Gao Leihua.
Di tengah pembicaraannya, ruang istana peristirahatan tiba-tiba diguncang getaran elemen yang dahsyat.
“Apa yang terjadi?” Sebagai Raja Dewa yang menguasai hukum ruang, Gao Leihua seketika merasakan perubahan itu.
Dia segera mengawasi ruang terdistorsi itu sambil memadatkan hukum ruang, bersiap memberikan serangan mematikan kapan saja.
Bzz bzz~~ Suara "bzzz" yang memekakkan telinga, lalu di lokasi distorsi ruang angkasa tersebut, sebuah formasi teleportasi emas muncul di hadapan Gao Leihua.
Kemudian, sebuah pintu teleportasi emas berdiri dari formasi magis tersebut.
"Akhirnya sampai juga!" Seorang pria berjubah putih bertubuh besar berteriak dengan suara parau, lalu membungkuk dan merangkak keluar dari pintu teleportasi: "Harus diakui, pintu teleportasi ini benar-benar sempit!"
Setelah keluar, pria itu menggeliat dan mengibaskan rambut acak-acakan seperti ledakan yang megah di kepalanya. Kemudian, pria besar berjubah putih itu berbalik dan berdiri dengan sangat hormat di sisi formasi teleportasi.
Beberapa saat kemudian, dua siluet ramping melangkah keluar dari formasi tersebut.
Yang lebih tinggi adalah seorang wanita berjubah ungu dengan rambut ungu.
Yang lebih pendek adalah seorang gadis berambut emas dengan sepasang bulu sayap, jenis yang sangat imut.
Gadis mungil itu keluar dari formasi magis, segera menatap ke atas dan memandang ke sekeliling, akhirnya mengarahkan pandangannya pada Gao Leihua.
"Eek!!" Gadis itu mengeluarkan erangan bahagia, lalu seperti harimau kelaparan menerjang dengan ganas ke arah Gao Leihua!
Hingga saat ini, Lao Gao masih agak tertegun.
Hingga gadis itu menerjang ke tubuhnya.
Saat gadis cantik nan manis itu menempel di tubuh Gao Leihua, dengan cepat wajah mungilnya mendekati wajah Gao Leihua. Kemudian gadis itu mengulurkan lidah mungilnya, menjilat dengan keras pipi kiri Gao Leihua.
"Hihihi, sudah lama ingin melakukan ini." Setelah semuanya selesai, gadis itu tersenyum licik pada Gao Leihua.
"Dewi Cahaya?" Lao Gao meraih gadis yang menempel di tubuhnya - rambut emas, mata keemasan, wajah seperti malaikat, dan siluet iblis ala gadis Barat berbentuk labu ajaib. Selain Dewi Cahaya, siapa lagi?!
“Apa yang kau lakukan?” Lao Gao mengusap air liur lengket di wajahnya, memandang gadis di tangannya dengan geram.
“Aku suka begitu?” Gadis itu berlagak seperti tipe yang dapat keuntungan masih ingin menipu: “Ini cuma efek samping.”
“Hmph~~” Lao Gao menggeram kesal, memalingkan kepala ke arah wanita berbaju ungu -- Dewi Kehidupan.
“Angin apa yang membawamu ke sini hari ini?” Lao Gao tersenyum pada Dewi Kehidupan.
“Halo, Gao Leihua. Kita bertemu lagi.” Dewi Kehidupan mengedipkan mata padanya: “Sebenarnya, aku datang untuk meminta bantuanmu...”
