“Mengiringi?” Pisau Hukuman di tangan Gao Leihua berputar, lalu ditusukkannya ke punggung sambil tersenyum tenang.
Di sisi lain, Zeus·Cahaya, Rhein·Charlie Dewa Hewan, Raja Kegelapan Berdarah, serta Siluman Hutan dan Bola-Bola beserta rombongan, semua memandang perubahan dramatis ini dengan tenang.
“Ti-tidak boleh?” Tangannya terus-menerus memainkan ujung bajunya. Dia adalah Sembilan Neraka sekaligus Mengsi. Perasaan Mengsi pada Gao Leihua adalah kasih sayang anak pada ayah, mungkin tercampur perasaan pada tuan. Sedangkan perasaan Sembilan Neraka padanya sama sekali berbeda. Dua emosi kontradiktif ini terjepit bersamaan, menciptakan keanehan.
"Hm? Hehe, tidak masalah. Kau pernah bilang, kau masih bisa dianggap sebagai putriku." Gao Leihua menepuk debu yang sebenarnya tidak ada di bajunya, memperlihatkan senyuman hangat. Meski putri ini sudah tak lagi terlihat seperti anak perempuan, tapi apa hubungannya?
"Tapi, sepertinya tidak ada alat musik di sini." Gao Leihua memandang ke sekitar, mencari barang yang bisa digunakan, akhirnya mata Lao Gao tertuju pada tubuh Siluman Hutan.
Siluman Hutan yang terkena pandangan Gao Leihua langsung membuat semua daun di tubuhnya merinding. Ini adalah gerakan khas siluman pohon saat merasa ngeri.
"Siluman, kemarilah." Gao Leihua melambaikan tangan ke arah Siluman Hutan.
"Baik, Tuan." Meski agak tak rela, Siluman Hutan menahan kuat-kuat rongga matanya yang mulai berkaca-kaca, melangkah pelan mendekati Gao Leihua. Selalu ada firasat buruk dalam diri siluman ini.
Setelah siluman pohon mendekat, Gao Leihua meraih sehelai daun hijau muda yang masih lembut dari tubuh Siluman Hutan. Dengan gerakan ringan, ia memetikkan daun itu lalu menganggukkan kepala dengan puas.
Siluman pohon mengerang kesakitan sambil meregangkan mulutnya, tapi tak berani bersuara.
"Hm, kualitasnya cukup baik. Sudah lama tidak mencoba, entah masih bisakah meniup." Gao Leihua menjepit daun itu dengan ujung jari, menaruhnya dengan lihai di bibir, lalu menghela nafas untuk meniup.
Suuu~~ Terdengar alunan merdu yang mengalun.
Gao Leihua mengangguk puas, lalu melanjutkan dengan meniup beberapa suku kata secara beruntun.
Dulu di Bumi, Gao Leihua sering memetik rerumputan atau daun-daun kecil untuk meniupkan lagu bagi sang putri Li'er. Lambat laun, Lao Gao pun menguasai teknik ini dengan sempurna.
Di sisi lain, dia mengikuti siulan Gao Leihua dengan lembut menginjak beberapa langkah di tanah, seolah sedang beradaptasi dengan langkah Gao Leihua. Dua rantai logam mulia di bahunya bagaikan pita warna-warni yang terlempar ke udara. Saat ini, penampilannya tanpa sengaja mengingatkan Gao Leihua pada "dewa terbang" dalam mitos Tiongkok.
"Hehe." Gao Leihua yang sedang bingung memikirkan lagu apa yang akan dimainkan tiba-tiba mendapat inspirasi melodi yang sangat indah.
《Immortal Dance》, sebuah komposisi terkenal yang terinspirasi dari lukisan dewa terbang di era Gao Leihua. Pada masanya, lagu ini dianggap sebagai karya masterpiece. Terutama bagian akhir dimana dewi menari sebelum asensi, menciptakan perasaan ekstase yang mendalam.
"Bisa dimulai." Gao Leihua mengangkat daun di tangannya, berkata dengan datar padanya.
Dia mengangguk penuh semangat, lalu berjinjit mengambil posisi awal tarian.
Tarik napas dalam, jari-jari Gao Leihua memetikkan daun perlahan, meniupkan melodi "Xian Wu Qu" secara bertahap. Bagian pembuka lagu terdengar datar, seperti aliran kecil di pegunungan tinggi yang mengalir tenang.
"Dring, dring~" Lonceng kaki di pergelangan kakinya bergetar lembut, tapi dia belum mulai menari. Dia lebih dulu menyimak lagu yang ditiup Gao Leihua dengan tenang.
Lagu yang ditiup Gao Leihua sama sekali belum pernah didengarnya sebelumnya. Dia perlu beradaptasi terlebih dahulu.
Setelah mendengarkan beberapa saat, kakinya mulai menginjak perlahan, mencoba mengikuti irama yang dibuat Gao Leihua.
Musik adalah barang yang ajaib. Di tempat mana pun, era mana pun, ia selalu terhubung. Asalkan kau menyimak dengan ketelitian, kau akan bisa merasakan apakah detik berikutnya dari sebuah komposisi akan menjadi puncak semangat membara, atau tetap redup seperti aliran kecil yang landai.
“Dring~” Suara lonceng kaki resmi bergema, kaki licinnya menginjak tanah abu-abu ini, perlahan melangkahkan koreografi spesial miliknya. Langkah tari yang begitu mempesona, hingga membuat orang melupakan segalanya.
Musik yang anggun, koreografi bak mimpi, seketika membawa semua orang masuk ke negeri dongeng!
Semua orang tengah menikmati.
Pada detik ini, tak seorang pun akan menyalahkan Gao Leihua dan dirinya yang "membuang waktu". Bahkan jika besok adalah kiamat, semua tetap berharap bisa terus menyaksikan. Terus menonton, melupakan segalanya, hanya ingin terus menyimak.
"Berapa abad telah berlalu." Raja Para Dewa Zeus·Cahaya menghela napas redup, dengan secarik kesepian namun juga kepuasan: "Tak kusangka di saat-saat terakhir ini, aku masih bisa menyaksikan tari Bintang dan Bulan Sembilan Neraka. Benar-benar tak ada penyesalan."
Saat-saat terakhir yang menderita? Apa yang dimaksud Zeus·Cahaya dengan "saat terakhir" ini? Tapi saat ini, tak ada yang memperhatikan perkataan Zeus·Cahaya. Semua mata tertarik pada siluet hitam yang menari-nari di tengah arena.
Melodi yang awalnya tenang perlahan mulai meningkat.
Itu adalah adegan di mana peri wanita akan segera mulai menari.
Langkah kakinya mulai menyesuaikan, berangsur cepat. Bentuk tubuhnya yang menggoda lentur tanpa tulang, memancarkan aura genit dan polos - dua kualitas yang sama sekali berbeda namun menyatu dalam dirinya.
Lagu tiba-tiba berubah penuh semangat! Itu adalah segmen terakhir asensi sang dewa.
Syuush! Tariannya semakin cepat. Dua rantai tipis di bahunya bagikan semburan sutera, mengikuti irama tariannya dengan ayunan lembut di belakang punggung.
Tiba-tiba, wujud yang menari itu melompat tinggi. Dua rantai logam mulia memanjang di belakangnya, sehelai kerudung hitam berkibar-kibar.
"Seperti dewa terbang yang menari-nari, dia pun melayang!"
Pada detik ini, bahkan pandangan Gao Leihua menjadi kabur.
Siluet yang menari itu di mata Gao Leihua perlahan menyatu dengan legenda dewa terbang.
Rantai logam mulia di bahunya perlahan berubah menjadi dua pita berwarna di pundak dewa terbang dalam pandangan Gao Leihua!
"Itu adalah dewa terbang!" Gao Leihua terpesona, tiupan serulingnya pun terhenti.
Dia menyaksikan koreografi yang menari itu melayang maju bagaikan Dewa Langit.
"Ayah, jika segalanya berakhir. Aku akan mengembalikan Mengsi yang utuh padamu." Dalam tariannya, dia menunduk dan berbisik. Akhirnya, postur tubuhnya menghujam keras ke lantai pertama.
Di sana berdiri tak terhitung Penjaga Tipe Galess, plus kuantitas monster legendaris yang mencengangkan.
"Tarian Pembunuhan!" serunya lembut, koreografi yang indah itu kini membawa nuansa sama sekali berbeda. Tarian saat ini adalah tarian berbahaya.
Terus menari tanpa lelah, seolah akan menari hingga akhir zaman.
Swoosh-swoosh!
Saat dia menari, para "Penjaga Tipe Galess" di sekitarnya bagai padi di sawah yang ditumbangkan pedang petani, berjatuhan dalam barisan panjang.
Setelah jatuh, bagian paling rentan "Penjaga Tipe Galess" - leher mereka telah terputus, berguling-guling ke samping.
Akhirnya sinar merah di mata "Penjaga Tipe Galess" pun mulai meredup.
Bukan hanya "Penjaga Tipe Galess" yang tumbang. Monster-monster legendaris kuat juga perlahan roboh di bawah koreografi tak tertandingi di dunia ini.
Tak lama kemudian, sepertiga dari seluruh "Penjaga Tipe Galess" di lantai pertama telah tersapu!
Seluruh lantai pertama tiba-tiba terasa lebih luas.
Dan dia telah sampai di tepi pintu teleportasi menuju lantai kedua.
Akhirnya, dia menoleh dan melirik Gao Leihua yang berdiri di pintu masuk.
Yang terpantul di matanya adalah senyuman tenang Gao Leihua, tanpa sedikitpun nada menyalahkan.
Gao Leihua ternyata telah lama terbangun dari kebingungannya.
Dia menggigit bibir bawahnya lalu menyelam masuk ke pintu teleportasi menuju lantai dua.
Gao Leihua tersenyum, menyaksikannya menghilang di balik pintu teleportasi.
Setelah waktu yang cukup lama, para penonton yang terpukau baru perlahan sadar dari lamunan.
"Tak kusangka orang kasar sepertiku bisa menyaksikan 'Tari Bintang dan Bulan' ini," Rhein·Charlie Dewa Hewan tertawa besar. "Tarian pertama di bawah angkasa luar yang membuat Bapa Dewa Pencipta sendiri terkesima. Benar-benar sesuai namanya."
"Sayangnya, tarian ini bukan untuk kami," Zeus·Cahaya tersenyum licik. "Kami cuma kebetulan numpang menikmati berkah seseorang."
“Bintang dan Bulan Sembilan Neraka, sudah pergi?” Raja Kegelapan Berdarah mengusap matanya, mengeluarkan kotoran mata: “Tari Bintang dan Bulan ini benar-benar kuat, bahkan aku yang tidak tertarik sama sekali dengan tarian dan nyanyian jadi terhipnotis.”
“Hm, dia sudah masuk, kita juga masuk saja.” Gao Leihua tersenyum kecil dengan tenang, tak menghiraukan ucapan Zeus·Cahaya. Setelah tersenyum tipis, Gao Leihua berkata: “Menara Babel Tong Tian, ayo pergi, kita sudah membuang terlalu banyak waktu...”
