"Kotor!" Tangan jenjang menutupi luka yang memancar deras, teriakan menyayat hati keluar dari mulutnya.
"Wuih, Sepertinya, tidak ada yang bilang ini pertandingan satu lawan satu." Gao Leihua tersenyum sinis, dengan anggun mengibaskan butiran darah dari Pisau Hukuman lalu memasukkan pedang ke sarungnya.
Di hadapan Gao Leihua, Putra Ketiga Dewa Pencipta Dunia——Mo sedang menutupi lukanya, kedua pupil irisnya membara amarah yang cukup untuk memanggang seluruh benua sampai hangus.
Mo sama sekali tidak menyangka, saat sedang bertarung sengit dengan Raja Kegelapan Berdarah, tiba-tiba ada orang licik yang menyikutnya dari belakang!
Tadi, ketika pedang ganda Mo dan pedang usang Raja Kegelapan Berdarah hampir melakukan tabrakan Mars-Bumi, pisau jenjang licik menyelinap ke belakang Mo dan menusuk dari punggung hingga tembus perut bawahnya.
"Satu tebasan, dua lubang!" Di perut depan dan punggung belakang masing-masing satu lubang. Saat Gao Leihua menarik kembali pedang putusannya, dua panah darah melesat ke langit!
"……" Semua orang membeku bagai patung batu. Beberapa orang yang hadir tak menyangka Gao Leihua akan menusuk dari belakang.
"Haha, terima kasih Guru." Hanya Raja Kegelapan Berdarah yang mengangkat kembali pisau rusaknya, tersenyum licik pada Lao Gao. Raja Kegelapan sendiri tahu: dari segi kekuatan serangan, tebasan ketiganya sudah mencapai puncak! Namun mengandung kelemahan fatal - terlalu berdarah dingin namun kurang lincah. Meski serangannya kuat, justru tak sepraktis tebasan kedua. Tadi Mo memanfaatkan kelincahan yang kurang dari serangan ketiga ini, membungkuk dan menabrak Raja Kegelapan, sementara belati pendeknya sudah menempel di tubuh sang Raja.
Untung Gao Leihua bertindak cepat. Jika tidak, saat ini tubuh Raja Kegelapan mungkin sudah memiliki empat lubang buatan Mo.
“Kau bajingan kotor.” Mo terengah-engah, tangannya menutupi erat lukanya. Meski Divine Body-nya memiliki kemampuan penyembuhan diri, tapi karena terluka oleh Putusan, perlu waktu untuk pulih sepenuhnya.
“Licik atau kotor, tak masalah. Asalkan orang-orangku tak cedera, aku tak ambil pusing.” Gao Leihua memandang Mo dengan tenang: “Bagiku, lebih baik kau yang terluka daripada Raja Kegelapan. Lagipula, dari awal tak ada yang bilang ini pertandingan satu lawan satu.”
Jika untuk melindungi orang terkait, apa salahnya bermain licik? Lao Gao sama sekali tidak peduli dengan ini.
“Sialan kau!” Mo menggertakkan giginya hingga berderik: “Dendam tusukan pisau ini akan kukenang. Seumur hidup takkan kulupakan bajingan sepertimu! Suatu hari, akan kubuatmu menderita!”
“Kau brengsek!” Gao Leihua tersenyum sinis, berkata: “Aku cuma menusukmu sekali, kau sudah marah seperti ini. Kenapa tak kau pikirkan apa yang telah kau lakukan sendiri? Dari awal sampai akhir, berapa banyak masalah yang kau timbulkan untukku. Membakar rumahku, mengirim orang menangkap putraku, menjebak ayah mertuaku dengan tipu daya. Sebenarnya, yang seharusnya marah adalah aku!”
“Kalau begitu, buat apa banyak bicara lagi?” Mo menggigit gigi berdiri, kedua tangan menggenggam erat dua belati pendek emas ungu: “Semua dendam kesumat, mari kita selesaikan di tempat ini!”
“Sesuai dengan keinginanku.” Lao Gao mata berapi-api, tangan kanannya menggenggam gagang pedang Putusan.
Melihat kedua orang yang sedang bersiap untuk serangan mendadak di tengah arena, Zeus·Cahaya di samping tak bisa menahan kekhawatiran.
“Haruskah kita membantu Gao Leihua?” Kata Zeus·Cahaya.
“Tenang, tak perlu kau membantunya.” Rhein·Charlie berkata pada Zeus.
“Di tempat yang tidak bisa menggunakan domain dan kekuatan mengerikan ini, dia pada dasarnya tak tertandingi.” Raja Kegelapan Berdarah meregangkan mulutnya, "Sialan, satu tebasan pisau legendaris Gao Leihua terukir dalam di relung jiwanya. Selama hidupnya, Raja Kegelapan Berdarah belum pernah melihat jurus pisau segarang ini!"
“Tempat ini, pada pondasi dasarnya adalah surga bagi bajingan ini.” Rhein·Charlie menyambung penjelasan.
Zeus·Cahaya mengelus dagunya, mengamati kedua orang di arena pertarungan dengan cermat.
“Huh! Orang kotor terkutuk, matilah kau!” Mo mengibaskan pedang ganda di tangannya, kilatan pedang membentuk hujan serangan. Seketika, postur tubuhnya berubah menjadi bayangan hitam yang muncul tiba-tiba di hadapan Gao Leihua.
Swoosh-swoosh! Belati pendek ungu-emas di tangan Mo menghujam seperti hujan deras ke arah Gao Leihua.
Kilatan logam ungu-emas bergerak luar biasa cepat, bahkan menyelimuti seluruh tubuh Gao Leihua. Belati pendek itu terus-menerus menghujam dengan keras ke dalam tubuhnya.
Senyum tipis mengembang di sudut bibir Mo.
"Hati beberapa orang yang menyaksikan pertarungan di samping hampir melompat ke tenggorokan, apalagi ketika melihat belati pendek menghujam tubuh Gao Leihua!"
Namun, senyum tipis di sudut bibir Mo segera menghilang.
"Sialan, ini bayangan samar!" Saat menebas, sama sekali tidak ada sensasi menusuk daging, Mo segera menyadari ini adalah bayangan samar yang terbentuk karena kecepatan Gao Leihua yang luar biasa!
Begitu menyadarinya, tanpa ragu Mo mengayunkan pisaunya ke arah belakang!
Ding ding! Bunyi jernih pedang dan pisau yang bertabrakan.
"Reaksimu cukup bagus." Gao Leihua berkata datar.
"Persetan dengan pujianmu! Pisau Bayangan Gelap·Lebah Penghancur!" Tubuh Mo berputar cepat, belati di tangannya berubah menjadi ribuan tawon kuning yang menghujam ke arah Gao Leihua.
"Hah!" Gao Leihua meneriak keras, menghadapi jurus puncak kesempurnaan Mo ini, ia hanya menggunakan satu tebasan pedang!
Satu kekuatan murni mengalahkan segala akal bulus.
Pisau Hukuman menghancurkan ribuan tawon itu dengan gaya tak terbantahkan, menyambar kepala Mo dengan momentum menghancurkan.
Ding ding ding ding! Serangkaian suara bagai logam beradu.
Mo menggunakan metode yang biasa dipakai untuk menyerang Raja Kegelapan Berdarah, berhasil menahan tusukan pisau Gao Leihua dengan dipaksakan.
"Raja Kegelapan, diam di samping dan lihat dengan jelas!" Gao Leihua tiba-tiba berseru.
"Siap, Guru!" Raja Kegelapan Berdarah refleks menjawab.
"Seandainya ada yang menggunakan metode seperti dia untuk menahan pisaumu di kemudian hari, kau cukup lakukan ini!" Gao Leihua tertawa keras. Saat Mo masih memutar tubuhnya menggunakan rotasi untuk menetralisir aliran pisau, kaki Gao Leihua maju selangkah persis menghadang kaki Mo!
Lalu, dengan gerakan mengangkat yang lembut!
Seluruh tubuh Mo pun terjatuh ke samping...
"Terkadang, segala hal sesederhana ini!" ujar Gao Leihua datar.
Dug! Ledakan dahsyat menggema saat tubuh Mo terjatuh ke lantai dengan berat, menggemakan gaung di sekelilingnya.
Seolah merespons suara Mo terjatuh, seluruh menara Babel tiba-tiba mengeluarkan dentuman keras. Menyusul kemudian, tubuh menara Babel mulai berguncang hebat.
"Sial, ada apa ini? Cuma menumbangkan putramu saja, kau tak perlu berlebihan seperti ini." Gao Leihua menggaruk kepala sambil bergumam. Lao Gao mengira guncangan ini terjadi karena dewa pencipta dunia tidak merestui.
"Apa yang terjadi?" Raja Kegelapan Berdarah bersuara keras.
"Menara berguncang hebat, mungkinkah..." Zeus·Cahaya berkerut kening: "Mungkinkah seseorang telah mencapai lantai terakhir Babel?"
"Kalau begitu kita juga harus segera bergerak!" Rhein·Charlie berkata.
……
Pada saat ini.
Satan·An membawa keping kunci itu, melesat melewati beberapa lantai awal Babel dengan kecepatan maksimal.
Karena tanpa beban pikiran dan tak ada yang menghambat langkahnya, pergerakannya luar biasa cepat. Hampir tak ada penghalang di Babel yang mampu menghentikan lajunya.
Jadi, jauh meninggalkan semua orang di belakang, Satan·An memasuki puncak tertinggi Menara Babel, yaitu lantai terakhir Menara Babel.
Namun saat berhadapan dengan lantai terakhir ini, Satan·An menghentikan langkahnya.
Yang muncul di hadapannya adalah ruang kehampaan. Ruang kosong dan kacau ini bagaikan dunia sebelum penciptaan, tidak ada apa-apa, bahkan sehelai energi pun tak tersisa.
Menghadapi ruang kosong ini, Satan·An tidak langsung menyelami masuk.
Ia dengan acuh mengambil sebongkah batu di sampingnya dan melemparkannya ke ruang hampa di depan.
Plak! Saat batu itu masuk ke ruang tersebut, tiba-tiba terurai menjadi partikel-partikel kecil tak terhitung.
Lalu seperti puzzle, batu itu terpecah dan tersusun ulang menjadi bentuk yang sama sekali berbeda.
Keringat dingin mengalir dari pelipis Satan·An. Kalau tadi yang masuk adalah manusia, perkiraanku yang masuk manusia akan keluar menjadi ampas daging!
"Memaksa masuk terlihat tidak mungkin, lalu bagaimana caranya masuk?" Satan·An kesal bukan main.
Kira-kira beberapa menit kemudian, dari ruang kehampaan tiba-tiba terdengar suara "tit"!
Batu yang tersusun tak karuan itu terpental keluar dari ruang kehampaan.
"Permainan selesai. Gagal merekonstruksi ulang tubuh dalam waktu yang disepakati. Tantangan dinyatakan kalah." Suara sintetis elektronik berbicara tanpa ekspresi.
Dug! Batu yang terpental itu diledakkan menjadi debu batu.
"Harus merekonstruksi tubuh sendiri? Gila!" Satan·An mengumpat geram.
"Tantangan gagal, peserta berikutnya." Suara samar itu kembali terdengar, sementara menara Babel seluruhnya mulai berguncang.
"Pantas mati! Apa aku harus terjun masuk juga?" Geramnya. Saat ini ia merasa dipermalukan hingga puncak. Padahal kunci itu masih tergenggam di tangannya, tapi ia tak tahu harus berbuat apa.
“Ketahuan si bajingan ini, di tempat ini, Houw houw! Dia di sini!” Saat An sedang resah, beberapa teriakan mencekam terdengar di belakang. Lalu Satan·An melihat sekelompok monster legendaris raksasa bergerak gila-gilaan menyambar ke arahnya.
“Bagus!” Satan·An tiba-tiba tertawa terbahak. Tatapannya pada para monster itu berubah lembut.
Yang pertama menyerbunya adalah seekor beruang raksasa yang berdiri seperti manusia.
“Satan·An, diam baik-baik dan serahkan kuncinya!” Teriak para monster sambil menyapu maju.
“Cuma kalian berani memintaku menyerahkan kunci? Suruh komandan besar kalian yang datang!” Satan·An tertawa terbahak.
Monster di barisan terdepan baru menyadari: komandan mereka ternyata telah menghilang.
Seketika, wajah para monster itu mulai memutih. Beruang raksasa yang paling cepat itu sudah berbalik mencoba kabur.
Tapi, sudah terlambat!
Satan·An menyambar beruang itu: "Sedang bingung harus bagaimana, kalian malah mengantarkan diri sendiri. Aku takkan sungkan!"
Usai bicara, Satan·An tanpa ragu melemparkan beruang raksasa itu ke dalam ruang hampa...
