Dewa pencipta dunia berjubah putih berjalan di depan menunjukkan jalan. Sepanjang perjalanan, semua jiwa-jiwa membuka jalan dengan tertib. Jiwa yang tak terhitung jumlahnya membuka jalan serempak, pemandangan ini sungguh megah. Seandainya semua jiwa ini diganti menjadi prajurit, gerakan teratur seperti ini pasti membuat semua jenderal termasyhur menjadi gila-gilaan.
Gao Leihua, Zeus, dan An bangkit mengikuti, ketiganya mengikuti dari belakang Dewa Pencipta.
Begitu meninggalkan hamparan rumput terapung itu, Gao Leihua langsung merasakan energi spiritual yang memenuhi ruang hampa. Setelah memperkirakan, Lao Gao berpikir jika berlatih di tempat ini, efisiensinya pasti berlipat ganda!
Dalam hati, Gao Leihua mulai merencanakan untuk bernegosiasi dengan Dewa Pencipta, agar sang dewa mau menyerahkan sebagian wilayah ini sebagai area latihan eksklusif untuk keturunannya kelak.
Setelah terbang cukup lama, akhirnya Dewa Pencipta berjubah putih yang memimpin jalan itu berhenti.
"Apakah kita sudah sampai?" tanya Gao Leihua saat melihat sang dewa berhenti.
"Hm, kita sampai." Dewa Pencipta berjubah putih mengangguk, menunjuk ke depan: "Wujud asli-Ku ada di sana."
Mengikuti arah jari sang dewa, Gao Leihua melihat sesosok pria paling besar yang melayang tenang. Di sekelilingnya tak ada satu jiwa pun - semua arwah telah menyerahkan wilayah kosong itu dengan sukarela.
Tubuh tinggi besar itu dengan tenang melayang di tengah "lahan kosong"——pusat seluruh ruang hampa.
Luasnya ruang hampa tak bertepi, mana mungkin menentukan pusatnya? Dengan mata telanjang, mustahil melihat letak pusat yang sebenarnya.
Tapi begitu Gao Leihua menyaksikan siluet raksasa yang melayang di angkasa, perasaan aneh menyergapnya. Tempat tubuh agung itu berdiam, tak lain adalah titik awal sekaligus poros sejati ruang hampa ini!
"Dia Dewa Pencipta yang sesungguhnya?" Gumam Gao Leihua tak kuasa menahan decak kagum.
Secara fisik, postur pria melayang itu persis sama dengan Dewa Pencipta berjubah putih. Hanya saja ukurannya sedikit lebih besar.
Namun dibanding sang Dewa berjubah putih, sosok di angkasa ini memancarkan "medan energi" khas penguasa multidimensi. Aura yang memaksa setiap makhluk untuk bersujud. Barulah ini pantas disebut aura Dewa Pencipta sejati, batin Lao Gao tersenyum licik.
"Dewa Pencipta yang sejati? Haha, ucapanmu cukup menghibur." Dewa Pencipta berjubah putih tertawa terbahak: "Ketiganya adalah aku, lalu apa bedanya asli dan palsu?"
"Hmm, aku selalu tak bisa memahami apa itu 'satu hati tiga tubuh' yang kau sebut. Maaf." Gao Leihua tersenyum malu. Dari awal sampai sekarang dia hanya menganggap Dewa Pencipta berjubah putih ini sebagai avatar. Karena konsep 'satu hati tiga tubuh' itu memang sulit dipahami.
"Tak apa, aku mengerti. Lagipula hal ini tidak bisa dipahami hanya dengan sekali penjelasan." Dewa Pencipta berjubah putih secara tak terduga "sangat pengertian".
"Terima kasih atas pengertianmu." Gao Leihua tersenyum licik, mengamati Dewa Pencipta yang melayang di tengah ruang hampa. Dia bisa merasakan kilatan-kilatan kecil kekuatan ilahi terus terlepas dari tubuh sang dewa dan menyatu dengan alam semesta: "Apa yang sedang dilakukan wujud aslimu?"
"Mempertahankan ruang ini, lalu dengan pasrah perlahan-lahan memperluasnya." Dewa Pencipta berjubah putih mengerutkan wajah dengan ekspresi menderita.
“Pasrah?” Gao Leihua bertanya: “Sepertinya ruang ini punya fungsi spesial?”
“Benar, seperti yang kau duga. Hehe, ruang ini dibuat untuk menampung jiwa-jiwa. Namun kini terlihat jelas, keputusan yang kuambil dulu adalah sebuah kesalahan.” Dewa Pencipta berjubah putih berkata: “Saat menciptakan Langit dan Bumi, aku tak banyak memikirkan tentang takdir akhir jiwa. Juga tak merencanakan cara mengelola jiwa-jiwa ini. Mungkin karena saat itu aku terlalu mengejar kesempurnaan dalam menciptakan dunia, hanya fokus pada pertimbangan arah kesempurnaan, namun lupa merancang tempat bagi jiwa-jiwa yang telah mati.”
Setelah jeda sejenak, Dewa Pencipta melanjutkan: “Kemudian, ketika jiwa-jiwa mati mulai bermunculan, aku pun bingung harus bagaimana. Akhirnya terpaksa menggunakan kekuatan Fundamental Alam Semesta untuk membuat ruang raksasa ini sebagai tempat sementara. Agar jiwa-jiwa itu punya persinggahan sementara. Sementara itu, tanpa henti aku merenungkan cara terbaik mengatur mereka.”
“Tapi sayangnya, bertahun-tahun telah berlalu, aku masih belum menemukan cara untuk mengatur jiwa-jiwa ini.” Suara Dewa Pencipta terdengar getir.
“Lalu sekarang, apakah kau sudah menemukan solusi untuk masalah ini?” tanya Gao Leihua.
Dewa Pencipta tersenyum pahit: “Tidak, aku belum menemukan metode yang sesuai dengan keinginanku.”
“Lalu untuk apa Zeus·Cahaya datang ke sini?” Pandangan Lao Gao beralih ke Zeus·Cahaya di sampingnya.
“Kedatanganku ke sini membuktikan bahwa Ayah belum menemukan solusi sempurna. Jadi kita harus memilih opsi terburuk,” jawab Zeus·Cahaya sambil menyambung pembicaraan.
“Bapa Dewa Pencipta, aku akan mendekat sekarang.” Zeus·Cahaya menghadap ke Dewa Pencipta Berjubah Putih.
“Mendekatlah.” Dewa Pencipta Berjubah Putih berbisik: “Waktu kita tidak banyak.”
“Baik, Ayah.” Zeus·Cahaya mengangguk mantap, lalu melangkah tegap menuju wujud asli Sang Bapa Dewa.
Satan·An terus menatap tajam saudara laki-lakinya. Dia merasa Zeus seolah tahu semua hal ini, sementara dirinya sama sekali tidak mengerti!
"Tunggu, Zeus." Satan·An menggenggam kerah baju sang kakak Zeus, meneriakkan: "Beritahu aku segalanya, aku ingin berhak tahu."
Zeus dengan lembut mengelus kepala Satan·An: "An, ini satu-satunya yang bisa dilakukan sebagai saudara." Menepuk membuka tangan sang adik, Zeus·Cahaya melangkah mantap menuju sang ayah di ruang hampa.
"Zeus, aku sangat tidak suka dirimu yang terlalu percaya diri, sudah dari dulu tidak suka. Kau tetap sama menyebalkan seperti dulu." Satan·An bersuara keras, sambil langsung berlari mengikuti Zeus·Cahaya: "Aku hanya tahu, yang bisa kau lakukan pasti juga bisa kulakukan, bahkan Selamanya lebih baik daripada kau."
"Keduanya sudah pergi." Gao Leihua memandang kedua saudara ini, berkata.
“Baiklah, tambah satu An, ini bisa membuatku lebih yakin.” Setelah An dan Zeus melewatinya. Dewa Pencipta berjubah putih menatap Gao Leihua, tiba-tiba tersenyum: “Halo, Saudara.”
“Hm?” Perubahan nada suara Dewa Pencipta Dunia ini membuat Gao Leihua tak nyaman.
“Saudara berasal dari dimensi lain, bukan?” Dewa Pencipta Dunia berbisik pelan.
“Kurasa Tuan lebih paham daripada aku.” Gao Leihua tertawa, mengingat sang penguasa tertinggi dimensi ini. “Kalau hal begini saja tak tahu, lebih baik tabrak kepala sampai mati!”
“Pasti banyak pertanyaan yang ingin kau ajukan padaku.” Dewa Pencipta Dunia berjubah putih tersenyum.
“Benar.” Gao Leihua menganggukkan kepala.
“Kau lihat sendiri, waktuku tak banyak lagi.” Dewa Pencipta Dunia berjubah putih tersenyum: “Cepatlah bertanya selagi masih ada waktu.”
“Hm, biarkan aku berpikir dulu.” Gao Leihua menggaruk kepala. Meski sebelumnya punya banyak pertanyaan, tapi melihat waktu sang dewa yang terbatas, ia bingung memilih yang terpenting.
Setelah berpikir sejenak, Lao Gao bertanya: "Mengingat kau juga tahu aku bukan dari dimensi ini, apakah kau punya cara untuk mengembalikanku?"
"Pulang? Apakah kau ingin kembali sekarang? Jika diperlukan, aku bisa mengantarmu segera. Kekuatanku yang tersisa hanya cukup untuk mengirimkanmu kembali." Dewa Pencipta berjubah putih merenung sejenak lalu berkata.
"Maksudmu hanya bisa mengirim aku sendiri?" Gao Leihua tentu tak mungkin setuju.
"Lalu apa keinginanmu?" Dewa Pencipta itu tersenyum getir.
"Aku ingin membawa seluruh keluargaku pulang bersama." Gao Leihua menjawab setelah berpikir. Paling tidak, saat ini dia tak rela berpisah dengan Jingxin dan anak-anaknya.
"Ini mungkin sudah tak mungkin lagi." Dewa Pencipta menghela napas, menatap Zeus dan An yang telah mencapai wujud asli: "Kekuatanku hampir habis. Hal yang harus kukerjakan selanjutnya membutuhkan energi besar. Bahkan untuk mengirimkanmu pun sudah sangat dipaksakan. Lagipula, waktuku sudah hampir habis."
"Apakah ada cara agar aku bisa membuka jalan ke dimensiku sendiri?" Gao Leihua bertanya.
Dewa Pencipta menggelengkan kepala: "Melintasi dimensi mustahil dilakukan kecuali kau menjadi penguasa sejati seluruh dimensi sepertiku."
Gao Leihua ragu-ragu, apakah benar-badi dia harus pulang dengan tangan hampa?
"Putuskan, mau pulang atau tidak." Dewa Pencipta berkata: "Waktuku tidak banyak."
Jika harus pulang tanpa membawa apapun, lebih baik tidak usah pulang. Gao Leihua saat ini sama sekali tidak mungkin meninggalkan Jingxin.
"Kalau begitu, bisakah setelah urusanmu selesai, kau mengantarku dan keluargaku ke dimensiku?" Gao Leihua mengajukan pilihan kedua.
"Ini... Aku juga tidak yakin." Dewa Pencipta tersenyum getir, menunjuk jiwa-jiwa tak terhingga di ruang hampa: "Lihatlah jiwa-jiwa ini. Karena dulu tidak mengatur dengan baik, aku hanya menyuruh Dewa Kematian dan Raja Kegelapan beserta dewa-dewa jiwa lainnya membawa mereka ke ruang hampa ini."
"Awalnya, kupikir sebelum jiwa makhluk ciptaanku memenuhi seluruh ruang ini, aku bisa menemukan solusi sempurna."
"Tapi yang tak kusangka, kalian manusia sialan sangat subur! Aku sama sekali meremehkan kemampuan reproduksimu." Dewa Pencipta tersenyum getir, bahkan melontarkan umpatan.
Dalam benak Gao Leihua tiba-tiba berkelebat empat aksara besar berkilauan emas——"Kontrol Kelahiran"
"Subur saja tidak masalah." Senyum Dewa Pencipta semakin pahit: "Kesuburan bukan masalah besar, tapi yang jadi masalah, kalian cepat berkembang biak sekaligus cepat mati! Perang tak terhitung membuat jiwa mengalir seperti air deras ke tempat ini."
"Awalnya kuperkirakan setidaknya butuh puluhan ribu tahun lagi untuk mencapai kapasitas maksimal, tapi ternyata sudah penuh sejak ribuan tahun lalu."
Kali ini, beberapa aksara besar kembali melintas dalam pikiran Gao Leihua——"Ingin damai, jangan perang."
Dewa pencipta dunia saat ini bagaikan seseorang yang menuangkan air pahit, sedangkan Gao Leihua menjadi pendengar pasif yang dituangi keluhan: "Saat ini, tanpa cara lain, aku hanya tersisa satu solusi terburuk. Menghancurkan jiwa-jiwa ini, memaksakan pemurnian mereka menjadi energi spiritual paling alamiah di antara Langit dan Bumi."
"Namun, ini bukan hasil yang kuinginkan. Lagipula, untuk menangani kumpulan jiwa ini, konsumsi kekuatan mengerikan yang kubutuhkan sungguh luar biasa. Jumlah jiwa di tempat ini sepenuhnya melampaui imajinasimu. Saat pertama kali menciptakan batch jiwa perdana, jumlahnya hanya sedikit, namun sudah membuatku benar-benar kelelahan. Memurnikan satu jiwa tidak lebih mudah daripada menciptakan jiwa baru. Diperkirakan setelah menyelesaikan hal ini, tanpa waktu 10 juta tahun, aku tak mungkin memindahkanmu kembali."
10 juta tahun? Gao Leihua mengeluarkan keringat dingin sebesar air terjun Gunung Lu saat mendengar ini.
“Puluhan juta tahun kemudian, buat apa mengembalikan omong kosong! Tulang belulang Gao Leihua saja belum tentu bisa ditemukan. Sekalipun dia bisa bertahan sampai saat itu dan kembali ke Bumi, segalanya telah berubah, sama sekali tak ada artinya lagi...”
Adakah cara untuk menyelesaikan masalah jiwa-jiwa ini? Gao Leihua merenungkan beberapa mitos dan legenda dari Bumi.
“Tunggu, Dewa Pencipta. Seandainya aku punya cara menangani kumpulan jiwa ini...” Suara Gao Leihua sengaja dipanjangkan, pandangannya berkedip penuh determinasi.
“Kau punya solusi?” Dewa Pencipta Dunia menatap Gao Leihua: “Jika benar kau punya cara, dan bisa menghemat konsumsi kekuatan mengerikanku, pasti akan kuantarkanmu pulang! Bahkan nanti, selain memulangkan, aku juga bertanggung jawab menjemputmu kembali. Bebas kau bolak-balik kapan saja!”
Kali ini, Sang Dewa Pencipta benar-benar mengeluarkan modal besar.
"Sebenarnya, semua jiwa ini adalah keturunan dari makhluk hidup yang Dia ciptakan. Jika ada cara untuk tidak memurnikan mereka, Dewa Pencipta pasti setuju sepenuhnya. Perlu diketahui, jika masalah takdir akhir jiwa tidak ditangani, ruang hampa ini sudah tidak mampu menampung begitu banyak jiwa. Nanti, jika jiwa-jiwa yang tak punya tempat tujuan kembali ke dunia manusia. Wuih, gadis kecil Dewi Arwah Penasaran itu pasti akan senang sampai gila."
"Tentu. Aku berasal dari dimensi lain. Dan di dimensi asalku, sudah sejak lama ada metode untuk mengatasi jiwa." Gao Leihua menganggukkan kepala. Saat ini bagaimanapun juga memperlakukan kuda mati seperti kuda hidup, Gao Leihua teringat konsep "bereinkarnasi" dalam agama Buddha.
"Benarkah?" Dewa Pencipta berseri-seri.
Sebenarnya, sejak lama Dewa Pencipta juga pernah berpikir apakah mungkin meminta penjelasan dari penguasa sejati dimensi lain tentang cara mereka menangani masalah jiwa. Sayangnya, keberadaan kuat seperti Dewa Pencipta jika sembarangan masuk ke dimensi lain hanya akan memicu pertempuran besar di seluruh dimensi. Dengan pasrah, Dewa Pencipta pun mengurungkan niatnya.
Saat ini, mendengar Gao Leihua ternyata tahu tentang masalah penanganan jiwa, Dewa Pencipta langsung bersukacita……
……
Di sisi lain, di pucuk pimpinan Menara Babel.
Menggunakan hukum waktu namun tetap tak bisa mengubah apapun, Bola-Bola mengeluarkan lengkingan naga penuh ketidakrelaan.
Syuush! Setelah lengkingan naga Bola-Bola, seluruh Menara Babel tak disangka mulai runtuh.
"Bahaya! Tempat ini akan hancur total, kami harus segera keluar!" Rhein·Charlie mengaum.
"Auuu!" Bola-Bola menggelengkan kepala dengan kuat. Di tangannya tergenggam gulungan lukisan Prinsip Penciptaan, sementara tangan satunya mencengkeram kotak terbelah dua dan Kunci Babel. Ia tak rela pergi. Setelah Gao Leihua masuk ke dalam berkas cahaya itu, hubungan antara Bola-Bola dengannya lenyap. Ini membuat Bola-Bola dilanda kegelisahan luar biasa.
"Bola-Bola, ayo keluar. Tempat ini akan roboh." Tangan You menepuk lembut tubuh Bola-Bola, berusaha menenangkannya.
Bola-Bola masih menggenggam erat gulungan lukisan itu, pandangannya tetap menatap kosong ke arah kotak tersebut.
Sembilan Neraka merangkak ke dekat telinga Bola-Bola: "Bola-Bola, mari keluar dulu. Daripada berdiam di sini, lebih baik kita cari kesempatan untuk membunuh Mo itu. Balas dendam untuk Ayah!"
Mo, balas dendam?!
Seketika, mata Bola-Bola memerah!
"Mengaum!" Dengan suara menggeram, Bola-Bola tak lagi bersikeras tinggal. Dengan cakarnya mengangkat Rhein·Charlie dan yang lain, dia menggetarkan sayapnya dan terbang tinggi.
Adapun manusia kucing rakun malang itu, telah menyelesaikan misinya dan ditinggalkan di antara reruntuhan...
……
Di sisi lain, Dewa Pencipta Dunia dan dua putranya sedang resah memikirkan masalah takdir akhir jiwa.
Sementara beberapa pihak masih berusaha menguasai kendali atas langit dan bumi di seluruh dunia.
Pada tahun 762 Kalender Benua Baru.
Tak terhitung monster legendaris di benua seolah dikendalikan, tiba-tiba melancarkan pemberontakan. Mereka menunjukkan kekuatan mengerikan pada manusia yang hanya memiliki 10 pejuang tingkat kesucian, sementara monster memiliki lebih dari 100 entitas super.
Seluruh benua tiba-tiba terjerumus dalam kepanikan.
Semua makhluk berkesadaran terus-menerus berdoa kepada Dewa Pelindung suku mereka sendiri.
Tapi sayangnya, Dewa yang mereka sembah juga menghadapi situasi yang tidak jauh lebih baik daripada mereka.
Di alam dewa, Mo membawa sekelompok makhluk campuran dewa dan iblis hasil modifikasi dari "Penjara Iblis", mulai melakukan penyapuan bersih di alam dewa!
Setelah melahap kekuatan mengerikan penciptaan dunia, Mo menjadi luar biasa perkasa. Tak ada satu pun di seluruh alam dewa yang bisa menahan serangannya.
Seluruh dunia terjerumus dalam kekacauan yang menyeluruh...
