"Sebenarnya mengenai hal ini, kalian semua tak perlu khawatir sama sekali." Dewi Kehidupan yang hatinya sudah lega setelah tahu suaminya baik-baik saja, berkata dengan nada ringan: "Gao Leihua, mengapa tak kalian pikirkan? Suamiku yang bisa mengantarmu pulang, pasti juga punya cara untuk membawamu kembali!"
"Glek!" Seketika semua orang seperti dibangunkan dari mimpi!
"Jika benar begitu, itu sungguh luar biasa." Gao Leihua terlihat bergetar, ini benar-benar solusi sempurna! Sempurna sekali.
Suasana di ruangan langsung berubah dari kesedihan menjadi sukacita.
Gao Leihua menerima kedua anak dari tangan Jingxin. Sejak detik ini, Lao Gao akhirnya bukan lagi ayah susu, melainkan benar-benar menjadi seorang ayah.
"Ayah." Yue Rui yang diam lama akhirnya tak tahan berseru.
"Hm?" Gao Leihua menatap putrinya.
"Aku, bisakah aku ikut ke tempat ayah besok?" Mata Yue Rui memancarkan kegelisahan.
"Dan aku juga." Gao Youmeng alias Jiu You dan Mengsi menyembulkan kepala.
"Aku juga sama." Manusia setengah naga Xiao Jin Sha'er menggigit empeng sambil berisyarat takkan meninggalkan "Ibuayah"-nya.
Mata Xiao Lu Dongfa menatap erat tubuh putri Gao Leihua, Gao Yanyan yang sedang digendong. Dia masih ingat perkataan Gao Leihua bahwa adik kecil ini sudah ditunjuk sebagai kandidat resmi...
Bola-Bola mengeluarkan suara "Hmph", menegaskan agar dirinya tidak dilupakan.
Jika Bola-Bola pergi, Xiao Yin sang Naga Perak yang secara nominal menjadi tunangannya tentu akan memilih untuk ikut.
Saat itu, Bayi kristalisasi Dewi Arwah dan Rhein·Charlie Dewa Hewan mengeluarkan kepalanya hendak berbicara, namun segera ditepuk lembut oleh Gao Leihua: "Sayang, tinggallah di sini."
Setelah menoleh memandang Dewi Arwah dan Rhein·Charlie, Bayi akhirnya mengangguk pasrah.
"Juga Shajia dan Yue Shi." Gao Leihua memandang kedua putranya: "Kalian berdua tetap di sini."
"Ayah!" Kedua putra itu langsung protes.
"Kalian sudah berumah tangga." Kata Gao Leihua: "Akar kalian, ada di tempat ini."
"Tapi..." Keduanya masih ingin membantah.
"Tak ada 'tapi'. Ayah bukan pergi selamanya. Paling-paling setiap bulan Ayah kembali sekali." Gao Leihua berkasih.
Seketika, tatapan penuh keluhan tertuju pada Gao Leihua. Dari Raja Lautan, Jingyin sang mertua perempuan, kedua putra mereka, si Bayi, bahkan Rhein·Charlie pun ikut melirik.
"Baiklah, bagaimana jika aku kembali seminggu sekali?" kata Lao Gao.
Setelah mewanti-wanti semuanya, akhirnya ditetapkan kandidat pertama yang akan ikut Gao Leihua kembali ke Bumi.
"Ngomong-ngomong Dewi Kehidupan, urusan di dunia Dewa sudah kuselesaikan. Dia kuserahkan padamu." Gao Leihua melambaikan tangan. Bola-Bola menggerakkan cakarnya, membuka portal dimensi.
Dua siluet samar yang tertekan titik akupuntur terjatuh dari ruang itu.
Mereka adalah Mo dan Burung Phoenix Felli.
"Ah..." Dewi Kehidupan menggelengkan kepala perlahan, memandang putra ketiganya. "Baik, Mo akan kuterima. Felli tetap kau bawa saja. Besok pergilah ke Pulau An Ye, biarkan dia yang memandu."
Gao Leihua mengangguk.
……
Keesokan harinya, Gao Leihua membawa seluruh keluarganya dengan megah menuju Pulau An Ye di antara Tujuh Pulau Lautan.
Utamanya untuk melihat Komandan Besar Monster Legendaris "Xiao Jin" dan menangani masalah kelangsungan hidup para monster.
Maksud dewa pencipta dunia cukup sederhana: Saat menerapkan [Enam Jalan Samsara], mereka sekalian menciptakan sebuah benua tambahan.
Tempat itu akan sangat cocok untuk kelangsungan hidup para monster.
Di bawah pimpinan Burung Phoenix Felli, Gao Leihua dan rombongan sampai di "Pulau An Ye".
"Ini, adalah Pulau An Ye!" Setelah mencapai tujuan, Gao Leihua terkejut hingga tak bisa berkata-kata.
Seandainya bukan Felli yang menunjukkan jalan, Lao Gao pasti mengira dirinya sedang diperdaya.
Yang disebut markas besar monster legendaris Pulau An Ye ini ternyata adalah pulau raksasa tempat Gao Leihua selamat saat pertama kali datang ke dunia ini.
Dulu, Gao Leihua hanya tahu koordinat pulau ini, sama sekali tidak menyangka bahwa "Pulau An Ye" ternyata adalah pulau tersebut.
"Benar, inilah Pulau An Ye dari Tujuh Pulau Luar Negeri." Felli berubah wujud manusia dan berdiam dengan tenang di sisi Gao Leihua.
"Ini benar-benar di luar dugaan saya," kata Gao Leihua.
“Ini mungkin juga yang kau sebut sebagai ‘takdir’, Lei.” Jing Xin bersandar pada Gao Leihua, berbisik pelan.
“Ya. Takdir. Kehidupan di dunia lainku dimulai dari sini, dan akan berakhir di sini juga.” Gao Leihua menghela nafas, tak menyangka pulau ini menjadi titik awal Lao Gao di dunia lain, sekaligus titik akhir Gao Leihua di dunia ini.
Dengan lembut memeluk erat Jing Xin, berbeda dengan keterpurukan sebelumnya, kali ini Gao Leihua menginjakkan kaki ke pulau kecil ini dengan aroma seorang penakluk.
Pemimpin monster legendaris "Xiao Jin" telah lama menunggu kedatangan Gao Leihua di Pulau An Ye.
Ketika Xiao Jin melihat Komandan Besar Monster Legendaris Burung Phoenix Felli membawa Gao Leihua, raut wajahnya menunjukkan keraguan.
“Kau adalah Xiao Jin?” Gao Leihua menatap lurus ke depan, memandang pahlawan berambut emas di hadapannya.
“Bapa Dewa Pencipta yang agung, hamba adalah Xiao Jin.” Dengan mudah merasakan aura berwibawa dari tubuh Gao Leihua, Xiao Jin bersujud di tanah, bahkan tak berani mengangkat kepala.
“Tentang alasan pemberontakan monster legendaris, aku juga sudah mendengar penjelasan Felli.” Di wajah Gao Leihua terpancar senyuman penuh misteri namun tetap berwibawa: “Utamanya, monster-monster tidak rela diperlakukan seperti binatang buas.”
“Bapa Dewa Pencipta, ampunilah pelanggaran kami. Tapi kami monster juga memiliki kesadaran, kami jelas bukan binatang biasa.” Xiao Jin tetap bersujud di tanah, berbisik pelan.
“Secara keseluruhan, ini bukan kesalahan siapa-siapa.” Gao Leihua melambaikan tangan: “Berdirilah. Selanjutnya Felli akan memimpin semua monster kalian menuju benua yang khusus kami rancang untuk kelangsungan hidup ras monster.”
“Terima kasih Bapa Dewa Pencipta.” Ekspresi bersemangat di wajah Xiao Jin dan sekelompok monster di belakangnya sulit diungkapkan dengan kata-kata.
“Dengan begini, urusan monster sudah terselesaikan. Misi kami di tempat ini juga telah rampung.” Gao Leihua menatap ke langit.
“Terima kasih.” Felli berbisik di samping Gao Leihua.
“Kau berkhianat padaku, tapi aku tak punya hati padamu.” Gao Leihua menepuk bahu pria tampan itu: “Bawa monster-monster ini hidup dengan baik.”
Saat akan meninggalkan dunia ini, tiba-tiba Gao Leihua merasakan makna pepatah "ucapan orang yang hampir mati pasti mengandung kebajikan".
Ptui ptui, semoga rezeki lancar! Lao Gao meludah sekali, ini cuma pindah ke dunia lain, bukan mau mati.
Jingxin memapah Gao Leihua sambil menggendong cangkang telur kristal di pelukannya. Cangkang ini bagai tempat persemaian bawaan lahir yang nyaman untuk dua bocah kecil yang baru lahir tidur di dalamnya.
Gao Leihua menutup matanya, mulai berkomunikasi dengan dewa pencipta dunia.
Beberapa saat kemudian, wujud dewa pencipta dunia berbentuk jubah putih muncul di hadapan Gao Leihua. Tapi ini hanya ilusi belaka, mengingat sang dewa pencipta nyaris tak menyisakan kekuatan mengerikan.
"Gao, efisiensi kerjamu benar-benar tak terbantahkan!" Ujar dewa pencipta sambil mengacungkan ibu jari begitu muncul.
"Terlalu memuji, terlalu memuji." Gao Leihua tersenyum licik, dalam hatinya mengumpat dalam hati. Dasar sialan, kalau bukan karena buru-buru pulang, mana mungkin ada efisiensi seperti ini?
"Beritahu aku cara untuk kembali." kata Gao Leihua.
Dewa pencipta dunia juga tidak bertele-tele.
"Melintasi dua dimensi, itu adalah kemampuan dasar seorang penguasa dimensi." Dewa pencipta dunia tersenyum memandang Gao Leihua: "Asalkan tahu nama dimensi lain, kau bisa melintas melalui prinsip ruang dan waktu."
"Sesederhana itu?" Gigi Gao Leihua mengerat, sudah muncul keinginan untuk mengoyak-ngoyak dewa pencipta dunia ini di hadapannya.
"Sebenarnya, yang terpenting bukanlah hal ini." Dewa pencipta dunia berkata: "Masalah terbesar adalah, jika pencipta suatu dimensi memasuki dimensi lain secara sembarangan, itu akan memicu perang antar dimensi."
"Kalau aku kembali, juga akan menyebabkan perang dimensi?" tanya Gao Leihua.
“Krek, kau akan memicu perang sehelai bulu.” Dewa Pencipta tiba-tiba tertawa nyaring. “Kau memang asli dari dimensi itu. Jika pulang, mungkinkah dewa-dewa di sana berani mengejarmu untuk menghajarmu?”
“Ah, hajar aku? Sialan! Nanti jika mereka berani menyerang, akan kuperlihatkan bahwa darah dewa juga merah Braak!” Gao Leihua menyeringai dingin.
“Krek, luar biasa. Jika nanti perang dengan dimensi itu pecah, akan kukerahkan semua dewa untuk membelamu.” Dewa Pencipta tersenyum sinis berulang kali.
“Ngomong-ngomong, bagaimana jika aku ingin kembali lagi?” Tanya Gao Leihua lagi, masalah ini sangat krusial.
“Kau masih ingin kembali?” Dewa Pencipta bertanya.
“Tentu saja.”
“Gampang. Saat ingin kembali, panggil saja nama asli dimensi ini.” Jawab Dewa Pencipta.
“Nama asli? Apa nama asli dimensi ini?”
“Legenda Ksatria Suci!” Sahut Dewa Pencipta. “Nama sejati dunia ini adalah ‘Legenda Ksatria Suci’!”
“……”
Braak! Braak!... Gao Leihua yang dijuluki takkan pernah tumbang, akhirnya runtuh...
……
"Wahai peri dimensi, aku Gao Leihua sebagai Penguasa Dimensi, memanggil nama rahasia dimensi nun jauh di sana——'Bumi'"
Di bawah bimbingan Dewa Pencipta Dunia, Gao Leihua membuka jalur menuju dimensi lain.
Di langit, awan gelap berputar-putar, sebuah lubang cacing hitam perlahan terbentuk.
Kelompok Gao Leihua terkepung di dalam lubang cacing...
Setelah waktu yang lama, ketika Gao Leihua kembali membuka matanya, sinar matahari yang menyilaukan menerpa matanya. Gao Leihua mengangkat tangan menghalangi cahaya. Satu matahari. Gao Leihua melihat sang surya di udara.
Hanya ada satu matahari, tak seperti benua di dunia lain yang memiliki banyak. Di tempat ini, adalah Bumi.
Dia, Gao Leihua, telah kembali!
Gedung-gedung yang menjulang tinggi ke awan yang familiar itu, serta pesawat-pesawat kecil yang sesekali melintas di cakrawala.
"Jingxin, Jingxin." Pada detik berikutnya, Gao Leihua cepat-cepat menoleh ke belakang, mencari sosok menakjubkan dalam hatinya. Yang paling ditakuti Lao Gao adalah perjalanan ke dunia lain hanyalah mimpi.
Saat Gao Leihua panik, sepasang lengan ramping menyangga lengan perkasanya.
Gao Leihua memeluk Jingxin erat-erat dalam dekapan. Dewa Pencipta di atas, syukurlah semua ini bukan mimpi!
Di belakang pasangan suami istri ini, beberapa anak Gao Leihua sudah terkejut sampai tak bisa berkata-kata. Inikah tempat dimana ayah mereka dulu tinggal?
"Lei, tempat apa ini?" Jingxin menggenggam tangan Gao Leihua, mengamati benda-benda asing yang belum pernah dilihatnya.
Baru sekarang Gao Leihua mengamati sekelilingnya dengan cermat. Setahun tak kembali, seolah tak banyak perubahan.
Keberuntungan Gao Leihua jelas sangat baik!
Tempat ini adalah sebuah sekolah yang tidak jauh dari rumah Yuxin.
Gao Leihua masih memiliki kesan tentang tempat ini. Dulu Xiao Li'er pernah dalam pelukannya, menunjuk sekolah ini sambil berkata ingin bersekolah di sini...
“Sekolah di dekat rumah Yuxin.” Gao Leihua berbisik pelan menjelaskan pada Jingxin. Tentang hal Yuxin, Gao Leihua hanya bercerita pada Jingxin seorang diri.
“Lei, maukah kau mengunjungi 'Yuxin' itu?” Jingxin bertanya dengan suara tenang.
Namun Gao Leihua menangkap aroma kecut dalam nada bicara Jingxin. Rupanya sosok sempurna seperti Jingxin pun memiliki sisi feminin yang posesif.
Lao Gao tertawa licik, perlahan menyantap bibir merah lembut Jingxin.
“Kebahagiaan harus digenggam, bukan begitu, Jingxin.” Lao Gao meremas tangan Jingxin erat-erat.
Siapa yang menggenggam, dialah pemilik kebahagiaan. Jika kau tak menggenggamnya, kebahagiaan akan terlepas dari genggamanmu.
Kebahagiaan takkan selamanya menunggumu. Jika tak proaktif, kau akan kehilangannya. Gao Leihua proaktif, tapi Yuxin tidak...
Dring-dring... Bel istirahat sekolah berbunyi, memutus ciuman basah Gao Leihua dan Jingxin.
Siswa-siswa di sekolah mengalir keluar seperti aliran air.
Dari kejauhan, Gao Leihua melihat siluet samar berpostur tubuh mungil sedang berlari keluar dari akademi.
Siluet yang terasa familiar.
Sudah berapa lama tak bertemu? Li'er yang tak disangka sudah tumbuh sebesar ini.
Gao Leihua masih mengingat gadis kecil yang dulu suka merengek di pelukannya. Dia selalu senang memanjat pangkuan Gao Leihua untuk mendengarkan cerita-cerita seperti mimpi yang diceritakannya.
"Apakah ini anak dari Ayah sebelumnya? Yang sama seperti kami?" Yue Rui berdiri di belakang Gao Leihua, bertanya berbisik: "Gadis yang sangat manis ya."
"Apakah itu Xiao Li'er?" Jing Xin menggenggam tangan Gao Leihua, bertanya pelan.
"Hm. Benar, dia telah tumbuh sebesar ini." Saat melihat Xiao Li'er, Gao Leihua memperlihatkan senyuman hangat yang memancarkan kebahagiaan.
Setelah berlari keluar dari pintu gerbang kampus, Li'er seketika terdiam.
Di tepi lapak kecil yang jauh, siluet samar yang familiar berdiri tegak di sana. Persis seperti mimpi di malam-malam tak terhitung, bagai seorang Ayah yang bertanggung jawab menunggu anaknya pulang sekolah.
Meskipun posturnya tidak besar, dia seperti menopang seluruh dunia Xiao Li’er.
"Li’er, ada apa?" Seorang gadis kecil di sampingnya bertanya.
Sudut bibir Li’er perlahan-lahan bergetar, tampaknya akan menangis.
"Ayah, gadis itu..." Yue Rui berbisik pelan, melihat gadis itu membuat dadanya sesak.
Jingxin menyentuh lembut lengan Gao Leihua. Perempuan lain tetaplah perempuan lain. Tapi urusan anak adalah urusan tersendiri.
Gao Leihua merapikan jubah pendekarnya yang putih bersih, dengan Bola-Bola berkilauan di atas kepala, melangkah mantap mendekati Xiao Li’er.
Waah!! Xiao Li’er tak lagi bisa menahan diri, sudut bibirnya bergetar dan tangisan pun meledak...
Gadis kecil di sebelah Xiao Li'er memandang bingung ke arah kakak laki-laki yang berjalan mendekat.
Tubuhnya mengenakan baju aneh, rambutnya pun sudah memutih. Tapi tak bisa disangkal, kakak laki-laki yang sangat keren ini.
Justru kakak tampan inilah yang membuat teman baik Li'er menangis. Ngomong-ngomong, mengapa tiba-tiba Li'er menangis?
"Li'er." Gao Leihua membungkukkan badan, menggendong lembut gadis kecil itu ke dalam pelukan. Telapak tangannya yang besar menghapus butiran air mata di pipi sang gadis.
Li'er seperti sedang bermimpi, air matanya deras mengalir tak terbendung.
"Ayah!" Li'er memeluk erat Gao Leihua sambil memanggil berulang kali.
Ayah? Teman sekelas Li'er serentak memandang Gao Leihua.
Masih muda begini sudah jadi ayah?
Lagipula, bukankah Li'er tidak punya ayah?
“Jangan menangis, jangan menangis, Li'er yang baik. Kalau terus menangis nanti jadi tidak cantik.” Gao Leihua dengan lembut menepuk punggung Xiao Li'er, sementara Bola-Bola di atas kepala mengulurkan kaki depan pendeknya untuk mengusap air mata gadis kecil itu...
……
“Ibu, Papa Gao Leihua sudah pulang!” Li'er seperti angin puyuh melesat masuk ke dalam rumah.
Rumah itu masih sama persis seperti dulu.
Setelah kepergian Gao Leihua, anggota kelompok yang dulu berjanji setia tetap memegang teguh komitmen terakhir mereka, dengan tabah menjaga sepetak tanah seluas tiga fen ini.
Mereka bergiliran berjaga di tempat ini, tak pernah sekalipun meninggalkannya.
“Kakak... Kakak Lei!!” Si gemuk yang bertugas berjaga hari ini melihat siluet samar Gao Leihua dari kejauhan. Dengan kasar ia mengusap-usap matanya, takut ini hanya halusinasinya semata.
“Sialan, benarkah ini kau Kakak Lei?” Si gemuk meneriakkan kalimat itu sementara tubuh obesitasnya melayang seperti seekor burung layang-layang mendekat.
“Kalian semua sudah bekerja keras.” Gao Leihua melangkah maju, menepuk bahu si gemuk dengan erat.
“Kakak Lei, akhirnya kau kembali. Aku sempat mengira kau sudah tidak hadir.” Rongga mata si gemuk dipenuhi uap air, namun ditahan kuat-kuat dengan keras kepala.
“Ya. Aku kembali, kembali. Tenang, nyawaku selalu sekeras ini.” Gao Leihua menepuk lembut si gemuk. Saudara-saudara seperjuangan ini, benar-benar berjuang hidup-mati bersama.
“Kakak Lei, sejak kau kembali, bagaimana dengan gerombolan si tua itu?” Kilatan dingin melintas di mata si gemuk, sudut bibirnya memperlihatkan senyum sinis tipis.
“Tentu saja.” Gao Leihua juga menunjukkan senyum licik yang hanya dimengerti kelompok ini: “Selama aku belum mati, mereka sendiri sudah tahu akhirnya. Aku Gao Leihua bukan Bodhisattva berhati baik.”
“Aku akan segera memanggil semua saudara, malam ini tinggal menunggu perintahmu.” Si gemuk tersenyum licik: “Kami semua tidak takut, asal bisa membalas dendam untuk Kakak Lei, kami rela!”
“Tenanglah.” Gao Leihua menepuk bahu si gemuk: “Selama aku ada, meski harus menghabisi gerombolan si tua ini, siapa berani mengoceh omong kosong!”
Gao Leihua tersenyum jahat, jangan lupa, bahkan sampai ke Bumi, Gao Leihua tetaplah Dewa!
"Kak Lei, aku segera memanggil kembali saudara, kau tunggu sebentar!" Sudut mata si gemuk menatap sekilas sang kecantikan yang masih memesona keluar dari dalam rumah.
Setelah menepuk Gao Leihua, si gemuk menghilang dari pandangan semua orang dengan kecepatan luar biasa.
Bersamaan, beberapa cahaya api indah bermunculan di berbagai sudut kota. Ini adalah sinyal si gemuk mengumpulkan saudara-saudara.
Cahaya senja hari ini sangat indah, merah yang menggoda. Malam ini ditakdirkan menjadi malam tanpa tidur...
Di pintu masuk, dengan tuntunan Xiao Li'er, siluet samar Yuxin yang familiar muncul di pintu.
Yuxin memandang erat Gao Leihua.
Gao Leihua telah berubah, tampaknya tidak hanya tidak menua, malah terlihat lebih muda. Ditambah rambut putih pucatnya, semua ini menceritakan bahwa hari-hari ketika Gao Leihua menghilang tidaklah biasa.
Yang terpenting adalah perempuan di sisi Gao Leihua, dengan rambut biru panjang dan mata yang dalam seperti lautan.
Ada juga aura yang melampaui batas kefanaan itu.
Sepertinya, hanya wanita seperti itu yang layak untuk Gao Leihua.
Akhirnya, mata Yuxin tertuju pada Gao Leihua dan anak di pelukan wanita itu.
Yuxin seketika memahami segalanya.
“Lei, kau datang.” Yuxin berbisik pelan, sudut bibirnya memperlihatkan senyum tipis, kebahagiaan tulus atas kepulangan Gao Leihua.
Kebahagiaan ini membutuhkan seseorang untuk memegangnya.
Yuxin tahu dirinya tidak berhasil memegangnya.
Gao Leihua telah memberi Yuxin kesempatan tak terhitung kali, Yuxin tahu. Tapi dia tak bisa melepaskan.
Seandainya, beberapa tahun lalu Yuxin bisa lebih legowo, melepaskan identitasnya, dan menerima Gao Leihua. Apakah Gao Leihua masih akan menjalankan misi mematikan itu?
Jika saat itu Yuxin menerima Gao Leihua, dia bisa mengatakan dengan yakin, dirinya pasti tak akan pernah lagi mengurusi misi para pria tua itu. Begitulah sosok Gao Leihua.
Sayangnya, saat itu Yuxin tidak menerima Gao Leihua.
Xiao Li'er seolah juga merasakan sesuatu, berdiri di antara Gao Leihua dan Yuxin, menggenggam tangan ibunya, sementara tangan satunya menjulur ingin meraih tangan Gao Leihua.
"Akulah yang tidak bisa mempertahankan kebahagiaan." Yuxin menghela napas: "Tidakkah kau mau masuk dan duduk sebentar, Lei?"
"Hah, Yuxin, aku kembali hidup-hidup. Itu, hehe, apakah kau masih mau menerimaku seperti dulu?" Gao Leihua tersenyum penuh misteri: "Menerima ayah susu seperti aku yang membawa seluruh keluarga tapi tak punya tempat tinggal..."
