Saat kembali ke paviliun kecil, hujan lebat akhirnya berhenti.
Dia terjatuh di bahunya, latihan sekeras apapun di masa lalu tak pernah membuatnya selelah ini. Seluruh tubuhnya lemas, hampir tertidur. Kalau bukan karena dia terus memeluknya, pasti dia sudah terpeleset jatuh.
Dia membantunya mengganti pakaian, namun di tengah prosesnya dia kembali ingin menciumnya. Aura kerusuhan setan masih tersisa di tubuhnya, sorot matanya semakin tidak jelas saat memandangnya, napasnya memanas hingga hampir menyentuh bibirnya——
Dia berkata dengan kesal: "Pusing."
Dia menekan kepala pria itu menjauh.
Saat aura setan iblis ini mengamuk, sama sekali tidak rasional, mengamuk hingga mengerikan.
Dengan mata terpejam dan gerakan kasar, dia mendorongnya sambil marah:
"Nantinya lebih baik kau bersembunyi sendiri, aku takkan peduli lagi!"
Iblis ini tiba-tiba berubah gaya seperti raja gunung, menekuk lutut sambil bersandar di tepi ranjang, berkata dengan sangat penipu:
"Tidak, Aku ubah keputusan."
"Aku tiba-tiba merasa mengamuk bukanlah perbuatan buruk."
"Setiap kali mengamuk nanti, Aku akan mencarimu."
Sui: "......"
Langka sekali dia memutar matanya.
Beberapa saat kemudian dia bertanya: "Masihkah kau bertengkar denganku?"
Penguasa Iblis itu bagaikan binatang buas yang sudah kenyang, berkata dengan malas-malasan: "Aku yang agung ini murah hati, kapan Aku pernah bertengkar denganmu?"
Dalam hati perempuan itu bergumam: Lalu siapa itu yang tiap hari berbicara dengan nada sinis, sambil menutupi dada dan muntah darah?
Bukan main, semakin dia mengabaikannya, semakin si iblis mendekat dan menggesekkan tubuhnya. Sekilas, dia dan kucing belang itu saling memahami tanpa perlu kata-kata, ingin sekali menampar si manja ini hingga terlempar keluar.
Alhasil, tangan besar itu dengan kikuk sampai ke pelipisnya.
Rasa lelah menerpa, tak disangka perempuan itu perlahan tertidur.
Setelah terbangun, dilihatnya si iblis itu setia menjaganya, malas-malasan membalik halaman buku, sesekali meliriknya.
Perempuan itu akhirnya mengambil tekad bulat, beberapa saat lamanya baru berkata: "Yan Yan, panggilkan Dewa Kegelapan kemari."
Seketika dia langsung memicingkan mata phoenix-nya dengan berbahaya.
Dia berkata, “Aku ada hal yang harus kutanyakan padanya.”
Makhluk iblis ini langsung menampakkan wajah iri: "Tanya hamba juga sama saja."
Dia berpikir: Tanya orang licik yang manja dengan tanya Dewa Kegelapan, bisa sama?
Dia bersikukuh, lalu sorot mata makhluk ini berubah warna, Dia berkata: "Cari hamba ada urusan apa?"
Dia marah: "Yan Yan, matamu ganti warna, lalu aku tidak bisa mengenalimu lagi?!"
Makhluk ini langsung melototinya, dengan enggan memejamkan mata.
Lama kemudian, Dia kembali membuka mata, aura keseluruhan dirinya sudah berubah.
Dia mengamatinya sebentar.
Dewa Kegelapan: "Ini hamba."
Dewa Kegelapan: Bukan si licik tak berguna yang manja itu.
Dewa Kegelapan kembali ke wujudnya di Jalur Asura.
Dia mengingat-ingat kejadian belakangan ini, larut dalam lamunan.
Saat Dewa Kegelapan menganggap dirinya sebagai "Yan Xueyi", hasil dari membiarkan emosi menguasai adalah berubah menjadi anjing kecil yang manja; tidak rasional saja sudah parah, malah pura-pura sakit, masak Dewa Kegelapan yang terhormat bisa melakukan hal seperti ini!
Dewa Kegelapan sebelumnya sudah sangat kesal, mengapa waktu itu tidak memukul mati Takdir itu?
Kini alasan telah ditemukan, pasti karena "Yan Xueyi".
Dewa Kegelapan langsung ingin memukul mati "Yan Xueyi", tapi setelah dipikir itu kan dirinya sendiri, mana mungkin bunuh diri.
Sorot mata merah keemasannya tak menyiratkan emosi, memandanginya dengan tenang.
Maka tak ada yang menyangka, sebenarnya Dewa Kegelapan sedang berpikir:
Apakah selama reinkarnasi bertahun-tahun ini, garis keturunanku tercampur darah serigala atau herder?
Zhao Jin Sui berkata dengan serius: "Ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu."
"Kau seharusnya... sudah mengetahui tentang kehidupan sebelumnya."
Tapi Dewa Kegelapan malah menyatukan tangan di belakang, mendekati jeruji paviliun, berkata: "Hamba tahu, hamba telah mengalaminya."
Dia sedikit terkejut, baru bertanya setelah beberapa saat:
“Ada satu hal yang tak pernah kumengerti. Katamu setelah kembali ke posisi semula akan menebas tujuh perasaan dan enam keinginan, mengapa masih ingat padaku?”
Inilah tujuan dia memanggilnya keluar. Selalu terasa baginya, Dewa Kegelapan yang telah kembali ke posisinya di kehidupan sebelumnya, masih memiliki perasaan padanya. Hanya setelah memastikan hal ini, dia bisa memaparkan seluruh kisah Batu Tian.
Dewa Kegelapan berkata: “Takdir, kau terlalu banyak bicara.”
Dia menjawab: “Dewa Kegelapan, saat jadi Yan Yan kau lebih cerewet dariku, tapi kutahan semua.”
Dewa Kegelapan: “……”
Ucapannya masuk akal. Saat menjadi Yan Yan, dia memang sangat manja. Dewa Kegelapan bahkan merasa dirinya agak menyebalkan.
Dewa Kegelapan menjawab: “Hamba tak tahu mengapa.”
Dia bertanya: “Lalu di kehidupan lalu, mengapa kau menangis di depan makamku?”
Sorot mata Dewa Kegelapan tak berubah. Dia tetap berdiri di tepi jeruji, membisu cukup lama.
Lama kemudian, baru berkata:
“Hamba tak tahu.”
“Hanya melihatmu mati, agak sakit.”
……
Dia sunyi untuk waktu yang lama.
Dalam angin malam yang lembap, keduanya tidak berbicara.
Dulu ia mengira Yan Yan adalah Yan Yan, Dewa Kegelapan adalah Dewa Kegelapan, bagaikan dua garis yang terpisah jelas. Tapi tiba-tiba ia menyadari pengaruhnya terhadap Dewa Kegelapan mungkin melebihi bayangannya.
Setelah lama terdiam, dia tiba-tiba berjalan mendekat dan memeluknya erat.
Dewa Kegelapan berkata: "Hamba bukan Yan Yan-mu."
Dia tersenyum: "Aku tahu. Aku membohonginya, memelukmu sebentar."
Dewa Kegelapan: "......"
Namun entah mengapa, dia juga tidak mendorongnya pergi.
Dewa Kegelapan berpikir: "Benar juga, hamba adalah Dewa Kegelapan, heroik, jauh lebih baik daripada 'Yan Yan' itu, seharusnya dia lebih menyukaiku, bukan?"
Dewa Kegelapan kembali berpikir: "Takdir yang licik, apa ini caramu agar hamba menjadi lembut setelah kembali ke posisi semula?"
“Lama kemudian, Dewa Kegelapan mengulurkan tangan, kilauan cahaya bintang keemasan muncul di tangannya, akhirnya berubah menjadi sebuah bola kecil bening keemasan yang indah, di dalamnya terdapat aura hitam setan, mirip seperti pasir.”
Dewa Kegelapan berkata: “Saat pasir hitam memenuhi seluruh bola kecil itu, itulah waktu hamba kembali ke posisi semula.”
“Pada saat itu, jika aura setan telah meluas di antara Langit dan Bumi sementara takdir masih absen, melenyapkan dunia akan menjadi tugas suci hamba. Hamba tidak akan melembutkan hati padamu, apalagi berbicara intim sepertimu hari ini.”
Dewa Kegelapan berkata dingin: “Jangan menyimpan sedikit pun psikologis beruntung. Saat itu datang, jangan sekali-kali mendekati hamba, kau paham?”
Dia mengerti maksudnya: Begitu kembali ke posisi, Dewa Kegelapan akan menjadi perwujudan chaos dan pembunuhan.
Dia menggenggam bola kecil keemasan bening itu. Pasir hitam itu telah memenuhi separuh bola.
Butir-butir pasir hitam yang berjatuhan perlahan itu bagaikan hitung mundur.
Dewa Kegelapan menatapnya lama, bola mata merah keemasannya tenang tanpa riak: “Takdir, jangan mati muda di tengah jalan.”
Ini sudah bisa dianggap sebagai "ucapan restu" yang bisa didengar dari mulut Dewa Kegelapan.
Dewa Kegelapan sebenarnya hendak menghilang, entah mengapa kembali lagi:
"Jika kau tak ingin Yan Yanmu menghabiskan sebagian besar waktunya menjadi orang gila, gunakanlah kekuatan Bodhimu untuk membantunya, jangan biarkan dia sembarangan mengeluarkan aura setan."
Setelah ucapan itu, Dewa Kegelapan pun lenyap.
Dia berpikir: Dewa Kegelapan juga cukup bertele-tele.
Warna keemasan di mata iblis itu perlahan memudar, ia kembali berubah menjadi "Yan Xueyi".
Beberapa saat kemudian, dengan suara licik dan menyeramkan ia berkata: "Mengapa kau memeluknya tadi?"
Dia menjawab: "Berterima kasih karena dia memberiku persembahan di makam."
Iblis itu terdiam sejenak, lalu reflek membantah: Bukankah yang memberi persembahan di makamnya adalah dirinya?
Masak Dewa Kegelapan bisa menangis untuknya, memberi persembahan di makamnya?
Tapi dia sendiri langsung tertegun, karena tiba-tiba ingat——
“Saat itu Dewa Kegelapan seharusnya sudah kembali ke posisinya dan memutus semua jebakan cinta dan nafsu duniawi. 'Yan Yan' seharusnya sudah menghilang, mengapa dia masih ingat?”
Dia sendiri juga menyadari ada yang tidak beres.
Tiba-tiba dia menyadari, mungkin dia tidak seharusnya terlalu membedakan dirinya dengan Dewa Kegelapan.
Lagipula, cemburu pada diri sendiri terlihat terlalu kekanak-kanakan.
Dia berkata: “Yan Yan, ada hal yang ingin kusampaikan padamu.”
Dia melanjutkan: “Aku tidak ingin memberitahu Dewa Kegelapan. Hanya padamu aku ingin mengatakannya.”
Ucapan ini sangat mencerminkan gayanya yang selalu berbicara bahasa manusia saat bertemu manusia, dan bicara omong kosong saat bertemu hantu.
Tapi yang mengejutkan, si iblis ini langsung berhasil ditenangkan—pasti dia lebih menyukai Yan Yan.
“Apa kau tahu tentang Batu Tian?”
Di bawah hembusan angin malam, dia perlahan menjelaskan asal-usul Batu Tian secara detail.
Saat menoleh, dia melihat ekspresi terkejut si iblis—bukan karena keberadaan 'Batu Tian', tapi karena dia mau membocorkan rahasia ini.
Setan itu dengan raut wajah aneh berkata: “Kau tahu, Batu Tian adalah nyawa takdir？”
Setan ini bertanya: “Kau juga tahu Aku Dewa Kegelapan, tak gentar Aku menghentikanmu memperbaiki langit？”
Dengan kedamaian dia menjawab: “Kau juga tahu Batu Tian adalah nyawaku, akankah kau ambil nyawaku？”
“Aku memberi tahu hal ini, adalah untuk berkata padamu: Aku takkan membunuhmu, apalagi mengecewakanmu.”
Ucapannya ini, lebih berbobot dibanding sepuluh ribu kalimat "Aku menyukaimu".
Saat kau menengadah tak terhitung kali memandang lembut bulan milikmu, sang bulan pun telah jatuh ke dalam dekapanmu.
Jangan kau sangka itu hanyalah fatamorgana. Peluklah dia, sentuhlah dia, maka kau akan tahu dia ada dalam dekapanmu - takkan pecah, takkan pergi dengan mudah.
Lama kemudian, si iblis itu tersenyum: "Sui Sui, ulangi sekali lagi?"
Dia meliriknya, berbalik dan pergi: "Belakangan ini sudah terlalu banyak kata-kata manis kusampaikan padanya. Sepanjang hidupku tak pernah kukatakan begitu banyak kata lembut. Si iblis ini masih ingin semakin berani? Tidak ada pintu!"
Siapa sangka begitu dia berbalik badan, langsung direngkuh menyilangkan di pinggang!
Makhluk iblis itu tidak hanya menggendongnya berputar-putar, malah menimbang-nimbang tubuhnya. Terpaksa dia merangkul leher sang iblis agar tidak terlempar keluar.
Tawa dan makian bergaul menjadi satu di paviliun kecil itu.
Segala kecemasan dan kegelisahan batin pun hilang tanpa bekas pada detik ini.
Setelah cukup berisik——
Fajar pun menyingsing.
Di hadapan mereka terpajang tiga keping Batu Tian.
Zhao Jin Sui berkata: "Aku menyuruh Lingyun mencari Pemimpin Lembah Lima Racun Qing Gutian. Batu Tian berikutnya berada di Sekte Pedang Giok."
Batu Tian ini mudah ditemukan karena pernah muncul di sebuah balai lelang seratus tahun silam. Qing Gutian langsung menyelidiki rumah lelang dan pasar gelap sejak awal, akhirnya berhasil melacak asal usul dan menemukan Batu Tian terakhir itu berada di tangan Sekte Pedang Giok.
"Tapi untuk yang terakhir, aku sama sekali tidak menemukan petunjuk. Yan Yan, mungkin kita harus meminta bantuan bawahanmu."
Di seberang, Penguasa Iblis yang berwajah dingin mengangguk, sebenarnya dalam hati berpikir:
——Guangping benar, pria harus memiliki bidang.
Iblis: "Namun, Aku selalu merasa hal ini agak mencurigakan."
Ia menatap ke atas, melihat tangan pria itu mengetuk bola pasir hitam.
Iblis: "Pergerakan antara Langit dan Bumi memiliki pola tertentu, tak mungkin bergerak lebih awal tanpa alasan."
Iblis: "Pikirkan perubahan di kehidupan ini: memberantas Keluarga Su, Tai Xuan Wu Ji, Shuiyuntian. Manakah dari kasus ini yang menyebabkan aura setan meluas di alam semesta?"
Ia berkata: "Maksudmu, ada campur tangan manusia?"
Ia bertanya: "Tapi siapa di dunia ini yang memiliki kemampuan seperti itu?"
Iblis: "Masih ingatkah kau dua ramalan itu?"
Ia mengangguk.
Baik kehidupan sebelumnya maupun sekarang, dua ramalan itu merupakan awal takdir. Bisa dibilang kedua ramalan itulah yang melahirkan segala tragedi.
Entah itu tidur panjang A'Pu selama seratus tahun yang nyaris mati, atau kematian tragis Zhao Jin Sui tertembus panah di kehidupan sebelumnya - semuanya bisa ditelusuri kembali ke dua ramalan tersebut.
Zhao Jin Sui juga terbenam dalam lamunan.
Siapakah yang memberitahu Chao Taichu?
Siapakah yang membuat kedua ramalan ini?
Ramalan pertama masih bisa disebut sebagai Perhitungan Cerdik, tapi bagaimana dengan ramalan kedua?
Ramalan kedua lebih mirip perangkap - begitu Chao Taichu percaya padanya, dia akan menyerang takdir yang baru lahir. Takdir baru ini menghadapi ayah seperti itu, terpaksa ke jurang: mustahil tidak membunuh ayah kandung sendiri.
Sebaliknya, jika Chao Taichu tidak percaya dan memperlakukan anak perempuannya lebih baik, meski dia pria brengsek, cukup putuskan ikatan saja. Dia dan ibunya bisa hidup tenang, tak perlu sampai membunuh ayah.
Setelah dipikir detail, kedua ramalan ini benar-benar ber-niat patut dibasmi!
Tapi siapa sebenarnya yang begitu takut pada takdir yang baru lahir ini?
Semakin kudengar, semakin mirip seperti——
Dia segera memutar kepala menatap Yan Xueyi: Selain Dewa Kegelapan, siapa lagi yang begitu tak menyukai takdir?
Penguasa Iblis mencemooh: "Aku waktu itu baru dua tahun, masih main lumpur di tanah!"
Dia melanjutkan spekulasi: "Bagaimana jika saat itu kau dirasuki Dewa Kegelapan?"
Penguasa Iblis membentak: "Kalau dirasuki Dewa Kegelapan, selain tidak main lumpur, apa lagi yang bisa kulakukan?"
Cultivator pedang ini sungguh meremehkanku. Iblis kecil dua tahun yang masih pakai celana terbang, sudah bisa merencanakan strategi sebesar ini?
——Karena saat itu Penguasa Iblis masih anak kecil main lumpur, sementara disingkirkan dari daftar tersangka.
Begitu ucapannya selesai, langkah kaki terdengar dari luar paviliun.
Lembah Feishuang telah memasuki waktu subuh.
Yang datang adalah Chao Zhaoyue.
Begitu masuk, matanya langsung menangkap sosok Penguasa Iblis yang masih betah menginap di sana. Diabaikannya saja——
Ia meletakkan undangan berwarna hijau kebiruan dengan desain mewah di hadapan mereka.
"Kita menerima undangan dari Sekte Pedang Giok."
Pertemuan Pedang Giok yang digelar sekali dalam seratus tahun akan segera dibuka. Saat itu, semua sekte cultivator pedang di dunia akan berkumpul di satu tempat untuk memilih Pemimpin Aliansi Sekte Pedang Giok yang baru.
Xirang secara alami juga merupakan sekte cultivator pedang. Selain itu, Pertemuan Pedang Giok memiliki keuntungan lain——
Chao Zhaoyue: "Xirang bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk merekrut murid baru."
Nenek Shui bersama klan Pohon Dewata berjaga di Lembah Embun Terbang, tapi mereka tidak akan bergabung dengan Xirang. Kini Xirang hanya memiliki beberapa orang, semuanya adalah sesepuh. Muridnya hanya Lingyun seorang.
Benar-benar sepi dan menyedihkan.
Yang lebih penting, kerangka bangunan Xirang sangat megah dan masih membutuhkan banyak orang untuk memindahkan batu bata.
Maka Chao Zhaoyue berniat pergi ke Aliansi Pedang Giok untuk mencari beberapa murid yang bisa dijadikan tenaga pengangkut tas besar setelah kembali.
Murid di dunia kultivasi, secara tertulis disebut 'murid', tapi praktiknya adalah 'korban utama'. Reputasi Chao Zhaoyue dan Zhao Jinsui sekarang sangat terkenal. Bisa menipu beberapa orang ya ditipu saja.
Setelah mendengar semua rencana itu, Zhao Jinsui berpikir sejenak lalu tiba-tiba bertanya: "Zhaoyue, apa kau bisa menerima murid yang berdarah setan setengah?"
Chao Zhaoyue mengangkat alis: "Tidak masalah, asal bakatnya memadai, pahlawan tidak menanyakan asal usul."
Maka dia berkata pada Penguasa Iblis: "Jika ada setan setengah di bawahmu yang berbakat dan layak dibesarkan, bisa dikirim ke Xi Rang."
Zhao Jin Sui bukan sekadar omong kosong, dia telah mempertimbangkan matang-matang
Lonjakan aura setan antara Langit dan Bumi yang semakin cepat telah menjadi keniscayaan. Dalam waktu dekat, kedua ras manusia dan iblis akan mengalami perubahan besar——Bangsa Iblis mulai sering mengamuk dengan kekuatan yang melonjak; manusia kehilangan energi spiritual dan melemah.
Tapi setan setengah berbeda. Mereka keturunan campuran manusia-iblis. Lonjakan aura setan akan meningkatkan kemampuan mereka, namun tidak tak terkendali seperti bangsa iblis. Mereka akan menjadi pilar utama dalam perubahan besar yang akan datang.
Saat itu dia hanya sekadar menyebutkan pada Yan Xueyi. Dia mengira paling-paling dunia iblis akan mengirim belasan makhluk rendahan——
Sungguh tak disangka, reaksi dunia iblis sangat besar.
Dunia iblis memiliki banyak setan setengah. Anak yang dilahirkan setan setengah juga akan menjadi setan setengah.
Tapi di antara Langit dan Bumi, di manakah tempat untuk setan setengah?
Manusia menolak mereka, dunia iblis penuh bahaya, mereka pun tak sekuat benih iblis alami; Tak ada yang mengajarinya teknik bertahan, cara hidup, hanya mengandalkan daya hidup gigih bagai rumput liar yang tumbuh membabi buta.
Maka, Zhao Jin Sui mengira ini sekadar ide kecilnya, tanpa sadar telah memicu kontroversi besar di dunia iblis.
Semua tahu sekte manusia punya warisan sistematis untuk dipelajari; semua paham dasar sekte manusia jauh lebih kokoh dibanding metode non-konvensional bangsa iblis; tapi manusia jijik pada bangsa iblis dan setan setengah - jangankan sekte besar, sekte kecil pun tak mau menerima yang terkait iblis.
Yang Mulia berkata: "Jangan kirim orang bodoh! Yang kalah dari bangsa iblis kelas rendah semua kembalikan!"
Yang Mulia menambahkan: "Harus patuh, pantang menyerah, jangan sampai membuatnya khawatir."
Meski persyaratan Yang Mulia banyak, dunia iblis tetap sangat fanatik terhadap hal ini.
Penguasa Iblis tampan itu melihat ekspresi iblis di bawahnya, ujung bibirnya melengkung.
Ada sedikit kebanggaan dan kemenangan dalam dirinya.
——Kekasih hatinya adalah orang terbaik di seluruh dunia.
Keesokan paginya, Zhao Jin Sui menemukan ratusan setan setengah kecil di Lembah Feishuang.
Mereka langsung bekerja terburu-buru seolah takut diusir, memanggil "Shifu" dan "Kakak Senior" dengan manis, mata mereka besar dan berbinar, membuat lembah itu ramai seketika.
Penguasa Iblis muncul di sisinya, berkata: "Awalnya mengirim satu batch dulu, kalau tidak puas, bisa dikembalikan kapan saja."
Lanjutnya: "Jangan merasa terbebani, bagi iblis ini sudah kesempatan langka."
Perempuan itu tersenyum: "Sebenarnya di kehidupan sebelumnya, aku selalu menyesali satu hal."
Dia berbalik memeriksanya.
“Di kehidupan sebelumnya, aku selalu menyesal tidak membawamu kembali ke Kunlun Jianzong. Aku terus berpikir, kekau menjadi se-nakal ini sekarang, semua itu salahku.”
“Aku tidak menyebalkanmu. Hanya saja aku selalu merasa, sejak melepaskanmu, kau menjadi tanggung jawabku. Aku harus menanggung separuh dosamu.”
Kini melihat grup setan setengah kecil ini, dia teringat pada Iblis kecil di masa lalu.
Dia pun mulai berpikir: Bagaimana jadinya jika dia benar-benar membawanya kembali dan mengajarinya alasan?
Iblis: “Kalau begitu bukankah kau menjadi Shifu kecilku?”
Iblis: “Maka aku harus memberontak pada guru dan menghancurkan prinsip.”
Iblis: “Mencuri cium Shifu sendiri, apakah akan diusir dari sekolah?”
Tahun: “……”
Di sisi lain.
Mak comblang memandangi setan setengah kecil di bawahnya, lama baru berkata: “Andai aku bertemu pemimpin muda kalian waktu kecil.”
Ada makanan, ada yang mengajar, benar-benar hari para dewa.
Lingyun: “Tapi bukankah kau sudah bertemu Yang Mulia kalian?”
Hongniang tertawa, benar juga, ketika dia tidak punya tempat untuk pergi, dia dipungut oleh si Iblis kecil, sehingga menjadi Panglima Iblis Hongniang seperti sekarang. Ran Yang dan Xiao Yanjing juga dipungut oleh Yang Mulia.
Chao Zhaoyue di belakang berkata: "Jangan merenung lagi, beres-beres! Persiapkan diri untuk pergi ke Sekte Pedang Giok!"
Meski Xirang sudah memiliki banyak murid kecil, menggunakan tenaga anak di bawah umur tetap menyiksa hati nurani.
Lagipula jumlah anak-anak itu cukup banyak, sangat membutuhkan bimbingan kakak senior.
Maka pergi ke Sekte Pedang Giok adalah langkah yang harus dilakukan!
Zhao Jin Sui juga mulai membereskan perlengkapannya.
Tiba-tiba dia teringat beberapa peristiwa masa lalu:
Di kehidupan sebelumnya, dia turut serta dalam pertarungan dan merebut gelar "Pedang Pertama di Dunia" untuk Kunlun Jianzong.
Chao Taichu pun menikmati hasilnya, status Sekte Kunlun langsung melambung tinggi di antara sekte-sekte lain.
Sebagai Pemimpin Kunlun Jianzong, pengaruhnya berkembang pesat, kewibawaannya tak bisa disamakan dengan sebelumnya.
Tapi kali ini——
Tanpa dirinya, dengan apa Kunlun akan memperebutkan gelar "pedang nomor satu di dunia" itu?
Pada pagi hari saat keberangkatan, dia datang ke bawah pohon Bodhi.
Belakangan ini dia telah menonton kenangan A'Pu berkali-kali. Dia tidak mengenali suara orang yang mengucapkan ramalan itu, juga tidak tahu siapa orang tersebut, namun mengingat kualitas suaranya dalam-dalam. Cukup sekali lagi mendengarnya, dia pasti bisa menyadari identitasnya.
Namun, di sisi lain, dia juga telah menyaksikan gambaran A'Pu melompat dari tebing yang terakhir kali itu berulang-ulang.
Di bawah pohon Bodhi, dia mempraktikkan ilmu pedang paling biasa dari Sekte Pedang Kunlun.
Sekilas detik, kabar angin menghilang, kicauan burung dan hewan mulai memudar.
Di dunia lain-nya, hanya tersisa Pedang Kunlun dan pohon Bodhi dewata itu.
Pedangnya kini bagai lahir kembali dibandingkan beberapa bulan lalu!
Beberapa bulan lalu, ketajamannya menyilaukan bak pedang baru keluar sarung; Kini menyimpan kedalaman tanpa keberanian, namun dalam setiap gerak dan diamnya, laksana gunung dan sungai yang bernafas.
Pada saat itu, sosok Jian Sheng Xiao Jiu, Ratu Iblis Wanita, embun energi prasejarah... bayangan-bayangan tak terhitung seolah bertumpuk pada tubuhnya!
Cultivator pedang berbaju putih menggerakkan pedangnya laksana naga berenang, dalam setiap gerakannya telah terpancar kekuatan menakluk wilayah.
Dalam ujian di Pohon Bodhi Dewata, yang tak bisa dibawanya pulang adalah kultivasi, namun niat pedang dan pemahamannya akan ilmu pedang telah mengalami transformasi layaknya kelahiran kembali.
Ini adalah hadiah dari Pohon Bodhi Dewata.
Setelah selesai, ia memasukkan pedang kembali ke sarungnya.
Pedang mendarat, dedaunan berhenti.
Rambut hitamnya berkibar-kibar, wajahnya memancarkan kesejukan tak tersentuh bagai embun pagi.
Ia menatap ke atas pohon dewata itu.
Ia tak pernah melupakan momen putus asa total saat berada di Pohon Bodhi Dewata; juga tak pernah melupakankebencian mengakar dari kehidupan sebelumnya.
Ia telah menjalani satu siklus kehidupan, sehingga ia paham: kebencian takkan membuatnya lebih kuat, hanya akan menjadi jalan iblis yang tak terhindarkan dalam perjalanan kultivasinya.
“Ke Sekte Pedang Giok, balas dendam untuk yang punya dendam, luruskan ketidakadilan untuk yang dirugikan!”
Pada saat ini, sosoknya yang menjauh sangat mirip dengan Jian Sheng Xiao Jiu yang membawa pedang di dalam Pohon Bodhi Dewata.
Dia berkata:
“Bu, aku pergi——”
“Pergi membunuh.”
Jarak ke Sekte Pedang Giok tidak dekat.
Di Lembah Feishuang, Nenek Shui mengawasi anak-anak kecil itu, ditambah Guangping yang sesekali datang berkunjung, Chao Zhaoyue merasa tenang membawa anggota lainnya, sekelompok orang bergerak gegap gempita menuju Sekte Pedang Giok.
Di perjalanan, tentu saja Penguasa Iblis dan dia dalam satu mobil.
Perjalanan panjang, iblis ini semakin mahir menganyam kepang rambutnya. Saat bosan menganyam, dia masuk ke kekuatan spiritualnya untuk mencari sang gadis.
Di dalam kekuatan spiritualnya, dia bertindak semaunya, ingin meninggalkan jejak di mana-mana.
Akhirnya, iblis ini datang menghadapnya.
——Tak ada cara lain, dia sadar dirinya masih paling tertarik padanya.
Dia segera membuka matanya.
Setelah merasakan niatnya, dia mundur dua langkah dengan penuh kewaspadaan.
Setelah kejadian terakhir, dia mulai trauma dengan konsep "penyatuan jiwa" ——
Anjing gila itu benar-benar sulit dihadapi!
Tapi iblis ini sama sekali tidak mau mengalah.
Dengan hati-hati dia mengajukan syarat: "Jangan bergerak. Saat kukatakan berhenti, kau harus langsung berhenti."
—— Sang iblis tertawa terbahak-bahak.
Akhirnya dia setuju.
Saat dahinya menyentuh dahi perempuan itu, detik sebelum memasuki kekuatan spiritualnya ——
Tiba-tiba alis iblis itu berkerut dan seluruh tubuhnya ambruk menimpa dirinya.
Suì: ?
Dalam hati: Ah, ternyata aku sehebat ini??
Apa dia sudah tak berdaya?
Suì: Rasanya cukup membanggakan.
Tapi segera dia sadar, iblis ini pingsan bukan karena alasan tak terungkap, tapi benar-benar kehilangan kesadaran.
Dia membuka matanya, teringat akan ucapan Dewa Kegelapan itu. Tiba-tiba rasa khawatir menyergap: Apa tubuhnya benar-benar mengalami masalah sekarang?
Namun, hal ini seolah tidak sesuai dengan perkiraannya.
Sejak kerusuhan aura setan waktu itu, makhluk ini akhir-akhir ini terus merasakan pusing. Suara aneh kerap terdengar di telinganya, terutama pada malam hari.
Suara-suara itu berdengung seperti nyamuk. Sekalipun dia menutup panca indra, tetap bisa mendengarnya.
Kecuali sedikit pusing, tak ada sensasi lain. Dia pun tak menanggapinya serius.
Sampai tadi, seolah dalam sekejap dia terhisap masuk ke dalam mimpi.
Dalam mimpi itu, dia berubah menjadi arca dewa yang duduk megah di atas altar, terapit antara lautan api dan lautan darah, menyaksikan kerumunan orang yang bersujud di bawahnya.
Adegan dalam mimpi itu persis seperti upacara ritual persembahan yang megah.
Di telinganya, terdengar banyak suara yang samar-samar, seolah memanggil "Dewa" dengan penuh kesalehan, namun tetap membuatnya bikin pusing.
Suara-suara itu menyapanya sebagai "Dewa Kegelapan", dengan penuh khidmat mempersembahkan korban ritual, menyiram altar dengan darah.
Seseorang berseru: "Wahai Dewa, cepatlah kembali!"
Kerumunan di sekeliling serentak bersorak, memanggil arca dewa itu, berharap Dewa Kegelapan yang mewakili kejahatan tertinggi di dunia segera bangun.
Situasi ini terasa tak terkatakan kejahatan dan misteriusnya.
Akhirnya, arca dewa itu membuka mata - sepasang bola mata merah keemasan yang penuh kewibawaan ilahi.
Seketika kerumunan menjadi sunyi senyap, menahan napas memandang arca dewa kegelapan yang berwibawa, ingin mendengar sabda sang dewa.
Dewa membuka mulut.
Dewa berkata: "Bangsat."
Dewa berkata: "Pergi semua dari sini!"
Siapa berani mengganggu saat seseorang sedang melakukan urusan cinta? Di mana moralnya? Di mana hati nurani?
