Dalam ritual itu, suara "pergi" bergema hingga ke langit, bergaung tak henti-hentinya.
Suara itu membuat para hadirin di bawah panggung limbung, hampir mengira diri mereka salah dengar.
Bukankah Dewa Kegelapan itu dewa paling jahat dan paling gelap dalam legenda?
Bukankah para dewa seharusnya tanpa keinginan? Mengapa arca yang membuka mata itu terlihat begitu galak?
Tapi ada yang lebih mengerikan——
Sang dewa melirik ke arah kolam darah di atas altar, langsung meledak marah.
Tamparan telapak tangannya membuat kerumunan yang meneriakkan "Dewa Kegelapan" terpental keluar.
Mereka patut bersyukur sang dewa hanya turun ke arca ini, dan kini belum memiliki kaki. Jika tidak, mereka akan mengulangi adegan di Istana Iblis——tertendang hingga terbang.
Para hadirin di bawah panggung muntah darah, tapi sepertinya mereka sudah mempersiapkan mental, seolah-olah sudah mengantisipasi kekejaman Dewa Kegelapan.
Maka seseorang merangkak ke depan sambil berteriak: "Dewa Kegelapan! Dewa Kegelapan!"
Bagai wajah setia hingga mati memberi nasihat, Dewa akhirnya melirik mereka——
Akhirnya Dia teringat apa yang terjadi, ini adalah ritual darah.
Dulu Dia adalah "Yan Xueyi" yang belum bangkit ingatan Dewa Kegelapan, ritual semacam ini tentu tak berpengaruh padanya; namun kini berbeda, Dia telah bangkit bagian milik "Dewa Kegelapan", melalui persembahan, tentu bisa membangunkannya.
——Membuat formasi besar seperti ini.
Dewa: Pilihan terbaik kalian benar-benar memiliki urusan penting.
Seseorang berseru penuh semangat: "Takdir sudah pulih!"
Seseorang berteriak: "Dewa, takdir akan segera kembali ke posisinya!"
Mereka mengira, hanya dengan menyebut takdir, Dewa Kegelapan pasti akan serius mempertimbangkan, lalu tak lagi galak, mulai mendengarkan mereka; bagaimanapun Dewa Kegelapan adalah perwujudan kejahatan dan chaos tertinggi di dunia, secara alami berseberangan dengan takdir.
Hasilnya Dewa diam-diam.
Urat hijau di pelipis Dewa mulai berdenyut kencang.
Dewa: "Hanya ini?"
Dewa: Kekasih Aku sudah bangun, mana mungkin Aku tidak tahu? Masih perlu kalian ingatkan?
Dewa: Cuma urusan ribet segini kecil?!
Dewa Kegelapan meluapkan kemarahan, langsung terbang dan menampar dengan telapak tangan, menghabisi semua kura-kura sialan itu.
Sebagai jelmaan kematian, kekacauan, dan keadaan chaos, Dewa Kegelapan memiliki kesadaran diri yang tinggi. Pengikutnya jelas bukan orang baik - semua bajingan yang pantas ditumpas satu per satu.
Ia membuka mata, mendapati diri masih berada di dalam kereta kuda.
Metode ritual kuno ini seharusnya telah punah selama sepuluh ribu tahun. Secara logis hanya Dewa Kegelapan sendiri yang mengetahui, tapi kali ini ritual darah itu justru mengganggunya.
Andai bukan karena Yan Xueyi yang lebih dulu membangkitkan seluruh ingatan Dewa Kegelapan di Pohon Bodhi Dewata, bagian dari dirinya yang menjadi milik Dewa Kegelapan pasti akan terbangun dalam ritual darah kali ini.
Sang Raja Iblis mengira dengan membunuh mereka semua, hidupnya akan kembali tenang.
Tapi selama beberapa hari berikutnya di perjalanan, pangkal telinga iblis ini tidak pernah sepi dari kebisingan.
Seperti sepuluh ribu lebah berdengung di telinganya, membuat kepala iblis ini sakit luar biasa. Ada dorongan untuk memukul semua orang hingga tewas, ditambah sifatnya yang sangat galak.
Sui: "Yan Yan, kan sudah kubilang pura-pura sakit itu membawa sial."
Iblis ini wajah pucat (karena marah), urat darah di matanya (begadang), terlihat seperti orang sakit parah.
Dengan suara licik dan menyeramkan, dia berkata: "Memang siapa si kura-kura licik yang berani! Jangan sampai aku menangkapmu!"
Akhirnya, sekelompok orang tiba di Sekte Pedang Giok.
Lokasi Sekte Pedang Giok adalah kota megah yang dibangun di atas pegunungan.
Sepanjang jalan, semua sekte besar maupun kecil berkerumun menuju Gunung Pedang Giok. Semua aliran cultivator pedang akan hadir dalam perhelatan agung ini.
Pertemuan Pedang Giok yang digelar seratus tahun sekali bisa disebut sebagai momen pengocokan ulang kekuatan aliran pedang di dunia kultivasi——
Banyak sekte yang langsung terkenal dalam Konferensi Pedang Giok, meloncat dari sekte kecil kelas tiga menjadi sekte besar ternama. Banyak kultivator mandiri melihat kemampuan mereka, lalu berbondong-bondong bergabung; tak sedikit pula sekte yang jatuh peringkat karena ketidakmampuan, dari sekte papan atas menjadi tak tersentuh.
Konferensi Pedang Giok selama seratus tahun telah menyaksikan lahirnya jenius-jenius pedang yang mendunia, sekaligus menjadi saksi pasang surut berbagai sekte.
Begitu rombongan Chao Zhaoyue tiba di Gunung Pedang Giok, Yuan Tianyu dari Sekte Pedang Giok langsung mengirim utusan untuk menyambut.
Sekte Pedang Giok yang berhutang nyawa pada Zhao Jin Sui, memperlakukan mereka sebagai tamu kehormatan. Mereka ditempatkan di rumah pekarangan terbaik di posisi tengah kota utama Gunung Pedang Giok.
Yang menjemput adalah Xiangsi. Perempuan itu tersenyum:
"Tujuh hari lagi Konferensi Pedang Giok resmi dibuka. Selama acara ini, jika kalian ingin merekrut kultivator mandiri, gantung plakat di depan rumah pekarangan dan tempatkan penjaga di pintu masuk. Para kultivator mandiri akan berdatangan sendiri untuk mendaftar."
Xiangsi mengoper sebuah buku panduan kecil: "Nih, kalian lihat dulu."
Buku kecil itu berisi peta lengkap Sekte Pedang Giok beserta prosedur Pelatihan Pedang Giok.
Begitu ucapannya selesai, riuh rendah suara terdengar dari depan:
"Wah, Kunlun Jianzong masih berani datang juga!"
"Nggak takut dihajar habis-habisan di Pelatihan Pedang Giok nanti!"
……
Zhao Jin Sui menoleh, melihat seragam familiar Sekte Pedang Kunlun. Tapi yang memimpin bukan Chao Taichu, melainkan Sesepuh Bai. Mereka bergegas pergi dengan sosok yang menjauh terlihat memalukan.
Adik Senior Xiangsi mendengus dingin ke arah mereka, lalu mengantar rombongan Zhao Jin Sui menuju rumah pekarangan tempat mereka mampir.
Rumah pekarangan tempat mereka tinggal adalah yang terbaik milik Sekte Pedang Giok, dilengkapi jembatan kecil dengan aliran air dan luas lahannya.
Saat Zhao Jin Sui kembali, di tangannya terselip pil penenang yang dibelinya dari luar.
Penguasa Iblis sangat ingin memukul hingga tewas orang yang berdengung di telinganya, tapi entah mengapa, sepanjang jalan dia tidak pernah lagi ditarik masuk ke dalam "mimpi".
Hingga pada malam hari pertama di Sekte Pedang Giok, iblis ini akhirnya kembali memasuki "mimpi".
Kali ini, lokasinya berganti dan sekelompok orang pun berbeda.
Dewa Kegelapan tidak marah-marah, tidak langsung memukul orang hingga tewas. Dengan tenang dia mendengarkan ucapan orang-orang di bawahnya.
Ritual persembahan yang dilakukan grup ini bertujuan membangunkan Dewa Kegelapan agar bisa bangkit dan menghancurkan takdir. Secara logika ini tidak salah, tapi jelas mengabaikan keinginan subjektif sang dewa sendiri.
Sang dewa akhirnya bersuara: "Mengapa?"
Seseorang penuh semangat menjawab: "Kini aura setan meluas, inilah saatnya Yang Mulia berkuasa! Cukup bunuh takdir, Yang Mulia akan jadi penguasa tunggal antara Langit dan Bumi!"
Dewa: "Apa keuntungannya menjadi penguasa tunggal di antara Langit dan Bumi?"
Yang lain: ?
Dewa: "Dewa Kegelapan sudah bisa berbuat semaunya, mengapa harus membunuh takdir?"
Dewa: Selain kehilangan istriku, keuntungan apa yang dia dapatkan dengan membunuh takdir?
Para hadirin di depan altar menyadari, hati dewa ini sama sekali berbeda dengan catatan sejarah. Konon ambisius dan haus darah, tapi Dewa Kegelapan yang mereka panggil ini bicara dengan nada tenang, bahkan terkesan malas berusaha.
Mereka panik, "Bagaimana mungkin Dewa Kegelapan bersikap seperti ini!"
Seseorang buru-buru berkata: "Tapi... tapi jika Yang Mulia membunuh takdir, jumlah umatmu akan bertambah."
Dewa memandang mereka: "Semuanya seperti kalian?"
Mereka mengangguk girang, mengira Dewa Kegelapan mulai tertarik.
Dewa: "Kalau begitu lebih baik tidak usah."
Dewa mengangkat tangan, kembali menampar mereka semua hingga tewas.
Penguasa Iblis sadar. Melayang keluar dan melihat cultivator pedang itu, lalu mendekat menggesek-gesekkan wajahnya padanya.
Dia berpikir: Sudah dua gelombang kuhabisi, seharusnya sudah habis kan?
Namun nyatanya, Penguasa Iblis terlalu optimis memperkirakan bentuk situasi.
Pangkal telinganya hanya tenang setengah hari, suara dengungan malah semakin keras.
Hanya dengan bersembunyi di kekuatan spiritual Sui Sui, barulah dia merasa sedikit lega.
Tapi setiap kali dia ingin melakukan hal penggabungan roh dengan sang dewi -
Langsung ditarik masuk ke dalam mimpi.
Dewa: “……”
Awalnya Dewa masih bertanya: "Memang ada apa ribetnya kalian ini?!"
Setelah ekspedisi ketiga, begitu membuka mata, Dewa langsung menampar sampai tubuh mereka terpental berputar 7-8 kali di udara sebelum mati. Kalau masih belum puas, ditambah beberapa tamparan lagi!
Raut wajah Penguasa Iblis semakin menghitam.
Iblis: "Orang-orang jaman sekarang benar-benar tidak beradab!"
Iblis: "Moralnya bobrok! Tidak punya hati nurani!"
Sui: “……”
Dia melihat si iblis itu mengeluarkan kalender Huang dari entah mana, dengan serius menandai hari baik astrologi untuk ditempel-tempel rohnya.
Sui: Kenapa Dewa Kegelapan bisa percaya takhayul begini?
Pada hari baik itu, iblis itu tidak ditarik ke altar——
Karena Dewa Kegelapan telah dibangunkan.
Mereka berdua duduk di dalam kamar, minum teh sepanjang sore.
Setelah bangun, Raja Iblis mengalami depresi yang lama.
Iblis: Dewa Kegelapan ini, lebih baik tidak usah dilakukan.
Umat yang entah dari mana muncul ini, selain menghalangi Penguasa Iblis dan kekasih hati untuk ditempel serta membuat kebisingan, juga tidak memberi pengaruh apa pun pada Raja Iblis.
Mereka benar-benar membangunkan bagian Dewa Kegelapan yang menjadi miliknya.
Apalagi mereka menggunakan ritual darah, aura darah dan kekerasannya sangat pekat, mudah merangsang nafsu membunuh Dewa Kegelapan.
Hasil paling langsungnya adalah, di siang hari Zhao Jin Sui kerap melihat Dewa Kegelapan bermata emas muncul.
Dewa Kegelapan jelas-jelas kesal, karena dia tidak ingin muncul saat "Yan Yan" sedang jalan-jalan, berpegangan tangan, dan makan bersamanya.
Dewa Kegelapan sebelumnya memberikan bola pasir hitam kecil padanya. Ucapan itu bermakna sebagai penjelasan terakhir, menyatakan bahwa dirinya tidak akan muncul sebelum mengembalikan ke posisi semula. Dia akan bertindak sebagai "Yan Yan" dan menemani wanita ini melewati kehidupan ini.
Dengan cara ini, hubungan antara "Yan Yan" dan sosok asli Dewa Kegelapan dapat dipisahkan, mempertahankan citra heroik Dewa Kegelapan. Semua tingkah laku seperti anjing kecil sepenuhnya merupakan perbuatan "Yan Yan" sendiri.
Kini, begitu terbangun, Dewa Kegelapan mendapati dirinya sedang makan mi bersamanya, bahkan memindahkan semua sayuran yang tidak dia makan ke mangkuknya sendiri.
Dewa Kegelapan：“……”
Kewibawaan Dewa Kegelapan membuatnya menolak untuk makan sisa makanan.
Tapi wanita itu bertanya lagi: "Kalau begitu, mau ikut jalan-jalan denganku? Aku sudah janji dengan Yan Yan."
Kewibawaan Dewa Kegelapan membuatnya tidak bisa ingkar janji.
Dewa Kegelapan menyilangkan tangan di belakang punggung sambil mengikuti wanita itu, dalam hati bergumam: Dia jangan berharap bisa menariknya melakukan hal-hal yang hanya akan dilakukan Yan Yan.
Benar saja dia menarik tangannya berputar dua putaran di sekitar area, sama sekali tidak melakukan apa-apa.
Dewa Kegelapan merasa kesal, tapi Dewa Kegelapan tidak mengatakannya.
Setelah Raja Iblis kembali, dia menganalisis dengan cermat mentalitasnya saat menjadi Dewa Kegelapan, lalu dengan licik pergi melapor.
Raja Iblis: "Sui Sui, Dewa Kegelapan merasa kau terlalu berisik."
Dewa Kegelapan berubah kembali, dia berkata:
"Hamba tidak merasa begitu."
"Kau, sangat baik."
Lalu menghilang lagi.
Jadi dia kembali hanya untuk mengatakan ini?
Sui: "……"
Keduanya melewati sebuah toko teh, mendengar suara dari dalam, langkah mereka berhenti seketika.
Seseorang sedang mendongeng:
"Saat itu, Pemimpin Sekte Chao sekali berseru seribu jawaban, mengorbankan keluarga demi keadilan, memenangkan sorak-sorai seluruh dunia. Semua orang merasa Pemimpin Sekte Chao berbudi luhur, sayangnya memiliki anak perempuan pemberontak. Maka dia mengangkat lengan berseru, semua sekte di dunia serentak merespons, memasuki Shuiyuntian, menangkap hidup-hidup pengkhianat umat manusia itu."
“Siapa yang menyangka, Pemimpin Chao ternyata berhati binatang! Shuiyuntian yang dianggap sebagai ilusi itu ternyata hampir ditutup! Ia menyembunyikan fakta ini. Murid-murid elit dari berbagai sekte yang masuk ke Shuiyuntian nyaris tewas terperangkap di dalam!”
……
“Meski akhirnya tidak ada korban jiwa, sekte-sekte besar seperti Sekte Pedang Giok dan Lembah Lima Racun menuntut pertanggungjawaban keluarga Chao. Keluarga Chao mengunci diri di kediaman. Semua surat buruan untuk Pemimpin Muda Chao dicabut, tuduhan dihapuskan. Justru Pemimpin Chao sendiri yang kini jadi musuh seluruh sekte di dunia karena hal ini.”
“Dalam Pertemuan Pedang Giok kali ini, Kunlun Jianzong yang seharusnya menempati rumah pekarangan kelas Tian, justru ditempatkan di rumah kelas Yi oleh Sekte Pedang Giok. Mereka harus berdesakan dengan sekte-sekte kelas dua, tsk-tsk.”
Zhao Jin Sui tidak terkejut. Saat itu, yang masuk ke dalam Shuiyuntian adalah pasukan elit generasi muda dari berbagai sekte besar. Pengaruh Chao Taichu yang begitu dibanggakan - yang dengan mengangkat lengannya saja di dunia kultivasi bisa menjadikannya pengkhianat umat manusia - secara alami akan hancur di bawah kebencian orang-orang ini.
Masih ada sisa pengaruh apa lagi yang dimiliki Chao Taichu itu?
Sekalipun kali ini dia berhasil mendapatkan gelar Pedang Pertama di dunia, reputasinya yang sekarang mustahil membuatnya kembali menjadi Pemimpin Aliansi Sekte Pedang Giok.
Berbeda dengan kehidupan sebelumnya, Chao Taichu tidak punya sumpah takdir untuk membelenggunya; Dia juga tak bisa lagi berseru memanggil seluruh dunia untuk mengepungnya; Lebih lagi, dia sama sekali tidak punya cara untuk memanfaatkan urusan Ibunya terhadapnya.
Dipikir-pikir, semua jalan keluarannya sudah tertutup rapat.
Sang Raja Iblis tiba-tiba mendekat dan bertanya: "Sedang tertawa apa?"
Dia menjawab: "Aku sedang membayangkan, apakah sekarang setiap malam Chao Taichu tidak bisa tidur?"
Chao Taichu seharusnya sangat ketakutan sekarang, khawatir dia akan muncul kapan saja dan mengambil nyawanya; sekalipun bersembunyi di bawah formasi pelindung hidup, tetap tidak bisa tenang——
Karena ketika dia menjadi takdir, Chao Taichu hanya punya jalan buntu.
Rasanya seperti pedang tergantung di ubun-ubun setiap saat, pasti tidak enak, ya?
Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti.
Tidak, Chao Taichu tidak akan pasrah menerima nasib. Dia mengenal ayahnya, dia bukan tipe orang seperti itu.
Pria ini egois sampai tingkat ekstrim, pasti sangat takut mati, dan akan melakukan segala cara untuk menyelamatkan nyawanya.
Tentu saja Chao Taichu tidak akan duduk menunggu kematian——
Dia juga muncul di Sekte Pedang Giok.
Tapi dia tidak muncul secara terang-terangan dalam rombongan Kunlun Jianzong, melainkan di rumah Wakil Pemimpin Aliansi Sekte Pedang Giok, Yuan Fengnian.
Pemimpin Aliansi Sekte Pedang Giok adalah Yuan Jingtian, sehingga keberadaan wakil pemimpin ini kurang terasa.
Yuan Fengnian dan Chao Taichu sedang duduk berhadapan sambil minum teh.
Yuan Fengnian berkata: "Taichu, kondisinya baik."
Dewa Kegelapan sudah bangun, bahkan dengan penuh vitalitas memukul mati belasan orang dari altar.
Karena tidak ada tawanan hidup, mereka semua tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, hanya tahu sang dewa menunjukkan kekejaman yang semestinya, ini jauh lebih baik dari perkiraan mereka.
Namun Yuan Fengnian ragu-ragu: "Aku hanya khawatir kita akan terbakar diri."
Bagaimanapun itu adalah nama keganasan yang menggemparkan sepanjang zaman!
Apakah dia begitu percaya diri bisa mengendalikan seorang dewa?
Chao Taichu mengangkat mata merah darahnya: "Apakah sekarang masih ada jalan lain bagiku?"
“Dia sulit tertidur siang dan malam, ramalan 'Takdir membunuh ayah kandung sendiri untuk membuktikan Jalan Suci' terus bergema dalam mimpinya, kerap membuatnya berkeringat dingin; sementara kultivasi Zhao Jin Sui semakin meningkat, tapi dirinya stagnan, apalagi di sisi Zhao Jin Sui selalu ada seorang Penguasa Iblis; pengaruh yang dulu dibanggakannya pun telah hilang tanpa bekas di Shuiyuntian. Kini saat ingin kembali menggunakan taktik 'pisau makan tuan' atau menambahkan minyak ke api, dia tak lagi mampu.”
“Kemarin dia bermimpi tertusuk pedang di jantung, cara matinya persis seperti Su Liuyun, sampai terbangun dengan keringat dingin membasahi sekujur tubuh.”
“Dia benar-benar berada di jalan buntu.”
“Dia teringat perkataan orang itu:”
“'Begitu Dewa Kegelapan bangkit, target pertama pembantaiannya pasti Sang Takdir.'”
“'Apa itu dewa? Tanpa keinginan, tanpa kebutuhan, memutus semua ikatan kasih. Setelah dia bangun, mana mungkin masih mengingat percikan cinta remeh-temeh itu?'”
“Maka, Chao Taichu seperti orang gila menemui Yuan Fengnian, mengerahkan semua persiapan yang telah diaturnya selama bertahun-tahun.”
Chao Taichu tersenyum serak: "Terbakar diri? Aku tidak bisa duduk di sini menunggu kematian!"
Ritual darah memang diajarkan orang itu padanya - ini bukan sembarang ritual, ritual darah dapat mengeluarkan sifat galak dan kekejaman Dewa Kegelapan secara maksimal.
Chao Taichu berkata pada Yuan Fengnian: "Hamba tak pernah berniat mengendalikan Dewa Kegelapan. Tapi saat dia bangun, pasti akan ingin membunuh takdir. Bukankah ini kebenaran mutlak?"
"Saat dia meraih gelar Pedang Pertama di dunia, saat itulah nyawanya melayang!"
Chao Taichu tak menyadari bahwa satu-satunya jalan keluar yang ditunjukkan orang itu, telah benar-benar menghipnosisnya. Fokusnya hanya terbenam dalam mimpi indah.
Tapi Chao Taichu dan orang di belakangnya sama sekali tak menyangka:
Dewa Kegelapan yang mereka bangunkan memang asli -
Hanya saja terlalu dalam keracunan 'otak cinta'.
Malam ini, Chao Zhaoyue mengumpulkan para hadirin untuk rapat kecil guna mendiskusikan partisipasi dalam Pertemuan Pedang Giok.
Begitu menginap, undangan berdatangan bagai salju - semua karena Zhao Jin Sui pernah menyelamatkan banyak nyawa. Chao Zhaoyue hampir pusing tujuh keliling mengurus acara sosial belakangan ini.
Dulunya si gila pedang tak pernah sadar. Kini sebagai pemimpin sekte, baru ia mengerti betapa menyiksanya urusan sosial dan manajemen hubungan interpersonal yang rumit.
Zhao Jin Sui membuka katalog pertemuan. Pandangannya langsung terkunci pada hadiah pertama: sebongkah batu yang tampak biasa-biasa saja.
Mereka mungkin tak tahu nilai Batu Tian ini, langsung menjadikannya sebagai hadiah istimewa.
Ia berkata: "Sepertinya aku benar-benar harus mencoba meraih gelar pedang nomor satu di dunia."
Chao Zhaoyue melototi: "Apa dari awal kau tak berniat ikut?"
Zhao Jin Sui: "Setuju."
Chao Zhaoyue terus melototinya: "Kalau kau tidak merebut gelar Pedang Nomor Satu di Dunia, bagaimana Kerajinan Tembikar Xirang kami bisa termasyhur di dunia?"
Chao Zhaoyue kembali menatap Yan Xueyi, niatnya bergelora: "Kau..."
Dewa Kegelapan menyilangkan tangan, berkata tenang: "Hamba tidak ikut campur dalam perselisihan dunia fana."
Detik berikutnya, sorot mata merah keemasannya berkilat, kembali berubah menjadi si iblis: "Aku tidak mau pergi."
Chao Zhaoyue: "..."
Ia berbisik pada Mak Comblang: "Mengapa bicara Sang Junjungan akhir-akhir ini dengan gaya seperti ini?"
——Sepertinya kondisi mentalnya tidak begitu normal.
Chao Jinsui: "..."
Ritual darah ini benar-benar luar biasa. Mantra rahasia persembahan yang bisa berkomunikasi langsung dengan dewa ini memang hanya digunakan oleh pendeta suku di zaman kuno. Ritual darah dengan korban jiwa sebanyak ini mulai perlahan memberi pengaruh besar pada Dewa Kegelapan.
Perlahan, terkadang muncul banyak pikiran aneh di benaknya yang sama sekali bukan miliknya.
Contoh: Takdir adalah sainganmu dalam memperebutkan posisi, bunuh dia!
Tapi Raja Iblis langsung berpikir: Apa? Jadi di hadapannya, aku masih punya posisi terhormat?
Seperti kadang-kadang saat dia memandanginya, tiba-tiba muncul niat membunuh yang sangat kuat.
Si iblis ini langsung menyimpulkan: Benar, ada nyamuk di sebelahnya, layak dibunuh.
Sebenarnya dia memang berwatak galak, namun di bawah pengaruh ritual darah, kegalakannya berubah dari biasa menjadi sangat ekstrem. Sesekali muncul keinginan kuat untuk menghancurkan dan membunuh sesuatu.
——Maka Zhao Jin Sui pun menemukan: Dengan kejam dia mencabuti semua bunga di kamar sampai botak; juga dengan ekspresi datar merampas tanghulu permen dari anak di jalanan, memandangi mereka menangis sambil mendengus dingin yang ambigu.
Bagai orang yang mengalami gangguan energi dalam, menjelma menjadi sosok gila.
Jin Sui: “……”
Malam ini, si iblis pun menyadari dirinya telah terpengaruh ritual darah.
Pengaruh ini sangat halus dan bertahap, sebelumnya hanya mengganggunya, namun kini dalam dua hari terakhir efeknya mulai terlihat. Jika terus menumpuk, efek "pencucian otak" mungkin tak terhindarkan.
Tapi dia tidak terlalu khawatir tentang dirinya sendiri. Yang dikhawatirkannya adalah diri sebagai Dewa Kegelapan.
Dia bisa menjamin kemampuan pengendalian dirinya yang kuat, bagaimanapun juga tidak akan menyentuhnya. Tapi bagaimana dengan Sang Dewa Kegelapan?
Memandangi gadis yang tertidur itu, dia berpikir: "Hamba tidak bisa mengambil risiko sekecil apapun."
Maka, di telapak tangannya tertoreh sebaris karakter.
Dewa Kegelapan membuka mata di kegelapan malam. Begitu melihatnya, gelombang niat membunuh yang tak jelas asalnya mengalir dari kedalaman hati.
Beribu pikiran melintas di benaknya, tapi Sang Dewa hanya mengerutkan alis, lalu dengan tenang mengalihkan pandangan.
Dewa Kegelapan berkata dengan dingin penuh penghinaan:
"Bahkan hamba sendiri tak sanggup membunuhnya, masak ritual darah sepele ini bisa?"
Dewa Kegelapan bukan tidak pernah mencoba——di Jalur Asura, saat pertama kali membuka matanya, memang berniat untuk bertindak terhadap takdir dan membunuhnya.
Tapi apakah dia berhasil? Tidak, kalah telak.
Di bawah pengaruh "Yan Yan", Dewa Kegelapan tidak hanya tak bisa menyakitinya, bahkan satu kata kasar pun tak terucap. Kini sampai pada keadaan: dia minum teh, dia menemani; dia jalan-jalan, dia membawa barang; dia makan mi, dia makan daun bawang.
Dewa Kegelapan bahkan mulai menanti-nanti——
Akankah ritual darah mengembalikannya pada sosok bertekad membunuh yang tegas seperti dulu?
Akankah ritual darah menyembuhkan otaknya yang dipenuhi cinta dan nafsu?
Akankah ritual darah mengubahnya kembali menjadi Dewa Kegelapan yang heroik?
Lalu, Dewa Kegelapan melihat tulisan di telapak tangannya.
Aksara yang berani dan tajam, memancarkan sikap agresif: "Kau bertindak, aku bunuh diri."
Dewa Kegelapan：“……”
Dewa Kegelapan：Saat hamba memiliki jebakan cinta dan nafsu duniawi, mengapa wajah burung begini yang muncul?
