Takdir terkejut dan murka, meski cangkang ini hanya sementara dicarinya, fakta bahwa seorang manusia biasa berhasil mengusirnya benar-benar memicu amarahnya.
——Kini bagaimana mungkin dia tak paham, di pegunungan lapisan kedelapan, Zhao Jin Sui sama sekali tidak menggunakan kekuatan penuh!
Sekalipun dihajar sampai muntah darah, dia masih menahan diri, dia bahkan menggunakan cara ini untuk menguji dirinya!
Dia mengira ini penghancuran sepihak, tapi dengan tindakan nyata dia membuktikan:
Pergilah bermimpi panjang kalender lunar!
Sifat dan watak seperti ini membuat Takdir merasa takut sekaligus lega:
Untungnya, usianya baru 100 tahun, belum sepenuhnya berkembang.
Namun, tepat ketika Takdir hendak bertindak, dia merasakan kehadiran entitas sangat kuat di antara Langit dan Bumi, tekanan aura mengerikan yang tak kalah darinya!
Dewa Kegelapan!
Dia segera ingin menghilang, tapi detik berikutnya sadar situasi genting: Dewa Kegelapan telah mengunci wilayah Langit dan Bumi ini sepenuhnya!
Takdir gemetar marah, tak menyangka saat hendak memancing pembunuhan Zhao Jin Sui, sang gadis justru menjadikan diri sendiri sebagai umpan untuk membalasnya!
Beraninya dia?!
Takdir seharusnya menyadari perilaku aneh, tapi meski berkali-kali dihajar, muntah darah, dia tetap menahan diri tidak menghubungi pihak luar, membuat Takdir benar-benar melepaskan segalanya.
Dia tersenyum sinis: "Pikiran yang sangat lihai."
Asap kehijauan berubah menjadi personifikasi, tetap seorang pria berbaju putih, tapi dibandingkan cangkang yang dia rasuki di Gunung Lapisan Kedelapan, terlihat jauh lebih renta.
Bola mata merah keemasan Dewa Kegelapan mengawasi dalam-dalam luka di tubuh Zhao Jin Sui.
Dia tersenyum padanya dalam keadaan masih kotor-kotoran, terlihat sangat memalukan.
Dewa Kegelapan berpikir: Dia terluka.
Takdir perlahan bicara: "Dewa Kegelapan, urusan antar Takdir, kenapa harus ikut campur?"
Pupil merah keemasan Dewa Kegelapan tak bergerak sama sekali, akhirnya menoleh memandang Takdir.
Arah pandangan Dewa Kegelapan beralih ke pria berbaju putih itu.
Pada saat itu, rasa jijik yang kuat berkumpul di hati. Jika Takdir Kuno dalam benak Dewa Kegelapan dulu bagaikan burung matahari, kini seolah ia melihat seekor burung matahari yang tak berbulu, merayap di tanah.
Di hatinya menggelora niat membunuh yang belum pernah ada sebelumnya!
Takdir: "Dewa tak memiliki keinginan. Apa kau benar-benar tenggelam dalam cinta? Jika saat kembali ke posisi tak bisa memutus benang cinta, bagaimana bisa kembali ke langit kesembilan?"
Begitu ucapan itu selesai, Dewa Kegelapan bergerak.
Posturnya berkelebat, dan tiba-tiba sudah berada di hadapan Takdir!
Langsung meraih kerahnya, terdengar dentuman suara dahsyat saat Takdir dibenturkan Dewa Kegelapan ke sebuah gunung! Lereng gunung seketika retak!
Zhao Jin Sui akhirnya mengerti mengapa Dewa Kegelapan tak menggunakan pedang atau senjata apapun.
Dewa Kegelapan juga tak seperti Takdir ini yang masih membawa ranting kayu persik untuk trik-trik supernatural palsu——
Arca dewa yang sesungguhnya bertarung, cukup dengan menabrakkan lawan ke puncak gunung.
Hanya terdengar suara mengguncang bumi dan gunung, sebuah gunung ambruk, lalu diganti dengan gunung lain yang dihantam!
Takdir masih ingin mengatakan sesuatu, tapi dia sudah ditangkap oleh Dewa Kegelapan dan dihantam ke gunung!
Penampilan tenang dan santai sang Takdir berbaju putih akhirnya menghilang. Dengan kekuatan dahsyat, tubuhnya nyaris tertanam di lereng gunung setelah dihantam keras!
Takdir juga bukan vegetarian. Setelah secara tak terduga ditangkap dan berkali-kali dihantam ke gunung, dia meledak marah: "Dewa Kegelapan, kau belum kembali ke tahta dewamu! Tubuhmu tetap saja tubuh manusia biasa!"
Di pupil merah keemasan Dewa Kegelapan, tak ada gelombang energi yang terlihat.
Dewa Kegelapan berkata datar: "Manusia Burung, kau benar."
Manusia Burung·Takdir: ??
"Tapi, Manusia Burung, kau sekarang sangat payah."
Hanya terdengar suara KREng yang keras—
Takdir kembali ditangkap dan dihantam ke sebuah gunung!
Kawasan Pegunungan Pedang Giok dikelilingi pegunungan yang berdiri rapi, topografinya sangat cocok untuk aktivitas menghantam gunung.
Takdir akhirnya menyadari bahwa berubah menjadi personifikasi adalah keputusan yang sial, segera berubah menjadi asap kehijauan, tersungkur hendak melarikan diri.
Tapi Dewa Kegelapan yang bermandikan gelora pembunuhan itu juga berubah menjadi aura hitam, dengan cepat menangkap asap suci itu, seolah mengayun palu raksasa, langsung menghantam Takdir ke gunung besar!
Antara Langit dan Bumi terbagi hitam-putih, saling menabrak gunung dengan gila-gilaan!
Hanya terdengar suara Kreng-kreng-kreng, Dong-dong-dong.
Begitulah Dewa Kegelapan - dewa sederhana nan brutal.
Para dewa zaman kuno sangat tidak menyukai bertarung dengan Dewa Kegelapan, karena dia tidak akan memberi muka pada dewa manapun, langsung menangkap dan menghantam ke gunung dengan Kreng-krengan. Bukan main, dewa ini adalah dewa kematian dengan tingkat kekuatan yang luar biasa tinggi.
Pertarungan kelas tinggi justru membutuhkan cara paling sederhana.
Pertarungan dewa-dewa tanpa jurus pedang megah atau serangan dahsyat, tidak akan membuat penonton tiba-tiba merenungkan jalan. Karena yang ada hanyalah saling pukul Bok-bok-bok, bagai dua tim pembongkaran gedung.
Cultivator pedang yang ingin mengamati dan belajar: "……"
Zhao Jin Sui mengamati dengan teliti perkelahian antara mereka berdua.
——Sebenarnya dalam arti tertentu, kedua sosok di depan mata ini tidak bisa disebut 'dewa', melainkan 'calon dewa'.
Dewa Kegelapan belum dikembalikan ke posisi semula, sehingga menghadapi banyak batasan;
Takdir juga mengalami kemerosotan yang belum pernah terjadi, tidak memiliki legitimasi yang jelas.
Di antara calon dewa, Takdir jelas lebih payah dibandingkan Yan Yan.
Dengan begitu, Takdir terlihat semakin mendekati 'manusia'.
Sistem melihatnya kurang fokus, mengira kepercayaan dirinya runtuh karena Takdir, bergegas menghibur:
"Tuan rumah, jangan patah semangat. Mereka sudah setengah langkah masuk bidang dewa. Kau belum menjadi dewa, kalah itu wajar."
Zhao Jin Sui tersadar dan tersenyum: "Tidak, aku tidak kecewa."
Tidak hanya tidak kecewa, malah berpikir: Berapa peluangnya jika berhadapan dengan Takdir ini?
Zhao Jin Sui menunduk melihat telapak tangannya, sensasi pisau es yang menghantam sekuat tenaga tadi masih tersisa di telapak tangan, seperti seseorang yang melempar batu kecil ke air, akhirnya menguji kedalamannya.
Jika takdir benar-benar adalah dewa yang perkasa, ingin mengalahkannya dengan tubuh manusia biasa, itu sama saja dengan mengigau.
Bagaimanapun, yang disebut takdir, menguasai petir langit, menguasai Tianji, gunung dan sungai bernapas, matahari dan bulan berubah-ubah, itu adalah bidang yang tak mungkin dicapai manusia biasa.
Mampukah kau menebas dewa aturan yang menggerakkan Langit dan Bumi ini?
Tapi takdir yang satu ini jelas berbeda.
Ia terlalu renta, mulai sok keras, berhadapan dengan Dewa Kegelapan yang belum pulang pun terus mundur.
Dia bisa merasakan, kini ia berada di antara tingkat dewa dan "setengah-dewa", bukan tidak mungkin dikalahkan.
Seolah-olah dia melihat ketuaannya yang ekstrem.
Mirip kawanan serigala yang muncul dua pemimpin.
Raja serigala muda, menemukan kelelahan raja serigala tua yang tak terkalahkan bagai monumen, akhirnya tak bisa menahan diri menampakkan gigi taring berkilau seperti salju.
Kesalahan terbesar yang dilakukannya——
Adalah memperlihatkan kemungkinan membunuh dewa padanya.
Pisau es, kini hanya bisa mengusir takdir dari cangkang sementara yang ditempeli.
Lalu bagaimana jika dia mencapai tingkat dewa? Jika dia berhasil menguasai tingkatan keenam Qian Kun Dong dari Ilmu Pedang Kunlun?
Dia menyipitkan mata almondnya yang cantik.
Dalam sorot mata dinginnya, kilauan mengancam seolah melesat sekelebat.
Pertarungan di bawah masih berlanjut.
Langit tiba-tiba gelap. Awan hitam tanpa disadari telah menyelimuti angkasa. Di atas, awan petir tebal mulai bergumpal.
Brak! Kilat ungu sebesar lengan menghujam ke arah Dewa Kegelapan dengan dahsyat!
Meski Takdir telah melemah, ia masih memiliki indra keenam yang ajaib dengan Langit dan Bumi, setidaknya masih bisa memicu petir langit.
Zhao Jin Sui menyipitkan matanya.
Ini adalah hal yang mustahil dilakukan manusia biasa.
Dalam hatinya berharap: Andai saja ia bisa tewas hari ini.
Namun di lubuk hatinya muncul firasat samar—
Bagaimanapun ia adalah Takdir, dewa Langit-Bumi-Matahari-Bulan selama sepuluh ribu tahun, mungkinkah jatuh dengan mudah?
Takdir terlihat sangat memalukan. Petir langit yang dipicunya berhasil menghentikan sementara aksi Dewa Kegelapan yang menyemburkannya ke gunung, tapi ini bukan solusi jangka panjang!
Dewa Kegelapan terlalu kuat.
Kilauan emas samar menyelimuti tubuh Dewa Kegelapan. Bola mata merah keemasannya memandang Takdir tanpa emosi. Tiba-tiba ia menerjang masuk ke dalam petir langit, memaksakan diri menyambar Takdir keluar, lalu terus menghantamkannya ke tembok besar dengan kreng-kreng!
Namun tepat di saat itu, gerakan Dewa Kegelapan tiba-tiba membeku.
Pupil merah keemasannya mulai menunjukkan perubahan.
Zhao Jin Sui juga menyadari sesuatu yang tidak beres: Di udara, mulai muncul aura setan samar!
Yan Yan memang belakangan terlalu sering menggunakan aura setan, sudah di ambang mengamuk. Jika dipancing lagi dengan aura setan, mustahil tidak meledak!
Raut wajahnya berubah dingin. Ternyata Dewa Kegelapan berhenti bergerak. Matanya mulai berubah warna, perlahan berubah dari merah keemasan menjadi hitam legam penuh aura mengerikan. Pupilnya menghilang, garis-garis iblis mulai muncul di pipinya!
Inilah maksud Takdir tentang keterbatasan tubuh setan yang mengikat Dewa Kegelapan.
"Yan Yan!"
Makhluk iblis yang mengerikan dengan aura setan melonjak itu menoleh dengan lambat mendengar suara familiar ini.
Dia kembali ke sisinya, gerakannya menjadi kaku seolah sedang berjuang keras menahan aura setan yang mengamuk.
Dia langsung memeluk erat iblis mengerikan itu, sehingga makhluk kegelapan itu pun sedikit tenang. Segera setelah itu, rantai emas muncul di tubuhnya, membelenggunya dengan erat.
Takdir perlahan bangkit dari reruntuhan. Tubuhnya yang telah hancur berulang kali oleh Dewa Kegelapan dan menyatu kembali, kini tampak compang-camping. Namun di tengah rasa sakit yang menusuk, ia masih bisa tersenyum, bahkan menatap Zhao Jinsui sambil bertanya:
"Kini, apa yang akan kau lakukan?"
Dewa Kegelapan yang terganggu oleh kerusuhan aura setan kini menjadi orang gila yang tak bisa membedakan kawan dan lawan——siapa lagi yang bisa melindunginya?
Senyuman di sudut mulut Takdir semakin melebar:
"Kau memang punya potensi besar, sangat lihai."
"Tapi antara kita, terbentang jurang sepuluh ribu tahun."
Satu adalah "dewa", satu lagi manusia biasa.
Senyumnya penuh sindiran: "Adil?"
Di hadapannya, Sang Takdir memancarkan kesombongan yang angkuh——bagaimanapun, usia muda membuatnya terlihat begitu kecil.
Dia berkata: "Di dunia ini, pada dasarnya tidak ada keadilan yang bisa dibicarakan."
Kalimat ini keluar dari mulut "takdir", sungguh terasa sangat ironis.
Dengan tenang dia berkata: "Sebagai dewa tatanan kau berani mengatakan hal seperti ini, kurasa inilah alasan kelahiranku."
Dia menggesek-gesekkan wajahnya dengan mesra, anehnya sosok jalan iblis yang berwajah mengerikan itu langsung diam patuh.
Takdir mengira di hadapan Dewa Kegelapan, dia pasti akan berusaha menyenangkan. Baru saja ingin mengejeknya - buat apa sekarang memohon pada Dewa Kegelapan? Dewa Kegelapan kini adalah orang gila yang tak bisa membedakan kawan lawan, mungkin dalam sedetik akan mencekik lehernya!
Tapi yang terdengar justru suaranya yang lembut:
"Lihat takdir itu?"
Tiba-tiba, takdir itu merasakan firasat buruk.
Suaranya berbisik: "Anjing baik, dengar, aku benci dia."
Dengan tangannya sendiri, dia melepas rantai pengikat Anjing galak itu.
Maka, sepasang mata kosong tanpa pupil dan emosi itu mengarah tepat ke takdir di seberang!
Takdir tercengang: Bagaimana mungkin? Jalan iblis yang dikuasai aura setan, bagaimana bisa patuh?
Berani sekali dia! Memperlakukan Dewa Kegelapan sebagai "anjing kesayangannya", apakah dia gila?
Tapi tiba-tiba insting merayap yang membuat bulu kuduknya berdiri, memaksanya terbang nekat ke ujung langit!
Namun, sudah terlambat.
……
Dengan tenang dia berbalik.
Hari ini, dia menyaksikan kekuatan dua dewa, mengintip sudut bidang ketuhanan.
Tatapannya menembus kerumunan orang yang menengadah di bawah Gunung Pedang Giok.
Angin menerbangkan rambut terurainya, siluet tegapnya bagai pedang yang baru terhunus.
Dia akan menjadi dewa - tak lagi menjadi manusia yang menatap puncak gunung dari bawah.
Dia takkan berlindung di bawah sayapnya.
Dialah anjing kesayangannya, tapi saat dia melindunginya——
Dia berharap lain kali, dialah yang akan melindunginya.
Dia akan menjadi dewa yang sejati.
Akan tiba di puncak gunung, bertemu dengannya di titik tertinggi, berdampingan menyaksikan pergantian matahari, bulan, dan bintang-bintang.
Tapi kini, masih ada satu hal yang harus diselesaikannya.
Di hatinya telah muncul sebuah dugaan samar, dia ingin memverifikasi kebenarannya.
Jika dugaan itu benar, dia memiliki firasat.
Itu adalah kesempatan yang belum pernah ada sebelumnya!
Ilusi Lapisan Kedelapan Gunung hancur berantakan, Pertemuan Pedang Giok pun dihentikan.
Namun sebelum anggota Sekte Pedang Giok sempat memasuki gunung untuk menyelidiki kecelakaan kecil itu, sebuah pertempuran menggemparkan telah menarik perhatian ribuan orang.
Guntur langit bergulung-gulung, langit dan bumi bergoncang, tekanan aura mengerikan memenuhi seluruh semesta.
Itu jelas bukan gejolak yang bisa dibuat cultivator Yuan Bayi sempurna, mungkinkah cultivator tingkat dewa?
Tapi beberapa cultivator Yuan Bayi sempurna yang hampir mencapai tingkat dewa serentak menampakkan wajah terkejut: Itu bukan tekanan aura tingkat dewa!
Di Kota Pedang Giok, kepanikan massal melanda, situasi menjadi kacau balau.
Yuan Jingtian yang buru-buru turun dari Gunung Lapisan Kedelapan segera memberi perintah:
“Blokir Gunung Pedang Giok! Jangan biarkan siapa pun masuk atau keluar! Semua murid dari berbagai sekte harus dikumpulkan dan Formasi Perlindungan Gunung harus diaktifkan!”
“Pertempuran sementara belum mencapai Gunung Pedang Giok. Melarikan diri ke luar gunung saat ini sama saja dengan cari mati! Segera kembali!”
Di kaki gunung, para cultivator pedang dari berbagai sekte besar saling memandang dengan bingung.
Seseorang berteriak ketakutan: “Pemimpin Aliansi Yuan, apakah ini cultivator tingkat dewa?”
Yuan Jingtian tidak menjawab. Setelah saling memandang dengan Lei Zhen'e dan beberapa orang lain, mereka semua melihat bayangan kekhawatiran di mata satu sama lain.
Yuan Jingtian meninggalkan ucapan “Ini bukan cultivator tingkat dewa” lalu buru-buru pergi bersama anak buahnya.
——Itu adalah entitas yang lebih mengerikan dari cultivator tingkat dewa!
Ketiga anggota Xi Rang Zong menunjukkan raut wajah khawatir.
Karena Zhao Jin Sui belum turun gunung.
Mereka semua teringat pada pemuda yang memanggil Zhao Jin Sui pergi tadi.
Hongniang：“，！”
Zhao Zhaoyue：“。”
，。
LingyunHongniang，，，。
：，。
，Yuan Fengnian，Chao Taichu，。
，，。
，“”，，Chao Taichu。
。
Zhao Jinsui，，！
Dengan begitu mereka bisa bersalaman, selama dia tidak mengancam posisinya, tentu dia bisa menerimanya.
Selain itu, nantinya dia hanyalah boneka di tangan Takdir yang bisa dengan mudah dikendalikan, apa lagi yang perlu ditakuti?
Chao Taichu nyaris mati penantian, tapi tidak——
Dari awal hingga akhir, Zhao Jin Sui sama sekali tidak goyah!
Dia menggigit gigi kesal: Mengapa dia tidak bisa lebih lemah? Mengapa dia dengan tegas menolak mundur?
Tapi dia juga sangat memahami anak perempuannya ini, dia memiliki karakter tidak akan menyerah dan berani hancur bersama seperti giok terbakar. Fakta bahwa dia tidak terjebak dalam perangkap, seolah-olah sudah diprediksi.
Saat melihat Dewa Kegelapan muncul, Chao Taichu akhirnya putus asa menyadari: Berharap pada Takdir untuk menyelamatkan nyawanya sudah percuma.
Chao Taichu gelisah berputar-putar di dalam vila pribadi.
Di luar vila hujan mulai turun, semakin menambah kegelisahannya.
Akhirnya, dia mengambil keputusan tegas, menghela napas perlahan, dan berangsur-angsur menjadi tenang.
Apa itu Takdir Dewa Kegelapan? Mereka punya cara hidup angkuh, tapi Chao Taichu sebagai cultivator biasa tentu memiliki jalan keluar sendiri.
Namun, saat dia berbalik hendak meninggalkan vila pribadi, Zhao Jin Sui muncul.
Penampilannya sama persis seperti saat meninggalkan Kunlun Jianzong dulu.
Baju putih bagai salju, sepasang mata almond indah yang dingin menusuk, rambut terurai berkibar tanpa angin di malam hujan ini memancarkan nuansa sadis.
Pedang Kunlun di tangannya meneteskan air hujan seperti tetesan darah yang membuat bulu kuduk merinding.
Awalnya Chao Taichu terkejut sejenak.
Tapi perlahan, orang ini justru menjadi tenang.
Dia berkata: "Kau datang?"
Nada bicaranya mengandung ketenangan yang terprediksi. Sambil menatap asap kehijauan yang mengepul, dia menghela napas: "Saat kau baru lahir dulu, sungguh aku sangat menyayangimu."
"Anak yang murni dan menggemaskan bagai salju musim semi, hanya perlu digoda sedikit langsung tertawa riang, siapa yang tak akan menyukainya?"
Chao Taichu menghela napas panjang:
"Saat itu aku berpikir, karena wajahmu mirip dengan ibumu, nantinya pasti akan tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik."
"Aku bahkan pernah menggendongmu di leher, membiarkanmu menunggang kuda perang."
Pandangannya menerawang jauh, seolah kembali ke masa lalu.
Tak ada yang menjawabnya, hanya hujan lebat yang mengguyur di luar.
Chao Taichu berkata: "Sayang sekali masa indah itu tak bertahan lama."
Zhao Jin Sui mengikuti arah pandangannya, menatap tablet leluhur bertuliskan "Guru Suci Tak Tertandingi, Jalan Langit".
Chao Taichu berkata: "Itu memberitahuku dua ramalan!"
Dengan cepat ia menggenggam erat meja itu, namun saat menoleh justru melihat senyuman mengejek di sudut mulutnya.
——Seandainya dulu Chao Taichu tak menghabisi sampai ke akar-akarnya terhadapnya, Chao Zhaoyue dan A'Pu, bagaimana mungkin sampai pada tahap pertempuran habis-habisan ini?
Namun senyuman itu seolah memprovokasi Chao Taichu, yang tiba-tiba menjadi sangat antusias:
“Kau pikir aku tidak tahu apa yang terjadi?!”
“Tidak, aku bisa menebak! Seratus tahun, setiap hari aku merenung, bagaimana mungkin aku tidak bisa menebak!”
Benar, kecerdasan Chao Taichu tidaklah payah, bagaimana mungkin dia tidak melihat itu sebuah perangkap?
Chao Taichu berkata dengan amarah:
“Aku tidak tahu kah?! Tapi aku sudah tidak punya jalan mundur!”
Sejak saat dia memaksa A'Pu terjun dari tebing, dia benar-benar kehilangan opsi untuk menarik diri!
——Dia sudah sadar, tapi kesadarannya datang terlambat.
Hubungannya dengan anak perempuannya telah mencapai titik perpisahan total.
Menjadi boneka di bawah ramalan itu!
Jadi meski tahu itu jebakan, sebuah skenario, dia terpaksa melanjutkan langkahnya!
Dia hanya ingin bertahan hidup!
Chao Taichu dengan kasar menyapu tablet takdir hingga ambruk di lantai, wajahnya tak waras, “Ini semua salahmu! Salahmu!”
Matanya merah darah, kali ini kebenciannya benar-benar mencapai puncak——
"Dia seharusnya bisa memiliki seorang putri takdir di masa depan! Awalnya Chao Jinsui akan tetap tinggal di Kunlun Jianzong, selamanya digunakan untuknya!"
Chao Jinsui menatapnya, untuk pertama kalinya dalam seratus tahun ini dia melihat Chao Taichu kehilangan kendali seperti ini. Tapi wajahnya tetap dingin, malah dengan suara lembut membongkar kebohongannya: "Apa kau pikir dengan menyalahkan takdir, dirimu jadi bersih?"
"Yang salah adalah takdir yang mempermainkanmu. Kau hanya boneka yang dikendalikan orang."
Senyum mengejek muncul di wajahnya: "Omongan seperti itu, pergilah bohongi anak tiga tahun."
Kemarahan setengah jujur setengah palsu di wajah Chao Taichu menghilang. Dengan wajah kehilangan jiwa dia bergumam:
"Hamba tidak akan melawanmu lagi di kemudian hari."
"Sekte Pedang Kunlun maupun keluarga Chao, ambil saja semuanya!"
Chao Jinsui memandangnya dengan tenang.
"Kalau ramalan itu palsu, dan kau sudah tahu, mengapa masih tidak mau membiarkankan pergi?"
“Dulu hamba memang tidak memperlakukanmu dengan baik, tapi selama di Kunlun Jianzong, urusan makan-minum dan pakaianmu, mana ada yang hamba perlakukan dengan buruk!”
……
Di balik tembok, Chao Zhaoyue yang menyilangkan lengan dan bersandar di dinding, perasaannya sangat rumit.
Diam-diam ia mendengar, akhirnya tak bisa menahan diri menyeringai dingin:
“Saat keluarga Su meminta tulang pedang bawaan, kau tanpa ragu memilih mengorbankan aku?”
“Saat aku di Kediaman Tianci, bagaimana kau memerintahkan untuk mematikan Shuiyuntian?”
Ia menundukkan matanya, menutupi kebencian di dalamnya.
Sebesar kekaguman dan rasa hormatnya pada ayah waktu kecil, sebesar itu pula kebenciannya sekarang!
“Ayah, anakmu ini tidak pernah muncul dalam ramalan itu.”
“Chao Taichu, selain dirimu sendiri, kau tidak mencintai siapa pun!”
Begitu ucapannya selesai, ruangan itu akhirnya hening.
Lama kemudian, suara Chao Taichu terdengar:
“Setidaknya, aku adalah ayah kandung kalian.”
“Jika ramalan itu palsu, mengapa harus sampai seperti ini?”
Sepatah kata ringan langsung mengelupas segala penderitaan mereka, seolah kelahiran mereka mengharuskan mereka menanggung segalanya, tanpa boleh menuduhnya apa pun.
Sebutan "ayah kandung" hendak menghapus seluruh masa lalu.
Dalam deru hujan lebat, Chao Zhaoyue menggenggam erat telapak tangannya, urat hijau di dahinya menonjol.
Zhao Jin Sui nyaris tak bisa menahan tawa dingin.
Dia bisa menyebabkan kematian A'Pu sekali;
Dia bisa memerintahkan ratusan anak panah melesat menghujamnya sampai mati di hamparan salju;
Dia bisa membelah tulang pedang bawaan Chao Zhaoyue tanpa berkedip sedikit pun;
Juga sanggup menyuruh Chao Zhaoyue menyerahkan nyawa dengan wajah datar.
Kini dia bertanya padanya: "Mengapa sampai segitunya?"
Ya, ayah kandung.
——Karena ini, di kehidupan sebelumnya sebelum Chao Zhaoyue mati, meski dimanfaatkan, dijadikan golok, bahkan menghadapi sikap pilih kasih yang terang-terangan, dia tak pernah merasa keberatan.
Saat itu dia berpikir, bagaimanapun dia telah melahirkannya, inipengembalian kasih sayang kelahiran.
"Tapi apa yang dia dapatkan di kehidupan itu?"
Tertembus ratusan anak panah di dada.
Dia tidak akan menyalahkan kekejaman dan perlakuan kejam Chao Taichu, menghitung satu per satu kesalahannya, karena itu akan membuatnya terlihat seperti anak kecil yang dipenuhi kekecewaan.
Dia telah dewasa, semakin mendekati Takdir, dan telah memiliki sifat hati yang cukup dingin.
Jadi, Chao Taichu tidak mendengar tuduhan, hinaan, atau tangisan, juga tidak mendengar bantahan.
Dia hanya mendengar suara hujan deras menghantam tanah, dan gemuruh guntur di luar jendela.
Dia hanya berbisik lembut: "Bukan palsu."
Chao Taichu tidak paham: "Apa?"
Dia tersenyum:
"Ramalan kedua adalah karangannya, tapi bukan palsu."
"Kau lupa? Saat itu aku belum lahir, ia masih Takdir. Meski sekarat dan hampir mati, ia tetap Takdir yang sah."
Awalnya Chao Taichu bingung, tapi perlahan, raut wajahnya berubah.
Karena tiba-tiba dia menyadari, hakikat Takdir sebenarnya adalah Dewa Aturan antara Langit dan Bumi.
"Apakah satu kalimat yang diucapkannya secara sembarangan, bisa disamakan dengan kebohongan biasa?"
Dia berjongkok, menatapnya berhadapan:
"Coba tebak, waktu itu dia masih menjadi takdir. Saat ramalan keluar dari mulut takdir, entah itu karangan atau bukan, apakah akan menjadi kenyataan?"
Mungkin takdir sendiri tak menyangka hal ini. Dia mengira hanya mengarang sebuah ramalan, tapi lupa bahwa dirinya saat itu masih menjadi dewa aturan!
Jadi membunuh ayah kandung sendiri itu benar;
Membuktikan jalan kebenaran juga benar.
Meski Chao Jinsui tidak yakin seberapa lemah takdir saat itu, berapa sisa kekuatannya, sampai sejauh mana ramalannya akan terwujud—tapi setidaknya, satu hal bisa dipastikan: Kematian Chao Taichu akan membuatnya selangkah lebih dekat ke takdir.
Apakah mendapatkan sebagian kekuatan dewa? Atau menguasai petir langit?
Dia tak akan memilih meratap atau menuduh, seolah itu bisa mengganti semua penderitaan bertahun-tahun.
Dia memilih cara lebih dingin untuk memberitahunya.
Bagai hantu pemanggil arwah yang berbisik di telinga——
Lihat, mimpi burukmu selama bertahun-tahun, akan terwujud.
