Yan Xueyi adalah Raja Iblis yang sangat kaya.
Popularitasnya luar biasa besar, sampai-sampai jika muncul di sekte mana pun di dunia kultivasi dan menyebut namanya, keluarga-keluarga langsung mengeluarkan sesuatu untuk persembahan. Karena itu, gudang Yan Xueyi dipenuhi Lingshi tak terhitung, gunungan harta karun, tapi barang-barang terbaik semuanya dikemas tampak tak bernilai, dijadikan hadiah ulang tahun untuknya.
Kini iblis ini akan meninggalkan dunia fana, maka artefak magis berguna dari gudang Istana Iblis, harta karun pelindung tubuh, koleksi seratus tahun, semua disesakkan ke paviliun kecil di Lembah Feishuang.
Pasukan makhluk rendahan kelas rendah berbaris gegap gempita mengangkut berbagai barang menuju Lembah Feishuang, pernikahan meriah sepanjang sepuluh li bukanlah apa-apa dibanding mahar Penguasa Iblis yang hampir mengosongkan Istana Iblis.
Tapi Yan Xueyi sama sekali tidak menyentuh pondok mereka. Sebelum pergi, dia memasang belenggu magis di Istana Iblis yang hanya bisa dibuka olehnya.
Sebelum meninggalkan Istana Iblis, dia menangkap Si Mata Berbinar dan melemparkannya ke Jurang Setan, melatihnya secara pribadi.
Meski Si Mata Berbinar adalah makhluk spiritual jiwa Penguasa Iblis, sebenarnya dia diperlakukan layaknya hewan peliharaan biasa.
Walau sehari-hari sering mencaci maki ketidakbergunaannya dan kerap menendangnya hingga terpental, kenyataannya Penguasa Iblis tak pernah mengizinkannya melakukan tugas berbahaya atau maju di garis depan saat bertarung.
“Di masa lalu yang panjang, saat dia masih menjadi bulan yang dipandang dari kejauhan oleh si iblis kecil, istana iblis terasa dingin dan sepi, hanya Si Mata Kecil yang menemani sang iblis kecil.”
“Tapi sekarang, hari-hari indah Si Mata Kecil yang malas dan suka bersantai telah berakhir.”
“Di dalam Jurang Setan, Si Mata Kecil mengeluarkan jeritan yang mengguncang langit dan bumi. Setiap kali Penguasa Iblis datang selama periode ini, latihan tanpa ampun selalu diberikan padanya.”
“Ketika diseret keluar oleh Raja Iblis, tubuh Si Mata Kecil sudah lemas seperti mi yang lunak.”
“Tapi hari ini, Raja Iblis berkata pada Si Mata Kecil:”
“Ini yang terakhir kalinya.”
“Aku akan segera pergi.”
“Nantinya, kau harus selalu mendampinginya.”
“Bangsa Iblis telah disegel, hanya makhluk spiritual seperti Si Mata Kecil yang memiliki darah kuno yang menjadi satu-satunya keberadaan yang kebal terhadap aura setan. Apalagi Si Mata Kecil adalah keturunan naga palsu purba, sebenarnya potensinya sangat besar.”
Raja Iblis berkata: "Ini perintah terakhir. Apapun yang terjadi di akhir nanti, jaga nyawanya."
Mata Berbinar mengangkat kepalanya, menggesek-gesekkan wajah dengan mesra di telapak tangan tuannya: "Baik, Tuan."
Mata Berbinar takut mati dan mudah lelah, tapi setelah tuannya pergi, ia perlahan merayap masuk ke Jurang Setan.
Sebenarnya Mata Berbinar adalah naga palsu yang sangat patuh dan sangat mencintai tuannya. Ia akan membantu si iblis kecil menjaga harta karunnya.
……
Kini ibu kota iblis telah kosong sepenuhnya, dipenuhi aura setan yang mengalir deras. Bahkan Lentera Malam Abadi tak mampu meneranginya. Pasar yang ramai telah lenyap, kasino bawah tanah yang beroperasi 24 jam pun menjadi sunyi senyap, bagai kota mati.
Setelah menyelesaikan urusan terakhir, Yan Xueyi meninggalkan kota kosong ini.
Ia kembali ke paviliun kecil, masih ingat mematahkan beberapa tangkai sulur iblis untuk ditaruh di depan ranjangnya.
Pagi ini, ia menemukan "nafsu"-nya telah hilang. Maka diputuskan untuk terus-menerus nempel di sisinya. Saat perempuan itu terlelap, ia menopang dagu sambil malas-malasan memandanginya, sesekali menjambak rambut panjangnya yang terurai.
Sejak kecil tidurnya selalu ringan. Pikirannya pun dipenuhi berbagai kekhawatiran. Kurangnya rasa aman membuatnya mudah terbangun oleh sedikit saja suara.
Akhirnya mereka pun tidur bersama.
Meski kerap merasa sesak dipeluk erat anjing galak ini, dan terus diganggu gerak-geriknya, namun setelah melalui berbagai cobaan, kualitas tidurnya justru membaik. Kini selama si iblis ada di samping, ia bisa terlelap sangat lelap.
Ekspresi tidurnya yang polos terlihat sangat menggemaskan. Usai menggambar dua kura-kura di pipinya, ia baru berhenti dengan enggan. Tapi saat teringat mungkin lama tak bisa melukis lagi, kuasnya berhenti sebentar, lalu menambahkan hidung kucing di ujung hidungnya.
Yan Xueyi sama sekali tidak merasa bahwa menghadapi tribulasi besar yang nyaris mati sembilan kali adalah hal yang mengerikan. Dia tidak takut sakit, juga tidak gentar mati.
Tapi dia tidak bisa melihatnya terluka hati, apalagi berani menyaksikannya menangis.
Begitu dia menangis, makhluk gelap yang biasa berbuat semaunya ini akan berdiri tak karuan.
Dia semakin khawatir terjadi sesuatu padanya.
Takdir dan Dewa Kegelapan, sudah ditakdirkan untuk menempuh dua jalan berbeda.
Meski tahu dia tenang, pintar, sama sekali tidak kalah dari siapa pun, tapi selama ini sekadar menaruhnya di bawah kelopak mata saja sudah takut dia menghilang. Kini saat harus pergi, tidak bisa melihatnya lagi, rasa takutnya semakin menjadi-jadi.
Karena itu dia menyiapkan segala kemungkinan, bahkan merancang strategi cadangan. Tapi ketika saatnya tiba, dia baru sadar dirinya masih... menyesali perpisahan ini.
Dia membuka mata, menemukan sosok iblis itu bagai hantu besar yang diam-diam mengawasi, seluruh tubuhnya memancarkan aura kemurungan.
Dia pun mendekat dan memeluknya. Makhluk iblis itu menunduk memandanginya dengan tatapan panjang, menahan diri sekali, lalu menahan diri sekali lagi, akhirnya sudut bibirnya mulai melengkung naik secara tak terkendali.
Maka dalam bayangan matanya, terpantul sosok dirinya sendiri dengan wajah penuh gambar kura-kura kecil.
Dia：“……”
Makhluk iblis itu menyemburkan tawa hahaha.
Dia：“……”
Otaknya kemasukan air sampai mengira dia murung! Nyatanya dia baik-baik saja!
Saat mencuci muka, ocehan makhluk iblis di belakangnya terus mengalir: Jika setelah dia bangun dan kembali ke posisi semula tapi dia belum menjadi takdir, dia akan menertawakannya dari langit; Kalau di Divine Realm dia akan kesepian, harus cepat-cepat menemaninya; Jangan lupa bawa si mata berbinar saat naik menjadi takdir nanti...
Seolah perjalanan kali ini hanyalah proses mulus baginya untuk kembali duduk angkuh sebagai Dewa Kegelapan.
Akhirnya berhasil membersihkan gambar kura-kura di wajahnya.
Dia mengawasi bayangannya di air, berpikir: Yan Xueyi, kau ini Pembohong.
Dia memutar kepala dan menarik tangan iblis yang terus mengoceh, memblokir mulutnya.
Akhirnya, dunia kembali tenang.
Paviliun kecil diterpa hujan rintik-rintik selama berhari-hari, hingga tiba di hari baik itu, langit pun cerah.
Begitu membuka matanya, pandangannya langsung tertuju pada bola pasir hitam pemberian Dewa Kegelapan. Kecepatan pasir hitam yang berjatuhan semakin cepat, dan pagi ini hanya tersisa waktu tiga hari.
Setiap bangun tidur dia selalu memeriksanya. Saat matanya terpaku pada bola itu selama setengah hari, tiba-tiba tangan di sampingnya meraih dan——brak!——menghancurkannya.
Dia berkata: "Barang ini tidak bagus. Nantinya tidak akan kuberi hadiah seperti ini lagi."
Saat menoleh, Yan Xueyi tampak mengenakan baju merah——
Dia yang sepanjang tahun mengenakan pakaian hitam, kadang memakai merah, baru terlihat betapa tampannya ras iblis ini. Mata phoenix merahnya yang terlalu indah sedikit terangkat, semburat merah di sudut mata terlihat sangat memesona. Sepasang tanduk iblis yang cacat malah membuatnya terlihat semakin magis.
Pemuda berbaju merah yang tampan itu mengulurkan tangannya ke arahnya.
Perempuan itu pun menyerahkan tangannya padanya.
Kain sutra merah gaun pengantin itu adalah pilihan si iblis kecil berusia dua puluhan sejak lama - saat itu si iblis kecil langsung berpikir, jika dia menjadi pengantinnya, pasti akan terlihat sangat cantik;
Mutiara-mutiara dari Laut Selatan itu dikumpulkannya perlahan selama seratus tahun, setiap butir ukurannya sama besar;
Simpul cinta itu direbutnya saat bertempur di utara melawan Nie Hai;
……
Mungkin dia tak tahu, mimpi untuk menikahinya sudah diimpikan si iblis kecil hampir seratus tahun;
Maka harta langka yang dikumpulkan si iblis kecil selama bertahun-tahun akhirnya menemukan gunanya.
“Saat meraba gaun pengantinnya, ia menemukan cinta berat sang iblis kecil yang melekat di sana, kira-kira setara dengan 200 kati.”
“Ia merasa lega karena dirinya adalah cultivator yang hampir mencapai tingkat dewa.”
“Ketika Chao Zhaoyue menggenggam tangannya keluar, tatapannya langsung tertumbuk pada sorot mata phoenix merah sang Raja Iblis di seberang yang berbinar-binar.”
“Tali merah masih terikat di antara mereka, masing-masing memegang ujungnya.”
“Mereka menyusuri kerumunan yang riuh, melangkah menuju Pohon Bodhi Dewata di tengah sorak-sorai bergemuruh dan hujan kertas merah.”
“Sebelum menginjak platform bundar, ia baru menyadari gerakan sang Raja Iblis di sampingnya terlihat kaku.”
“Dia memandanginya beberapa kali: 'Yan Yan, apakah kau tegang?'”
“Makhluk jalan iblis di sampingnya menjawab dengan risih:”
“'Sepertinya Aku tiba-tiba lupa tata cara sembah Langit dan Bumi.'”
Beberapa hari ini, Raja Iblis yang biasa berbuat semaunya harus menahan diri mempelajari tata cara pernikahan. Sangat jago membunuh tanpa berkedip, namun belajar hal ini malah kikuk. Terutama ketika terpikir "mereka akan menikah", Raja Iblis merasa seperti sedang bermimpi.
Iblis kecil itu memandangi bulannya dari kejauhan, mengandalkan kenangan manis tentangnya untuk menghabiskan waktu yang panjang, bahkan dalam mimpi pun ingin menikahinya. Hingga setelah mengingat kenangan Dewa Kegelapan, pikiran ini perlahan memudar.
Tapi sekarang, angan-angan seratus tahun si iblis kecil akhirnya menjadi kenyataan.
“Sepertinya seperti bermimpi.”
Dia pun menggenggam tangan lelaki itu, tersenyum manis padanya. Mata almondnya yang cantik berkilat laksana bunga persik yang merekah, katanya:
“Ikutlah aku, kita berdua akan berlutut bersama.”
“Sembah pertama, Langit dan Bumi.”
“Sembah kedua, Sang Bodhi.”
“Sembah pasangan suami-istri, saling membungkukkan badan.”
Gadis itu menatapnya dengan senyuman: “Masihkah terasa seperti mimpi?”
Mereka saling memandang lama, di mata phoenix merah sang Raja Iblis yang indah, hanya pantulan dirinya seorang.
Lalu, di bawah sorotan semua orang, tiba-tiba dia menariknya dan menghilang dari tempat itu.
Yang lain: ??
Upacara pernikahan mereka sebagai pasangan terkasih, pemeran utama tiba-tiba kabur bersama, mengapa ini terjadi?
Mereka tiba di Kunlun Jianzong.
Dengan rahasia sempurna, mereka muncul di Gunung Ming Yue.
Kini Kunlun Jianzong sudah bubar dan ditinggalkan, di Gunung Ming Yue rumput liar tumbuh subur, tapi vila pribadinya di gunung itu masih terlindungi baik oleh barrier magis.
Sepasang kekasih berbaju merah bergandengan tangan memasuki pelataran kecil yang seolah tertutup debu zaman ini.
"Sui Sui, dulu kau duduk bersila di depan jendela Gunung Ming Yue, sementara aku bergantung di luar jendela mengamatimu, bahkan pernah menghamburkan buah dedaunan ke kepalamu."
"Aku ingat, kau juga pernah memanggilku kutu buku kecil saat berada di pohon."
"Saat itu kupikir kau menerobos larangan Kunlun Jianzong hanya untuk menertawakan kekonyolanku."
Saat itu, ke mana pun dia pergi, iblis kecil ini pasti mengikutinya.
Ketika dia pergi ke dunia manusia, seekor iblis kecil dengan santai mengikuti dari belakang sambil memanggilnya "si bego";
Saat dia pergi membunuh, iblis kecil di sampingnya akan merampok korbannya, membuatnya murka hingga mengejar-ngejarnya;
……
Saat itu dia berpikir: Iblis ini sangat menyebalkan, nanti setelah menguasai pedang pasti akan mengusirnya.
Tapi suatu kali, dia terluka dan energi spiritualnya habis, terpaksa bersembunyi di kuil runtuh sementara tak bisa kembali ke Kunlun Jianzong.
Dalam hujan deras, iblis kecil itu muncul lagi.
Dia melemparkan obat luka sambil bilang itu "sisa yang tidak terpakai".
Dia murka dan menolak obat itu. Si iblis juga marah, melototi lalu duduk di luar sambil diam seribu bahasa.
Akhirnya si iblis kembali, berjongkok di hadapannya: "Naik, aku akan menggendongmu."
Dalam hati dia bersumpah: Mati pun takkan mau digendongnya.
Tapi dia melihatnya duduk di luar sepanjang malam, bagian bawah jubah dan sepatu botnya penuh salju. Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya dia menempelkan diri di punggungnya.
Maka si iblis kecil benar-benar menggendongnya, menempuh perjalanan jauh, bahkan mendaki jalan panjang pegunungan Kunlun Jianzong. Dengan keberanian luar biasa, mereka menghindari patroli Sekte Pedang Kunlun, terus menggendongnya sampai ke Gunung Ming Yue.
Lalu bagaimana hubungan mereka bisa semakin memburuk?
Mungkin karena semakin dewasa, dia mendengar banyak cerita tentang Bangsa Iblis, benar-benar mengira pria itu adalah iblis kejam. Sementara dia, tiba-tiba menyadari reputasinya semakin buruk, semakin berwibawa, semakin tersohor keburukannya. Sampai-sampai jika dia mendekatinya sedikit saja, orang langsung menuduhnya berkolusi dengan iblis.
Begitu dewasa, mereka tersadar ada ribuan gunung dan sungai yang memisahkan mereka.
Perlahan mereka semakin menjauh, akhirnya saling menghunus pedang.
Tak satu pun mau menunjukkan wajah ramah kepada yang lain.
Tapi siapa sangka, bertahun-tahun kemudian, setelah melewati berbagai kecurigaan dan pertikaian bersenjata, Iblis kecil itu kembali bersama bulan kecil kesayangannya ke Gunung Ming Yue. Mereka duduk berdampingan di depan jendela bambu, mengenakan gaun pengantin merah, meneguk anggur pernikahan tradisional sebagai pengganti upacara pernikahan.
Anggur pernikahan tradisional tak memabukkan.
Mereka kembali bergandengan tangan menuju kuil tua yang dulu.
Perempuan itu bertanya, "Kenapa kau bilang itu sisa milikmu?"
Dengan malu ia menjawab, "Haruskah aku mengatakannya padamu bahwa ini kubeli setelah berlari delapan blok saat melihat kau terluka?"
Penguasa Iblis menyilangkan tangan di belakang, "Itu akan membuatku terlihat murahan."
Perempuan itu berkata, "Sebenarnya aku sudah tahu."
Saat ia menoleh, sang gadis tersenyum, "Kau kira kenapa aku memintamu menggendongku?"
Setelah lama mengamat-amati, tiba-tiba ia membungkuk di hadapannya, "Naiklah."
Dia pun dengan patuh melompat ke punggungnya, memeluk lehernya, dan merebahkan diri di bahunya.
Mereka mengenakan baju merah ini sambil menjelajahi berbagai daerah.
Seperti pasar tempat pertama kali bertemu di masa kecil, yang kini telah berubah menjadi hamparan lapangan dengan rumput liar dan bunga-bunga bermekaran. Mereka berjalan bergandengan tangan di antara hamparan bunga, lembah tempat dulu pernah berkelahi, kedai minuman yang pernah dikunjungi bersama... Tanpa rasa jijik, asal saling berdampingan, mereka dengan semangat mengunjungi satu per satu tempat.
Tiga hari ini, mereka mencoba banyak makanan yang belum pernah dimakan. Siang hari berkeliaran tak karuan, malam hari tetap bergandengan tangan berjalan di atap rumah orang, tak ada yang ingin tidur, hanya saling bersandar dalam kegelapan malam.
Dia belum pernah naik kapal di dunia manusia, maka dia mengajaknya makan panci rebusan ikan di perahu nelayan. Mereka mengenakan baju merah, tak seorang pun pernah melihat pasangan terkasih yang seolah baru saja bersujud menyembah Langit dan Bumi ini muncul secara terbuka di jalanan. Ke mana pun mereka pergi selalu menjadi pusat perhatian, namun dengan tangan tetap bergandengan, mereka mengabaikan pandangan orang lain seakan hanya berdua yang tersisa di semesta.
Tapi tiga hari tetap terasa terlalu singkat. Baru saja melihat-lihat pemandangan masa lalu, memetik beberapa kuntum bunga, dalam sekejap semuanya telah usai.
Mereka tiba di puncak gunung seberang Changming, bersama-sama memandang hamparan langit berbintang nan tak bertepi di seberang.
Yan Xueyi berkata: "Sui Sui, aku harus mengembalikan takhtaku."
Dia pun menjawab: "Baik."
Pria itu melanjutkan: "Aku akan menantimu menjadi Takdir, datanglah ke langit kesembilan mencariku."
Perempuan itu mengiyakan: "Baik."
“Sampai saat ini dia belum membongkar kebohongannya, hanya memandangnya dengan sunyi. Tiba-tiba dia paham mengapa terkadang sorot matanya begitu serakah - karena sekarang saat menatapnya, matanya pun tak berkedip, seolah ingin mengukir wajahnya dalam-dalam di ingatan.”
“Dia melepas mahkota phoenix dari kepalanya, merapikan rambutnya dengan detail sambil tersenyum, ‘Berat, ya?’”
“Dia juga tersenyum, melepas tusuk konde dan meletakkannya di telapak tangannya.”
“‘Aku akan menghitung sampai tiga. Mari kita berbalik bersama, jangan ada yang menengok.’”
“Sebenarnya antara mereka berdua sudah terjalin hubungan. Saat dia menyadari kewajibannya untuk pergi, dia pun tahu saat perpisahan akhirnya tiba.”
“Mereka bukan tipe yang suka meratapi perpisahan. Tak satu pun ingin melihat ketidakrelaan pihak lain. Maka saat berbalik, langkah mereka sama-sama tegas.”
Setelah berbalik, langkahnya terhenti sejenak, gaun pengantin merah menyala di udara bagai Phoenix yang terbakar. Ia menggenggam erat Pedang Kunlun, tetap melangkah mantap meninggalkan Gunung Changming menuju kegelapan malam nan tak bertepi.
Ia harus berjalan maju dengan tekad baja, tanpa sedikitpun menoleh ke belakang.
Takdir surga punya jalannya sendiri untuk ditempuh.
Dewa Kegelapan punya jalan yang harus dilalui.
Di perpisahan ini, takkan ada pertemuan lagi di kehidupan sekarang. Pertemuan berikutnya hanya mungkin terjadi di langit kesembilan.
Ribuan gunung di depan ini harus ia tapaki sendirian.
Namun ketika ia memasuki malam panjang yang sunyi ini——
Tiba-tiba terlihat Gunung Changming menyala dengan ribuan lampu.
Gunung Changming, seribu lampu, menerangi perjalanannya.
Seorang lelaki berdiri di puncak gunung dengan tangan disilangkan di belakang, mengantarnya pergi.
Langkahnya terhenti sesaat.
Tapi segera kembali melesat cepat.
Lama kemudian, Dewa Kegelapan berbalik arah, bergerak menuju jurusan yang berlawanan darinya, tanpa pernah lagi menoleh.
Dia pasti akan kembali hidup-hidup.
Langkah mereka teguh, tak ada yang berhenti sedikit pun.
