Saat Roland bangun pagi, yang melayaninya bukan Tier melainkan seorang pelayan wanita yang lebih tua.
Keluar dari kamar tidur, Kepala Ksatria Carter sedang menunggunya di luar pintu.
“Yang Mulia, saya harus memberitahu kabar buruk,” katanya dengan suara berat, “Kepala pelayan Anda meninggal tadi malam.”
“Apa?” Kelopak mata Roland berkedut, meski sudah tahu hasil ini sebelumnya, hatinya masih merasa tidak nyaman. Bagaimanapun orang ini mati karena dirinya.
“Dia terjatuh dari balkon kamarnya, tidak ada jejak perkelahian di TKP, penjaga juga tidak melihat orang luar keluar-masuk. Jadi... kemungkinan dia terjatuh secara tidak sengaja, ini adalah sebuah krisis.”
Ksatria itu melaporkan hasil penyelidikan sambil memandang Roland dengan tatapan aneh. Roland tentu tahu apa yang dipikirkannya - di Greycastle, Pangeran Keempat berkali-kali mencoba memaksa Tier sudah menjadi rahasia umum. Di era ini, hubungan antara pangeran dengan pelayan wanitanya adalah hal yang wajar. Hiburan memang sedikit, kehidupan malam hampir tidak ada, setelah kenyang. Tidak hanya untuk diri sendiri, pangeran dan bangsawan lapisan atas bahkan saling bertukar wanita, bahkan berkumpul untuk mengadakan pesta, jadi istilah "lingkungan bangsawan sangat kacau" bukan sekadar gurauan polos.
"Pangeran Keempat dalam hal ini sudah cukup menahan diri, setelah digantikan oleh Roland, bahkan tidak menyentuh wanita sama sekali – kecuali Tyr, tingkat pelayan lainnya bisa dibilang sangat memprihatinkan. Ditambah setelah melintasi, dia harus menghadapi Bulan Iblis, pikirannya hampir penuh dengan rencana bercocok tanam, belum sempat menikmati kehidupan aristokrat yang penuh angin, bunga, salju, dan bulan."
"Sungguh disayangkan," Roland berpura-pura sedih, "Urusan pemakaman Tyr serahkan pada pelayan tua yang melayani saya pagi ini. Dialah kepala pelayan baru."
Carter mengangguk, memberi hormat lalu pergi.
Roland baru saja melangkah ke kantor ketika melihat Nightingale duduk di meja kayu merah.
"Ada yang berhasil ditanyakan?"
"Sama sekali tidak, dia bunuh diri begitu melihatku," nadanya terdengar frustasi, "Terlalu cepat, bahkan tanpa keraguan sedikitpun."
"Kau tidak bisa menghentikannya?" Roland mengitari lawan bicaranya dan duduk kembali di sandaran kursi.
"Aku sudah mengikatnya," Nightingale menyandarkan tubuhnya mendekat, "Siapa sangka dia menyembunyikan racun di giginya. Aku terpaksa membuat pemalsuan kecelakaan jatuh."
"Kukira pengalamanmu banyak, pantaskah menerima bayaran seperti ini?"
"Hei, jangan begitu. Meski tak dapat informasi darinya, bukan berarti aku pulang tangan kosong," Nightingale terkekeh, meletakkan kertas terlipat di depan Roland, "Kudapatkan ini dari kamarnya."
“Roland membentangkan kertas, itu adalah surat keluarga. Pengirim menyebut Tyr sebagai kakak, isinya hanya obrolan biasa. Tapi dia memperhatikan bahwa pihak lain berkali-kali menyebut laut, seperti pemandangan pantai yang indah, dia paling suka menikmati matahari terbenam di pasir. Di akhir surat bertanya kapan kakak bisa kembali, dia sangat merindukan kakak. Mengaitkan wilayah beberapa saudara kandung, Roland ragu-ragu berkata, "Putri Ketiga dari Pelabuhan Biru?"
“Secara garis besar seperti inilah, kedua kakakmu tak bisa melihat laut. Menurut perkiraanku, Putri Ketiga Garsia Wimbledon memegang adiknya sebagai sandera, menjadikannya bidak catur tersembunyi. Dari ketegasan gaya bunuh dirinya, kecil kemungkinan ini pengaturan sembarangan. Artinya, sebelum disusupkan ke sisimu, dia setidaknya telah mendapat latihan terkait selama dua sampai tiga tahun.”
Roland menghela napas, benar saja Perintah Perebutan Takhta tak akan mudah berakhir. Meski dia tak ikut berebut, tak berarti bebas dari masalah. Demi takhta, saudara-saudaranya sama sekali tak ragu, kejadian serupa mungkin akan terulang lagi.
“Ah, ada yang datang. Saya pamit dulu, Yang Mulia.”
Nightingale menggoda Roland dengan meniupkan napas, lalu seketika menghilang tanpa bekas.
Meski bukan pertama kali melihat, aksi di siang bolong ini tetap membuat Roland kaget. Dia ragu-ragu, mencoba mengulurkan jari telunjuk ke tepi meja kosong. Saat setengah jalan, tangannya dihadang oleh tangan lembut, “Yang Mulia, tindakan ini akan membuat Anna remuk redam.”
"Baiklah, sepertinya kemampuannya adalah menghilang bukan menghilang sepenuhnya," pikir Roland, "kalau tidak, itu akan sangat mengerikan."
Suara ketukan terdengar dari luar pintu, "Yang Mulia, saya Barov."
Roland menarik kembali jari telunjuknya dan kembali ke ekspresi wajah dingin, "Masuk."
Asisten menteri membawa setumpuk besar berkas masuk ke kantor, belum sempat duduk hangat sudah mulai melaporkan situasi pemerintahan selama seminggu terakhir. Roland juga mengumpulkan ketelitian mentalnya, mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah lebih dari sebulan pembiasaan, ia menyadari dirinya sudah bisa mengikuti ritme lawan bicara, tidak seperti awal-awal yang membuatnya pusing dan sama sekali tidak mengerti.
Secara keseluruhan, keuangan Winterfell telah membaik sampai tingkat tertentu, terutama setelah menjual bijih dan permata mentah ke Willow Town yang menghasilkan hampir 200 naga emas. Uang ini setelah digunakan untuk membeli mangsa dan membayar upah, masih tersisa 90 koin.
Barov juga bersemangat tinggi, dengan sisa uang di tangan, melewati musim dingin ini tidak akan terlalu sulit.
Tapi Roland pasti tidak akan membiarkannya menganggur, "Aku akan memilih sekelompok rakyat wilayah untuk melawan makhluk jahat. Mereka harus dikumpulkan dan mulai latihan dari sekarang. Pelatih akan ditugaskan ke Kepala Ksatria-ku, detail situasi akan kujelaskan padanya. Kamu buat rencana pembelian - mereka semua harus punya zirah kulit kokoh dan tombak panjang, plus dua set pakaian musim dingin pengganti."
"Yang Mulia, ini... Menurut konvensi, bukankah kita biasanya merekrut rakyat secara temporer untuk berperang?"
"Pasukan yang maju ke medan perang tanpa latihan hanyalah sekumpulan orang tak terorganisir. Apakah mengandalkan jumlah besar bisa mengusir binatang buas? Keruntuhan mereka justru akan lebih merepotkan."
"Apakah Yang Mulia benar-benar bermaksud bertahan mati-matian di Kota Perbatasan?" tanya Barov dengan ragu-ragu.
"Jika benar tidak bisa bertahan, tentu kita akan mundur. Tapi aku tidak yakin kita tidak bisa mengatasi beberapa binatang mutasi."
"Jika mengikuti rencana Yang Mulia, akan ada tambahan biaya lagi."
Ekspresi pelitnya membuat Roland tertawa, "Ini semua pengeluaran wajib, segera laksanakan."
Di brankasnya masih tersisa lebih dari 300 keping Naga Emas, terutama untuk membayar biaya pembangunan tembok kota. Pemesanan material dan komponen mesin uap ke bengkel pandai besi juga menggunakan uang pribadinya, mesin pertama menghabiskan sekitar 20 keping Naga Emas, dan dia masih membutuhkan setidaknya tiga unit lagi.
Memang benar mesin uap mendorong Revolusi Industri Pertama, tapi bukan berarti mesin uap identik dengan revolusi industri. Dalam sejarah Inggris, ketika industri berkembang hingga sangat membutuhkan motivasi baru untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan guna memenuhi produksi area pertambangan, setelah Watt menyempurnakan mesin uap, segera menerima pesanan dalam jumlah besar. Motivasi baru ini juga menyebar ke berbagai industri dalam waktu singkat.
Kota Perbatasan saat ini sama sekali tidak memiliki dasar revolusi industri, bahkan bisa dikatakan belum ada industri. Karena itu Roland juga tidak berharap bisa mendapatkan ember pertama Emas dengan menjual mesin uap. Dia hanya ingin menggunakan mesin ini di Area Pertambangan Gunung Utara untuk menarik bijih dan menghancurkan batu. Setelah produksi tambang meningkat, baru memperluas skala penggunaan mesin uap, setara dengan mempromosikan perkembangan industri dari atas ke bawah.
