"Berdiri semua, Yang Mulia Pangeran Keempat datang." Belum sempat istirahat seperempat jam, Tie Fu sudah bertepuk tangan memberi perintah.
"Fanna segera kembali ke posisinya. Latihan khusus sebelumnya membuatnya mengembangkan refleks syarat untuk mematuhi perintah. Hampir tanpa sadar, dia telah mengangkat batang kayu dan mengambil posisi persiapan untuk tusukan ke depan."
"Sang Pangeran dan rombongan naik ke tembok kota, berjalan melewati belakang tim. Dari sudut matanya, Fanna menyadari Yang Mulia memperlambat langkah saat melewati posisinya."
"Roland menghela napas dalam hati. Pepatah 'bangun siang merusak pagi, bangun awal merusak hari' ternyata benar adanya. Baru saja menyelesaikan penanganan insiden serangan malam ke kastil, dia harus segera meninjau hasil latihan terbaru tim milisi. Malangnya, dia belum tidur semalaman dan kini dilanda kantuk berat. Tapi dia harus datang - sekarang tim telah memasuki fase latihan pra-perang. Sebagai komandan tertinggi, ketidakhadiran berkepanjangan akan mengurangi eksistensinya dan membuat hati rakyat menjadi goyah."
"Hmm... biasanya apa yang harus diucapkan saat tinjau? Roland merenung sebentar. 'Kader baik, kader telah bekerja keras?' Jika tidak ada yang melanjutkan bagian bawahnya, teriakan slogan ini akan memalukan. Lebih baik mengobrol santai dengan seseorang untuk menunjukkan ritual menghormati bawahan dan meningkatkan reputasi."
"Dengan niat ini, dia menampar bahu seorang anak muda yang terlihat cukup kekar."
"'Latihanmu berat? Apakah merasa lelah? Makan tiga kali sehari cukup baik?'"
"Berdasarkan pengalaman menonton berita sebelumnya, reaksi yang diharapkan adalah jawaban bersemangat 'Tidak lelah, sangat baik!' Namun meski gejolak semangatnya sama, anak muda itu malah berbalik dan langsung berlutut satu kaki, membuat Roland terkejut."
Fanna merasa dirinya diberkati oleh Takdir, Pangeran Yang Mulia bahkan menanyakan dengan ramah apakah latihan membuatnya lelah! Biasanya, bukan hanya keluarga kerajaan, bahkan bangsawan biasa pun enggan berbicara lebih dari satu kalimat dengan mereka. Secara refleks ia meniru ksatria memberi hormat pada Pangeran, tanpa peduli apakah tata krama ini pantas baginya. Hanya satu suara di hatinya: Kembali ke Jalan Lama nanti, nama Fanna pasti akan dikenal!
Setelah diminta berdiri, pikiran Fanna masih kacau balau. Ia bahkan tak ingat bagaimana menjawab pertanyaan tadi.
Saat Yang Mulia akhirnya bertanya apakah ada pendapat atau saran tentang program latihan, Fanna tiba-tiba sadar - ini kesempatan emas! Jika Yang Mulia bisa diyakinkan bahwa pasukan milisi saja tidak mampu menanggung tanggung jawab menjaga tembok kota, mungkin ia tak perlu lagi bimbang antara kabur atau bertahan?
Dengan hati-hati ia merangkai kata-kata, "Yang... Yang Mulia, jumlah pasukan milisi saat ini terlalu sedikit. Dengan formasi latihan sekarang, saat monster jahat menyerang, kami paling hanya bisa mempertahankan di bawah sepertiga wilayah tembok. Bagaimana jika..."
Meski Pangeran merekrut lebih banyak orang, waktu latihan tetap tak cukup, pikir Fanna. Selain itu, senjata untuk mereka juga memakan biaya besar. Kota Perbatasan sulit menyediakan tombak panjang untuk 300 orang dalam dua bulan, bahkan 100 tombak pun masih pas-pasan - makanya mereka masih berlatih dengan batang kayu.
“Jika Yang Mulia Pangeran menyadari hal ini, mungkin beliau akan merekrut sekelompok tentara bayaran dari kota lain sebagai anggota utama pertahanan. Setidaknya mereka tidak perlu latihan dan bisa langsung ke medan perang, sambil membawa senjata dan Baju Zirah sendiri, meskipun harganya cukup tinggi.”
Roland merenung sejenak, lalu mengangguk dan berkata, “Pendapatmu benar, hanya mengandalkan pasukan milisi untuk mengawasi seluruh tembok kota memang tidak realistis.”
Warna kegembiraan muncul di wajah Vanna, apakah maksud Yang Mulia... menyetujui pendapatnya?
Namun Pangeran Keempat tidak mengucapkan kalimat yang dinantikannya, malah memanggil Kapak Besi mendekat, “Dari sudut pandang tertentu, makhluk jahat hanyalah varian binatang buas. Mereka tidak memiliki kemampuan perenungan, bukan?”
“Benar Yang Mulia, jenis biasa makhluk jahat masih sama dengan binatang buas, bahkan kebiasaannya pun hampir identik... Tapi untuk jenis campuran, saya jarang melihatnya dan tidak berani memastikan.”
“Itu sudah cukup. Meskipun dari Sungai Chishui sampai kaki Gunung Beipo panjangnya hampir 1.800 kaki (600 meter), kita bisa memancing mereka untuk menyerang area tertentu.”
“Yang Mulia maksud memasang perangkap?” tanya Kapak Besi.
“Ini adalah perangkap, tapi bukan jenis yang biasa digunakan pemburu. Perangkap biasa mengandalkan penyembunyian diri untuk menangkap mangsa, sedangkan aku berencana melakukan sebaliknya - memasang rintangan berbentuk kantong di area jauh dari tembok kota, seperti pagar, gundukan tanah, parit air, untuk memaksa binatang jahat tak berotak ini berputar secara otomatis. Rintangan berantai akan memandu mangsa ke lokasi yang ditentukan, akhirnya terkonsentrasi di zona pertahanan yang telah kita siapkan,” kata Roland sambil menatap Kapak Besi, “Soal cara memancing monster-monster ini, kurasa tak ada yang lebih ahli darimu.”
Kapak Besi berpikir sejenak, “Mengarahkan mereka tidak masalah. Jenis serigala benci air, jenis babi hutan takut cahaya, makhluk jahat lain juga punya kebiasaan masing-masing. Tapi Yang Mulia, ini akan membuat semua makhluk jahat terkonsentrasi dalam radius 600 kaki. Bukankah ini terlalu berbahaya?”
“Kalau hanya mengandalkan tombak panjang dan busur, memang begitu.” Roland berkata dengan penuh keyakinan, “Tapi sekarang kita punya senjata baru.”
Saat hendak pergi, Pangeran kembali mendekati Fanna dari belakang dan menepuk bahunya, “Kemampuan observasimu bagus. Siapa namamu?”
“Fa... Fanna, Yang Mulia.”
“Aku akan mengusulkan ke Kepala Ksatria-ku untuk mengangkatmu sebagai Wakil Komandan Pasukan Tombak, Tuan Fanna. Teruskan kerja bagusmu.”
……
Roland membangun rumah sederhana baru di halaman belakang bengkel peleburan untuk memproduksi bubuk salju - yaitu bubuk mesiu.
Ruangan seluas sekitar tiga ratus meter persegi ini hanya memiliki satu pintu masuk/keluar, dan menerapkan sistem keamanan paling ketat. Dua orang ksatria berjaga di pintu, setiap orang yang masuk harus mendaftar dan digeledah untuk mencegah penyelundupan bahan bakar. Api dilarang keras di dalam ruangan, sehingga pekerjaan hanya dilakukan pada siang hari. Untuk mencegah burung nightingale menyelinap masuk, tirai tipis dipasang di kusen pintu.
"Inikah senjata baru yang Anda maksud?" Carter yang dipanggil menjumput sedikit serbuk hitam dengan jarinya, mengendusnya di depan hidung, "Bukankah ini Yuki?"
Mungkin Kapak Besi tidak tahu, namun Carter yang sering menghadiri ritual kerajaan jelas memahami bahwa benda dalam tong upacara itu adalah material ini. Karya unggulan bengkel alkimia, formula ini merupakan rahasia bagi orang luar, namun pasti bisa diperoleh Pangeran jika menginginkannya.
"Benar itu Yuki, tapi tidak sepenuhnya," kata Roland. "Ini produk modifikasi terbaru bengkel alkimia, kusebut ini bubuk mesiu."
Bubuk mesiu bisa disebut senjata legendaris pertanian wajib bagi setiap pelintas dimensi. Material pembuatannya tersebar luas, cukup mengetahui konfigurasi optimal belerang, arang, dan sendawa dengan perbandingan 1 banding 1,5 banding 7,5 untuk memproduksinya, benar-benar tanpa hambatan teknologi.
Bubuk mesiu salju di era ini adalah produk berkualitas rendah dengan komposisi 60% arang, 20% belerang dan kalium nitrat, serta 20% material aneh lainnya (seperti air raksa, mentega, madu, dll). Kecepatan pembakarannya lambat, gas yang dilepaskan sedikit, sama sekali tidak dapat mengeluarkan fungsi yang seharusnya dimiliki bubuk mesiu. Tapi Roland tahu, para alkimiawan juga terus melakukan uji coba komposisi lain. Paling lama 30 tahun, bubuk mesiu salju dengan formula yang lebih mendekati standar bubuk mesiu hitam akan lolos.
Dalam sejarah, alasan senjata dingin baru benar-benar tersingkirkan lama setelah penemuan bubuk mesiu adalah karena masalah formula dan proses pembuatan senjata yang tidak bisa mengimbangi.
Tapi banyak orang melupakan bahwa meski tanpa meriam, bubuk mesiu sendiri sebenarnya adalah senjata yang sangat mengerikan.
