Setelah kembali ke kamar, Anna melemparkan seberkas api hijau ke dalam tong kayu besar yang penuh air. Tak lama kemudian, uap panas mulai mengepul dari permukaan air.
Ia melepas seluruh pakaian dan melangkah masuk ke dalam tong.
Para penyihir perempuan selalu meminta bantuan Anna untuk memanaskan air ketika ingin membersihkan diri — lagipula mengangkut air panas dari dapur adalah hal yang merepotkan. Yang Mulia tampak cukup terkejut saat mengetahui hal ini, seolah sulit menerima praktik penggunaan air mandi yang dipakai berulang kali.
Memikirkan ini, Anna merasa agak lucu. Rakyat biasa sulit membersihkan diri sebulan sekali, penggunaan air yang diangkut secara berulang sudah menjadi hal yang sangat lumrah.
Dia bahkan tidak menyadari betapa besar peningkatan kehidupan para penyihir perempuan yang dia tampung ini. Anna menggelengkan kepala, Yang Mulia Roland Wimbledon yang tampak berpengetahuan luas justru terlihat... kikuk di beberapa aspek. Bukankah dalam cerita-cerita yang dia baca di buku, seorang pangeran seharusnya sudah terbiasa menghadiri berbagai pesta dan pergaulan sejak kecil, bergaul di antara bunga-bunga? Boleh saja tidak berpendidikan, boleh pengecut, tapi setidaknya harus pandai bersosialisasi.
Namun perasaan ini justru memberinya ketenangan yang tak terduga.
Di kepala Yang Mulia tersimpan pengetahuan yang membuatnya takjub, seperti mesin besi yang digerakkan uap, atau cara menghitung agar batu bisa mengapung di permukaan air. Dan pelajaran hari ini - dunia ini ternyata tersusun dari partikel-partikel kecil tak terhingga, begitu kecil hingga harus diperbesar jutaan kali baru bisa dilihat mata manusia. Karena itu pula, mereka ada di mana-mana, baik padat, gas, maupun cair; baik manusia, tumbuhan, atau batu - semuanya pada dasarnya sama jika diurai sampai akhir.
Tak terbayangkan, pikir Anna, bagaimana Yang Mulia bisa mengetahui semua ini?
Setelah membersihkan tubuhnya, dia mengeringkan sisa air dengan kobaran api kecil. Merapikan pakaiannya, dia kembali duduk di meja belajar.
Di tengah meja tergeletak buku pelajaran yang ditulis Roland.
Memanfaatkan sisa durasi Buku Transformasi, Anna meminjam buku ini dari gulungan naskah untuk dibaca sekali lagi sebelum tidur.
Buku ini dimulai dari fenomena umum dalam kehidupan, secara bertahap seperti mengupas bawang. Beberapa bagian dilengkapi gambar-gambar hidup dan menarik. Pengetahuan baru yang belum pernah didengarnya membuatnya terpikat, Anna menemukan dirinya sulit berhenti setelah membuka halaman pertama.
Namun konten awal masih relatif sederhana, semakin ke belakang semakin sulit dipahami. Misalnya bagian suhu menjelaskan, dingin dan panas adalah manifestasi tingkat aktivitas bola-bola kecil. Semakin tinggi energi yang diperoleh, semakin aktif bola-bola tersebut, secara makroskopis terlihat semakin panas. Jika Yang Mulia benar, apakah api hijauku juga terdiri dari bola-bola kecil yang melompat-lompat ketika diperbesar?
Lilin perlahan habis terbakar seiring waktu, kobaran api kecil bergetar dua kali lalu padam. Saat itu Buku Transformasi juga mencapai batas waktu, halaman dan tulisan perlahan menjadi transparan, lalu menghilang tak berbekas. Kegelapan langsung menelan kamar, sampai api hijau mekar dari ujung jari Anna, membubarkan bayangan malam yang mengalir masuk.
Memandang meja yang kosong, hatinya dipenuhi kesedihan perpisahan.
Mengangkat tangan kanan, api energi sihir hijau kebiruan bagai sekumpulan kunang-kunang, diam tak bergerak di ujung jari.
Tiba-tiba ia ingin mencoba: jika segala sesuatu tersusun dari bola-bola kecil, bisakah ini menjadi sekecil itu? Anna menutup mata, membayangkannya tersusun dari tumpukan partikel tak terhitung.
Api mulai menunjukkan perubahan.
Dari bentuk tetesan air, ia berubah menjadi garis tipis, semakin halus dan panjang, akhirnya seperti helai rambut.
Anna merasakan perubahan ini, masih jauh dari cukup, pikirnya. Helai rambut masih terlalu besar dibandingkan bola. Itu bisa dibuat lebih tipis lagi.
Meski berpikir demikian, api hijau tampak sulit berubah lebih lanjut. Cahaya tubuh apinya meredup, cahaya hijau ramping mulai gemetar.
Mungkin bukan dengan menumpuk, tapi menyambung... Yang Mulia berkata, antara bola-bola ada rantai pengikat alami. Mungkin harus membentuk ulang morfologinya.
Partikel api dalam pikiran Anna bergoyang dua kali, berhamburan dengan suara "dok". Mereka tak lagi menyatu erat, melainkan beterbangan seperti taburan bintang. Api hijau ramping pun lenyap, tapi dalam kesadarannya, kobaran api masih ada - dalam kegelapan tak bertepi, setelah sebagian besar bintang lolos, sisa kecilnya perlahan berkumpul kembali, menyusun diri menjadi untaian tipis dari kilau bintang.
Kehangatan adalah tingkat aktivitas, pikirnya.
Dorongan itu baru muncul, garis tersebut langsung berayun seolah ada yang mencubit ujungnya. Setelah sentakan itu, goyangan untaian tak lagi bisa berhenti, gelombang-gelombang bergerak mengikuti ritmanya.
Dunianya seakan dipenuhi riak. Garis kontur antar benda tak lagi jelas, mereka menari mengikuti gelombang ini. Energi sihir pun demikian, bahkan yakin jika jari telunjuknya yang memetik riak pertama adalah energi sihir itu sendiri.
Dia membuka kedua matanya, segala sesuatu kembali tenang. Api hijau telah menghilang, saat mata beradaptasi dengan kegelapan kamar, meja tulis, lemari pakaian, penyangga lilin... hiasan rumah satu per satu menampakkan wujud dari bayangan. Sinar bulan biru muda merembes melalui jendela menyinari lantai, memantulkan abu-abu pucat. Semua terlihat sama seperti biasa, tak ada perubahan.
Tapi dalam pandangannya, dunia telah berubah total. Sehelai benang hitam pekat mengambang di udara - Anna tahu ini bukan benar-benar "terlihat", melainkan berasal dari Persepsinya sendiri.
Dari bawah meja dia meraih batang besi latihan, menempatkannya di depan.
Benang hitam menuruti keinginannya membelit batang besi, lalu mengencang dengan cepat. Seperti pisau panas memotong mentega, benang dengan punya sisa tenaga menancap ke dalam logam. Di bawah pengaruh kehendak Anna, suhu tinggi yang dihasilkan benang ini berkali-kali lipat lebih kuat dari api hijau, namun dibatasi dalam area sempit. Batang besi segera terbelah dua, dia mengangkat separuhnya, tampak permukaan potongan yang mulus halus, masih terasa hangat saat disentuh.
Kemudian dia menegakkan batang besi, membuat benang hitam berdiri di ujung, lalu memecah benang lain yang berbaring horizontal, saling vertikal.
Ini pengetahuan matematika yang Yang Mulia ajarkan dalam kelas: dengan satu titik sebagai pusat gravitasi, menggunakan benang tegang yang berputar mengelilingi pusat, bisa menggambar lingkaran sempurna. Luas lingkaran sama dengan panjang benang dikali dirinya sendiri lalu dikali konstanta tetap.
Anna mengendalikan ujung benang halus horizontal membengkokkan sudut siku-siku ke bawah, menembus batang besi hingga meja. Kemudian memutarnya perlahan mengelilingi garis hitam di pusat - dibanding perubahan keseluruhan sebelumnya yang hanya bisa menyesuaikan bentuk atau suhu api hijau, partikel penyusun api hitam ini tidak hanya bisa berubah menjadi bentuk apapun, suhu setiap bagiannya juga bisa dikendalikan secara terpisah.
Setelah berputar satu lingkaran, sebuah silinder standar terpotong membentuk pola.
Karena sambungannya terlalu rapat, Anna harus bersusah payah memukulnya keluar dari balok besi. Seperti permukaan potongan yang dilihat sebelumnya, dinding luar silinder besi ini sangat halus. Dalam sinar bulan, dia bahkan bisa melihat bayangan wajahnya yang memanjang samar-samar.
