“Dalam setengah bulan terakhir, Pelabuhan Biru terlihat seperti sedang merayakan festival. Bahkan saat berdiri di teras puncak menara sang pangeran, Farien masih bisa merasakan suasana penuh semangat yang melanda kota.”
Pasokan logistik dan penduduk yang dipindahkan dari Kota Elang telah memperkuat kota pelabuhan ini secara signifikan. Para perampok masing-masing mendapatkan panen yang melimpah, pasar budak pun semakin ramai. Setelah melalui serangkaian pertempuran, Armada Kapal Hitam tidak hanya mengalami sedikit kerugian, malah mendapatkan tambahan banyak budak yang direkrut sebagai awak kapal. Saat ini mereka sedang menjalani latihan intensif di pelabuhan. Beberapa hari lagi, mereka akan berlayar ke jalur Fjord untuk memulai perampokan pertama tahun ini.
Yang Mulia Ratu juga telah mengeluarkan Dekrit Pembukaan Budak tepat pada waktunya. Selama budak-budak yang direbut dari Kota Elang ini bisa menangkap orang baru sebagai pengganti selama perampokan, mereka bisa langsung naik status dari budak menjadi warga Pelabuhan Biru. Dengan dekrit yang memotivasi seperti ini, mantan penduduk Kota Elang yang menjadi budak pasti akan bertarung dengan segenap kekuatan.
Kini Tifico telah kembali dengan kekalahan telak. Di Kerajaan Greycastle, tak ada lagi yang bisa menghalangi Ratu Redwater. Hanya masalah waktu sebelum Garcia Wimbledon menjadi penguasa Greycastle. Farien merenungkan hal ini, tapi mengapa raut wajah sang Ratu tidak terlihat bahagia, malah ada kegelapan yang tak kunjung hilang di antara alisnya?
“Yang Mulia, kepala klan Sandstone dan Blackbone meminta audiensi,” terdengar suara pengawal dari balik pintu.
“Farien melirik Yang Mulia Kaisar, melihat yang terakhir tidak menunjukkan reaksi apapun, lalu berteriak: "Bawa mereka masuk."”
“Yang Mulia Kaisar, baik saat beristirahat, mengadakan rapat, maupun menerima tamu, selalu memilih untuk melakukannya di puncak menara ini. Selama cuaca memungkinkan, teras adalah tempat Garcia menghabiskan Waktu terlama. Kebanyakan orang tidak bisa beradaptasi dengan berdiri di tengah hampa, berdiskusi sambil menantang angin laut berbau amis. Orang pasir pun tak terkecuali.”
“Kepala klan Sandstone adalah seorang perempuan mungil yang juga menjadi Dewi klan. Saat pertama kali mendengar pengantar ini, Farien dalam hati mencemooh: Dewi apa, cuma penyihir perempuan yang terjerumus. Sementara kepala klan Blackbone bertubuh setinggi kuda perang gagah dengan wajah penuh bekas luka, lengan sebesar paha orang biasa. Setiap pertemuan, selalu ada tiga sampai empat orang pengawal mengelilinginya untuk mencegah niat jahat terhadap Yang Mulia Ratu.”
“Saat menginjak teras, kedua kepala klan serentak mengerutkan alis. Tapi mereka segera mengerut ekspresi wajah, berlutut hormat kepada Ratu Redwater sambil berkata: "Semoga oase menghampar di depanmu, semoga gemerlap bintang di Langit menerangi jalanmu."”
“"Bangunlah," Garcia duduk membelakangi pagar. "Bagaimana? Tempat tinggal baru sudah memuaskan?"”
“"Segala sesuatu baik," Dewi Kabala buru-buru menyahut. "Wilayah ini memiliki hutan dan sumber air, jauh lebih nyaman daripada Kota Pasir Besi yang dilanda badai pasir."”
“"Bagus kalau begitu. Untuk urusan apa kalian datang kemari?"”
“"Yang Mulia, waktu lalu Anda memberi——"”
“Kepala klan Hei Gu baru saja membuka mulut langsung dipotong oleh Kabala,”Begini, Yang Mulia. Setelah pertempuran terakhir, banyak prajurit terhebat yang mengalami fenomena Melemah dan lesu terbaring. Hanya dengan rutin meminum pil eliksir baru kondisi mereka bisa membaik. Tapi persediaan pil di tangan kami sudah tidak banyak lagi. Saya datang untuk meminta Yang Mulia memberikan lebih banyak pil eliksir kepada kami.”
“Aku juga bermaksud seperti itu.” Hei Gu melototi Dewi, bergumam dengan suara berat.
“Material pembuatan barang ini sangat kompleks. Saat ini persediaanku juga tidak banyak. Tenang saja, begitu batch baru pil eliksir selesai dibuat, akan segera kukirim ke kalian. Tapi jangan lupa siapkan naga emas. Jika kurang, bisa ditutup dengan sungai kematian.”
“Yang Mulia, izinkan saya bertanya lancang ini,” Kabala ragu-ragu sejenak, “Kira-kira kapan batch berikutnya bisa selesai dibuat?”
“Hal ini tidak bisa kuberitahukan,” Garcia membenarkan rambutnya yang berantakan diterpa angin laut, “Segala informasi tentang pil eliksir adalah rahasia. Pulanglah dan bersabarlah menunggu. Para prajurit itu hanya lesu saja, jika banyak beristirahat tidak akan ada masalah serius.”
Pengawal yang mendapat sugesti dari Farien segera maju mengerumuni orang pasir, "mengantar" Kabala dan Hei Gu yang masih ingin bertanya lebih banyak turun dari tempat itu.
Setelah pintu balkon tertutup, Garcia menghela napas pelan.
Farien jarang mendengar Yang Mulia Ratu mengeluarkan suara seperti itu. Dengan inisiatif sendiri dia bertanya, “Yang Mulia, Apakah Yang Mulia yakin memberikan tanah di wilayah perbatasan selatan untuk tempat tinggal orang pasir tidak tepat? Jika suatu hari nanti mereka menjadi kuat...”
“Tidak, Farien,” Garcia menggelengkan kepala, “Aku tidak pernah khawatir dengan orang pasir. Mereka tidak bisa mengancam Pelabuhan Biru. Danau di tanah itu tepat berada di pusat wilayah dua klan, dan aliran hulu melewati Pelabuhan Biru. Asalkan aku menyumbat setengah aliran sungai, penyusutan air danau akan membuat mereka saling bertarung terlebih dahulu. Alasan aku memilih Sandstone dan Blackbone ada di sini - hubungan mereka memang selalu tidak harmonis.”
“Lalu apakah Yang Mulia khawatir dengan masalah pil eliksir?”
Garcia tidak menjawab. Tiba-tiba pengawal mengetuk pintu lagi: “Yang Mulia Kaisar, Pendeta Dekar dari gereja mohon audiensi.”
“Bawa dia masuk.” Sang Ratu segera berdiri, ekspresi wajahnya menjadi lebih muram.
“Yang Mulia Garcia Wimbledom, saya mewakili Kota Suci menyampaikan salam hormat.” Pendeta itu naik ke teras sambil membungkuk hormat.
“Bagaimana dengan pil eliksir? Mengapa pengiriman sebelumnya lancar, tapi beberapa kali terakhir ini terlambat?” Garcia bertanya dengan suara dingin.
“Mohon ampun Yang Mulia, saya datang khusus untuk hal ini,” Dekar mengusap keringat di dahinya, “Permintaan Yang Mulia untuk membeli lima ribu butir jumlahnya terlalu besar. Bahkan Hermes yang bekerja maksimal pun tidak bisa memenuhi permintaan Yang Mulia segera. Kali ini saya membawa kembali-”
“Berapa?” Garcia memotong.
“Seribu butir.” Dekar menepuk dadanya. “Yang berikutnya akan dikirim bertahap.”
“Padahal sebelumnya kalian berjanji bagaimana?” Ekspresinya sedikit membaik. “Mau berapa pun tersedia. Di mana pilnya? Aku akan mengirim orang untuk mengambil.”
“Di dalam gereja, tak tahu naga emas...”
“Naga emas takkan kukurangi satu pun,” Garcia mendekati Dika dan berbisik di telinganya, “Tapi jika pil eliksir berikutnya terlambat datang, tengkorakmu akan digantung di haluan Kapal Layar Hitam. Kurasa Uskup Agung takkan meneteskan setitik air mata untukmu.”
Setelah pendeta berkulit pucat pasi itu mundur, dia kembali ke pagar pendek dan memandang garis horizon laut di kejauhan. Angin laut mengangkat rambut panjang keabu-abuannya, laksana panji yang berkibar di tiang layar armada.
“Kau benar, aku memang khawatir tentang pil eliksir.” Suara Garcia terdengar sayup, “Jika Tifico menunda dua bulan lagi, persiapanku akan lebih matang. Saat itu tiba, bahkan tanpa pil pun aku bisa mengalahkan Ordo Ksatria ibu kotanya. Sayang dia datang terlalu cepat.”
“Yang Mulia sudah melakukan yang terbaik.” Farien berpikir, siapa lagi yang bisa lebih baik? Sejak menduduki Kota Elang, dia telah menyusun skema penanggulangan: memerintahkan pengosongan logistik dan warga, menggali parit dan menuangkan Air Hitam. Dengan pasukan yang kekurangan, dia menukar wilayah tandus perbatasan selatan untuk mendapat dukungan orang pasir, menyuruh ahli seni bela diri klan yang menelan pil eliksir menjepit Ordo Ksatria dari dua arah. Para pengikut setianya pun tanpa ragu-ragu menelan pil rahasia untuk menghadang serangan frontal bagai gelombang yang terakhir itu.
"Ramuan rahasia dari gereja tidak seaman yang kukatakan terhadap nyawa. Jika tidak segera mendapat suplai, peminumnya akan menjadi gelisah, lalu mati dalam kelemahan, kesakitan, dan penyusutan anggota tubuh. Aku sama sekali tidak peduli dengan nasib orang pasir, tapi rakyat wilayah yang melayaniku pantas mendapat imbalan terbaik." Dia berhenti sejenak, "Farien, bawalah anak buahmu untuk mengambil pil eliksir lalu bagikan kepada para prajurit pemberani itu. Suruh mereka memakannya separuh-separuh agar efeknya bertahan lebih lama."
"Akan kuturuti perintah Yang Mulia Kaisar."
Saat Farien hendak mundur, teriakan pengawal terdengar ketiga kalinya di luar pintu, "Yang Mulia, ada surat rahasia dari ibu kota kerajaan."
"Bacalah dulu sebelum pergi," katanya.
"Baik." Farien mengambil surat itu, dengan terampil membuka segel dan mengeluarkan kertas surat. Surat rahasia semacam ini biasanya berisi intelijen dari mata-mata yang menyamar di berbagai daerah, tanpa tanda tangan maupun alamat penerima, isinya biasanya sesingkat mungkin. Tapi ketika membaca kalimat pertama, tubuhnya langsung kaku di tempat.
——「Tanggal 22 Musim Semi, gereja menyerbu ibu kota kerajaan dengan tuduhan Ratu Musim Dingin Abadi Katerina adalah penyihir perempuan yang bersembunyi bertahun-tahun, lalu menyatakan akan mengambil alih seluruh wilayah Musim Dingin Abadi.」
