Roland bersandar di kursi kantor, memeriksa laporan statistik yang dibuat Barov dengan cermat.
Butuh waktu tiga hari bagi Balai Kota untuk menyelesaikan proses verifikasi lebih dari 6000 pengungsi. Proporsi pengrajin relatif rendah, hanya 186 orang yang lolos verifikasi. Tentu ini terkait ketelitian proses verifikasi - karena menyangkut alokasi perumahan dan penerbitan kartu identitas.
Dalam pertimbangan Roland, di masa depan hanya penduduk yang memiliki kartu identitas yang dianggap sebagai rakyat wilayah resminya. Karenanya perlu pengawasan ketat, mencetak pendukung inti tak tergantikan kota kecil saat jumlah penduduk masih terkendali. Setelah populasi meningkat, manfaatkan kekuatan rakyat untuk mengasimilasi pendatang baru - bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial. Selama lingkungan umum mendukung, semakin banyak orang akan menerima prinsipnya, dan ia memang bisa memberikan kehidupan lebih baik kepada rakyat.
"Penempatan pengrajin ini kupercayakan padamu. Baik lajang maupun yang membawa keluarga, setidaknya alokasikan satu unit apartemen independen," perintah Roland.
“Ya,” jawab Barov, “Bolehkah Yang Mulia memberitahu, apakah rumah-rumah ini akan diberikan sebagai hadiah?”
“Hitung sebagai sewa,” dia menggelengkan kepala, “Penduduk asli mendapatkan kamar pengantin di kompleks perumahan secara gratis karena kebanyakan memiliki rumah tua, bisa dianggap pertukaran tempat tinggal lama dengan baru. Jika memberi rumah cuma-cuma pada kelompok ini juga, tidak akan mendorong mereka keluar rumah dan aktif bekerja. Tentu saja tarif sewanya bisa dihitung dengan tingkat rendah, dan beri tahu mereka: asal bekerja keras menabung emas cukup, langsung bisa membeli rumah.”
“Saya mengerti.”
Roland diam sejenak, tiba-tiba bertanya: “Seberapa banyak orang yang lolos setelah upacara penganugerahan?”
“Sampai hari ini, tidak ada satu pun dari penduduk asli. Dari budak ada tujuh orang,” Barov berhenti sebentar, “Pengungsi wilayah timur yang memilih pergi lebih banyak, total seratus lima belas orang.”
“Begitu.” Dia menghela napas pelan. Sejak memutuskan mendorong penyihir perempuan ke panggung utama pada saat itu, Roland sudah tahu situasi mencurigakan seperti ini akan terjadi. Untuk menilai reaksi orang banyak dan mencegah krisis, Roland juga dengan sengaja mengatur tim senjata api berjaga sementara di lokasi beberapa li dari kota kecil, mengurung para pelarian sembari menghitung jumlahnya, mengamati sejauh mana penerimaan masyarakat terhadap penyihir.
"Dan jawaban ini, jika tidak bisa disebut sempurna, setidaknya bisa dianggap sangat baik - penduduk asli telah sepenuhnya menerima penyihir perempuan, ini mendekati perkiraannya; jumlah budak yang melarikan diri ternyata lebih sedikit dari perkiraan, tampaknya efek pertunjukan drama yang dekat dengan kehidupan rakyat bawah bekerja dengan baik; sedangkan pengungsi wilayah timur, meski telah menerima perawatan penyihir perempuan dan berada dalam situasi rumah hancur, jalan buntu, masih ada ratusan yang memilih pergi, ini membuat Roland sedikit terkejut."
"Yang Mulia, saya menyarankan untuk menghukum mati mereka semua," kata Barov dengan tenang, "Mereka yang bertekad pergi dalam situasi seperti ini pasti orang-orang yang sangat terpengaruh gereja. Di masa depan yang bisa diprediksi, mereka juga tidak akan berada di pihak kekuasaan Raja, kemungkinan besar akan berubah menjadi penganut gereja. Tidak perlu ada sedikit pun sikap baik terhadap mereka."
"Tidak selalu begitu... Orang yang benar-benar setia pada gereja seharusnya adalah tiga ratus lebih pengungsi yang memilih tetap di ibu kota kerajaan meski menghadapi wabah jahat," Pangeran menutup matanya, "Mungkin orang-orang ini hanya tidak bisa mengubah pandangan mereka, bersikeras menganggap penyihir perempuan sebagai Yang Jahat, dan ingin melarikan diri dari sini."
"Bahkan begitu, mereka tetap musuh potensial Yang Mulia," Barov bersikeras.
“Jika bertemu dengan kelompok ini di medan perang, Roland akan menghancurkan mereka tanpa ragu-ragu. Tapi membunuh rakyat biasa seenaknya hanya karena pemikiran tertinggal dan prinsip tidak akur, ini merupakan rintangan besar secara hati baginya.” Setelah tertegun sejenak, ia akhirnya menolak usulan ini, “Aku akan menyuruh Nightingale menginterogasi para pelarian ini. Jika ada mata-mata atau pengintai yang bersembunyi, tangkap dan gantung. Yang lain usir dari Wilayah Barat.”
Tatapan Barov berkedip-kedip sambil menunduk, lama baru menjawab, “Segera, Yang Mulia.”
“Ada hal lain yang perlu dilaporkan?”
“Sementara tidak ada, Yang Mulia,” Ia batuk dua kali, “Saya segera menangani alokasi rumah.”
“Tidak perlu terburu-buru. Masalah rumit ini bisa diatur perlahan,” Roland membuka mata dan bangkit berdiri, “Ikut saya ambil foto dulu untuk menenangkan hati.”
“Fo...to?” Barov tertegun.
“Kau akan segera paham.” Sang Pangeran tersenyum.
Di halaman depan kastil, Carter, Kapak Besi, dan Soraya juga dipanggil. Di sudut taman terlihat beberapa papan kayu selebar 4-5 meter, dengan selembar kanvas menutupi tanah.
“Perbatasan Kota saat ini masih belum besar, setelah tanah di selatan dikembangkan nanti dan tersambung dengan Benteng Longsong, skalanya akan sepuluh kali lipat dari masa kini. Jika hanya mengandalkan jalan kaki, berjalan dari timur ke barat bisa memakan waktu satu dua hari. Karena itu harus ada sesuatu yang bisa bolak-balik dengan cepat antar daerah. Biaya memelihara kuda sangat mahal, dan tidak mungkin semua rakyat wilayah menghabiskan banyak waktu untuk belajar teknik berkuda.” Roland berbicara sambil membuka kanvas, “Aku berencana mempromosikan alat transportasi pengganti ini di kota kecil. Sederhana dan mudah digunakan, harganya juga jauh lebih murah dibanding seekor kuda.”
“Ini... apa?” Carter langsung terpikat oleh benda aneh di depannya, “Dua roda, satu rak besi, apakah ini gerobak?”
“Dua roda sejajar depan belakang, bahkan gerobak pun sulit menjaga keseimbangan,” Balo menggelengkan kepala, “Aku tidak melihat bagaimana ini bisa menggantikan kuda.”
Hanya Kapak Besi yang diam seribu bahasa, menunggu dengan sabar penjelasan Sang Pangeran.
Roland tersenyum, “Benda ini disebut sepeda, akan kuperagakan caranya agar kalian paham.” Dia menjejakkan kedua kakinya di pedal, mengambil postur awal standar, mendorong dengan satu kaki, lalu mengayuh kendaraan itu berputar-putar di jalan lempengan batu taman.
Dengan pengerjaan halus Anna dan teknologi pelapisan Soraya, membuat sepeda manual sebenarnya tidak sulit. Prinsip dan strukturnya tidak memiliki kesulitan teknis. Bagian yang membutuhkan karet diganti dengan lapisan - misalnya ban dalam, dibuat langsung dengan menggambar pada tabung kertas. Untuk ini Roland bahkan membuat pompa udara sederhana khusus. Ban luar dan rem menggunakan lapisan kulit sapi yang lebih keras, rangka menggunakan pipa besi berongga, kabel rem memilih kawat tembaga anti-korosi. Satu-satunya masalah adalah rantai, yang harus dibuat Anna dengan mengupas dan menyambung satu per satu menjadi rangkaian panjang. Adapun sepeda klasik yang memasang pedal langsung di roda, sama sekali tidak dia hargai.
Setelah mengelilingi satu putaran, Roland menekan rem dan turun dengan lincah. Melihat para bawahannya yang tertegun tak berkutik, hatinya dipenuhi kepuasan. Inilah tunggangan berkualitas yang pantas dimiliki penjelajah lintas waktu. Dibandingkan kuda yang harus dijinakkan dan diberi makan, sepeda jauh lebih memuaskan.
“Saya berencana membuka pabrik sepeda baru di kawasan industri untuk memproduksi alat transportasi ini. Tidak hanya perlu merekrut pekerja, tapi juga harus melakukan promosi agar segera menyebar ke seluruh wilayah,” Roland menjelaskan singkat, “Inilah tujuan saya memanggil kalian. Kalian harus belajar cara mengendarai sepeda terlebih dahulu, lalu biarkan Nona Soroya menggambar kalian saat bersepeda di papan kayu. Saya ingin semua rakyat wilayah melihat bahwa dengan biaya satu hingga dua koin naga emas, mereka bisa memiliki tunggangan yang sama seperti pangeran, komandan Angkatan Darat Pertama, Kepala Ksatria, dan Manajer Balai Kota.”
