Melihat Hari Pertengahan Musim Panas hampir berakhir, Perbatasan Kota akan menyambut bulan terakhir musim panas sekaligus yang terpanas. Roland semakin enggan meninggalkan kastil.
Dari Margaret, sendawa yang dibeli selain untuk membuat bubuk mesiu, sisanya digunakan untuk menurunkan suhu ruangan—saat ini hampir setiap ruangan memiliki ember berisi sendawa yang direndam bersama ceret. Metode ini tidak hanya menyerap panas dan mendinginkan, tetapi juga menyediakan air dingin untuk minum. Hanya dengan cara ini, Roland bisa bekerja di kantor tanpa berkeringat deras setiap hari.
Selain Anna, semua penyihir perempuan lain dihentikan dari bekerja. Selain latihan dan belajar wajib harian, mereka biasanya mengumpulkan di aula lantai satu—mengobrol atau bermain Kartu Gwent dengan riang. Adapun Anna... Bukan Roland tidak ingin memberinya istirahat, tapi dia benar-benar kebal terhadap panas. Batang besi membara merah pun bisa dipegang langsung di tangan, suhu musim panas yang menyengat sepenuhnya tak berarti baginya. Bahkan bekerja di samping tungku baja sepanjang sore, tak setetes pun keringat keluar.
Untuk menghadiahi Anna yang rajin dan serius, Roland akhir-akhir ini sengaja membuat camilan es—seperti es krim lezat klasik dari masa depan, dibuat dari campuran kuning telur, krim, susu, dan sirup gula yang diaduk merata lalu didinginkan dengan sendawa. Anna sangat menyukai makanan ringan manis, dingin, dan kenyal ini. Setiap kali dia menggigit es krim pelan-pelan dengan mata biru danau-nya berbinar seperti bulan sabit, pemandangan itu selalu membuat Roland terpesona.
Selain itu, membaca berbagai laporan ringkasan akhir bulan dari Balai Kota juga merupakan sumber kegembiraan yang besar.
Hingga saat ini, populasi Perbatasan Kota telah berlipat ganda lagi mendekati 18.000 orang. Ditambah dengan "penyerahan" budak bulanan dari Benteng Longsong, diperkirakan akan melewati ambang 20.000 pada tahun depan. Tanpa menghitung penduduk desa dan kota kecil di wilayah ini, skala ini hampir setara dengan kota besar seperti Kota Chishui, Kota Golden Spike, dan ibu kota kerajaan.
Sedikit disayangkan, meskipun populasi meningkat signifikan, kualitas sumber daya manusia belum banyak meningkat. Saat ini pendidikan masih diikuti oleh ribuan penduduk asli kota kecil, dan kemungkinan membutuhkan waktu sekitar setahun untuk lulus - meskipun akademi swasta yang sebelumnya didirikan Karl telah menghasilkan sekelompok lulusan berbakat, jumlahnya yang kurang dari seratus masih terlihat sangat kecil dibandingkan total populasi.
Mungkin sebaiknya pendidikan untuk pengungsi wilayah timur dimulai terlebih dahulu daripada menunggu pembangunan kompleks asrama yang cukup, pikir Roland. Bagaimanapun, pendidikan dini hanya membawa manfaat tanpa kerugian.
Perkembangan pabrik di kota kecil ini juga sangat menggembirakan.
Setelah pembangunan selama sebagian besar tahun, kawasan industri kini memiliki tiga pabrik beroperasi: dua pabrik produksi mesin uap dan satu pabrik pengolahan peluru. Jumlah pekerja di Pabrik No.1 telah berkembang dari belasan pandai besi saat pertama berdiri menjadi lebih dari 100 orang, dengan tambahan pekerja baru kebanyakan berasal dari penduduk asli - inilah yang diharapkannya, dimana sekelompok magang bertumbuh menjadi pengrajin ahli kemudian melatih generasi magang berikutnya.
Pekerja Pabrik No.2 berasal dari rombongan pembeli Teluk Bulan Sabit. Hanya dalam sebulan, mereka telah menguasai metode penggunaan berbagai mesin bubut. Meski tingkat produk yang baik masih rendah, dibandingkan dengan pandai besi Pabrik No.1, kinerja para pengrajin ini di bulan pertama jelas lebih unggul. Hanya saja, semua mesin uap yang mereka produksi akan menjadi milik Roland sebelum kontrak berakhir. Saat ini kedua pabrik dapat memproduksi sekitar 8-10 mesin uap per bulan, menjadi sumber pendapatan utama Perbatasan Kota.
Untuk pabrik peluru, setelah selesai dibangun langsung diserahkan ke Angkatan Darat Pertama. Tidak hanya pos penjagaan di area masuk, patroli di sekeliling pabrik, bahkan proses produksi dikerjakan oleh prajurit. Setelah uji coba selama seminggu, saat ini telah memulai produksi massal peluru berkaliber tetap generasi baru.
Jalur produksi yang dirancang Roland tidak bisa mewujudkan produksi mekanis penuh. Baik pendeteksi api, bubuk mesiu, maupun hulu ledak, semuanya membutuhkan tenaga manusia untuk pengisian dan pemadatan. Alat utama yang digunakan adalah dua mesin pres mekanis: satu untuk mengepres pecahan tembaga hasil potongan Anna menjadi bentuk selongsong peluru, satunya lagi untuk mengepres cangkir pendeteksi api.
Prajurit hanya perlu menempatkan serbuk merkuri fulminat secara merata di antara dua lembar kertas tipis, merekatkan kertas, menjepitnya ke dalam cangkir pendeteksi api, lalu memasukkan cangkir tersebut ke slot cincin di ujung selongsong peluru. Proses pengisian bubuk mesiu hitam dan pemadatan hulu ledak sama persis dengan latihan pengisian ulang sebelumnya.
Pabrik ini hanya memiliki sekitar empat puluh tenaga kerja, mampu memproduksi lebih dari 500 peluru setiap hari. Roland berencana mengubah keempat puluh orang ini menjadi tenaga pengolahan khusus untuk mempertahankan operasional normal pabrik peluru.
“Selanjutnya Roland berencana menambahkan pabrik sabun cuci dan pabrik parfum - yang pertama merupakan bagian penting dari industri militer, sementara yang kedua mungkin bisa membuka saluran perdagangan baru untuk kota kecil. Adapun pabrik sepeda, masih bisa ditunda asalkan mulai berproduksi sebelum Jalan Kerajaan selesai dibangun.”
“Yang Mulia,” Nightingale membuka pintu, “Maisie dan Petir telah datang.”
Keduanya menyelinap melewati sisi Nightingale, berlari ke meja dan menjulurkan kepala, “Ada yang perlu dari kami?”
“Besok sudah awal musim gugur,” Roland mengeluarkan surat balasan yang sudah lama disiapkan dari laci, menyodorkannya ke Maisie, “Saat kamu kembali ke Fjord, tolong sampaikan ini ke Tili.”
“Ah...!” Dia tertegun sejenak, berkedip beberapa kali sebelum menerima amplop, lalu dengan waspada menyimpannya ke kantong pakaian dalam, “Tidak masalah Guk!”
Melihat ekspresi penuh pencerahan di wajahnya yang sepertinya sudah lupa kewajiban bulanannya untuk melapor, Roland menahan senyuman di hati. Tampaknya daya tarik kota kecil ini benar-benar kuat.
“Aku lupa besok sudah bulan baru,” Petir menepuk dahinya, “Bukankah itu berarti kita tidak bisa bertemu lagi dalam waktu lama?”
“Waktu itu rencana pembersihan Nyonya Tili yang membuat tertunda, kali ini aku akan cepat kembali,” Maisie menggoyangkan rambut panjang putihnya yang hampir menyentuh lantai, “Sarang Elang itu harus menungguku kembali sebelum dieksplorasi... Guk!”
“Aku tahu lah,” gadis kecil itu menyeringai, “Sudah disepakati begitu.”
“Kamu juga punya tugas,” Roland membentangkan gambar teknik area selatan kota kecil, “Ini peta yang kamu gambar sendiri, masih ingat posisi pantai dangkal di arah gunung yang bersandar ke laut?”
“Ingat,” Shandian memberi tanda di peta, “Kira-kira di lokasi ini.”
“Bagus, nanti kamu bawa Maisie untuk terbang sekali, lalu tancapkan dua bendera di perbatasan pantai dangkal dan pegunungan, tandai di peta,” setelah memberikan instruksi, dia menatap Maisie, “Jika Tili setuju mengirim penyihir perempuan, arahkan kapal layar ke posisi pantai dangkal ini, aku akan menyambut kalian di puncak gunung.”
“Mengirim penyihir?” Shandian penasaran, “Apa ada saudari perempuan baru yang akan datang ke Perbatasan Kota?”
“Belum tahu pasti,” Roland tersenyum tipis, “Ini tergantung jawaban Tili... Tapi aku yakin, dia akan setuju.”
