Gandum pertama yang ditanam di Perbatasan Kota akhirnya tiba di hari panen.
Para budak bertahan di bawah terik matahari membakar, menyabit batang gandum dengan sabit, mengikatnya dalam berkas-berkas lalu mengangkutnya ke tepi seberang sungai.
Roland tahu proses dari bulir gandum menjadi biji-bijian sangat rumit, sebelum alat-alat pertanian mekanis dan mesin panen kombinasi tersebar luas, biji gandum harus dipisahkan, dibersihkan, disaring, dan dijemur secara manual. Kini, ia menyaksikan lagi proses ini.
Setelah bulir gandum diangkut ke perkemahan, para budak membentangkannya di tanah untuk dijemur hingga kering. Kemudian menggunakan berbagai alat seadanya - benar-benar memanfaatkan apa saja yang tersedia: kayu, batu, garu semuanya digunakan. Mereka terus-menerus memukul bulir gandum dan tangkainya agar biji-bijian terlepas dari cangkangnya. Proses ini biasanya berlangsung 3-4 hari. Dalam ingatan Roland, di daerah pedesaan biasanya menggunakan sapi atau keledai untuk menarik batu giling di lapangan pengirikan, tidak hanya lebih efisien tetapi juga menghasilkan pemisahan cangkang yang lebih merata dibandingkan metode pukulan manual.
Harus diakui, tingkat pertanian di kota kecil ini sungguh sangat terbelakang.
Setelah proses pemukulan dilanjutkan dengan pembalikan tumpukan. Kembali menggunakan alat seadanya - tanpa garpu mereka menggunakan kayu sebagai pengganti, atau bahkan langsung menggunakan telapak tangan untuk melempar bulir gandum ke udara seperti membalik masakan tumis. Setelah pemukulan awal, sebagian besar cangkang biji-bijian sudah pecah. Proses ini bertujuan memisahkan biji utuh dari tangkainya.
Jerami yang sudah terpisah bijinya sebenarnya memiliki banyak kegunaan: jika dihancurkan bisa digunakan sebagai pupuk alami, alas kandang hewan, pakan ternak, bahkan bahan baku kertas. Namun Roland saat ini belum sempat mengembangkan industri hijau. Ia hanya bisa menyaksikan para budak menumpuk jerami itu di tepi sungai lalu membakarnya habis-habisan. Selama beberapa hari berikutnya, udara di atas kota kecil ini terus diselimuti asap kelabu pekat, setara dengan polusi semen yang terjadi sebelumnya.
Sementara itu, dua pulau berbentuk spindle di Jembatan Chishui juga telah selesai dibersihkan. Saat ini konstruksi tembok penahan air sedang berjalan sesuai rencana. Pondasi jembatan menggunakan metode prefabrikasi yang sama dengan jembatan utama - pertama-tama menuangkan kolom beton yang mengandung profil baja dan besi tulangan di tanah lapang kosong, lalu melakukan "pemasangan dengan pengurangan berat", dan akhirnya Lian bertanggung jawab menenggelamkannya ke dalam tanah, hanya menyisakan setengah bagian pelat baja yang menunggu untuk disambungkan dengan badan jembatan.
Oleh karena itu, selama seminggu ini Roland kebanyakan berkeliaran antara Jembatan Chishui dan lumbung, kulitnya menjadi lebih gelap akibat terik matahari.
Setelah jerami dibuang dengan garpu, yang tersisa di lumbung hanyalah satu lapis butir gandum dan sekam.
Para budak menyapunya menjadi tumpukan, membentuk gundukan-gundukan kecil, lalu berdiri di atasnya dan melempar campuran tersebut dengan sekop ke tanah lapang di depan. Karena sekam jauh lebih ringan daripada biji-bijian, hembusan angin membuatnya mendarat lebih jauh - di bawah kaki tersebar butir gandum sementara di kejauhan terdapat cangkang kosong dan remah-remah. Dengan metode inilah yang lain mengumpulkan bahan makanan langkah demi langkah.
Tentu saja mustahil membersihkan sekam sepenuhnya, dan proses ini juga akan mencampur biji gandum dengan lumpur dan kerikil. Oleh karena itu Roland bertekad: saat musim panen tahun depan, dia harus mempersiapkan alat-alat pertanian mekanis terlebih dahulu - mesin pemanen kombinasi mungkin sulit dibuat, tapi mesin pengupas cukup mudah diwujudkan dengan mengganti batu giling menjadi batu pengasah, menambahkan saringan di bawahnya, dan menggunakan blower untuk memisahkan sekam yang retak.
"Ketika butir-butir gandum gemuk dihamparkan merata di area penjemuran, seolah seluruh tepi utara Sungai Redwater diselimuti warna keemasan. Melihat buah-buah keemasan ini, Roland merasakan kepenuhan rasa pencapaian di hatinya. Entah hasil panen ini cukup atau tidak untuk mengisi perut 10.000 lebih orang, setidaknya bagi Perbatasan Kota, ini adalah hari yang layak dikenang."
Mulai hari ini, pasokan bahan makanan di wilayahnya akan berangsur beralih dari ketergantungan impor menuju swasembada.
Setelah dijemur tiga hari, gandum memasuki tahap penimbangan dan pengantongan.
"Yang Mulia, kali ini benar-benar panen raya!" Di sore itu, Barov bergegas masuk ke kantor dengan semangat, "Menurut statistik sementara Balai Kota, produksi per mu di lahan tanggung jawab minimal empat kali lipat dari biasanya, bahkan ada yang mencapai enam kali! Dengan perhitungan ini, hasil tahun ini cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat wilayah."
"Begitu ya," Roland tak bisa menahan senyum, "Sepertinya gudang baru di area kastil akhirnya tidak akan terus-menerus kosong."
"Paduka menyadari apa arti ini?" Ekspresi Manajer Balai Kota bahkan lebih bergairah darinya, "Kota kecil ini hanya perlu menambah 2000 petani lagi untuk memenuhi konsumsi makanan 50-60 ribu orang! Ini sungguh tak terbayangkan, kota ini bisa berkembang menjadi kota terbesar di Greycastle, tidak..." Ia berhenti sejenak, "Kota termegah di seluruh benua!"
Di era ini, populasi kota tidak bisa ditingkatkan, penyebab utamanya adalah rendahnya produktivitas bahan makanan. Kota besar seperti ibu kota kerajaan dengan lebih dari dua puluh ribu penduduk saja sudah memerlukan pasokan makanan dari puluhan desa di sekitarnya. Setiap desa berpenduduk sekitar seribu hingga dua ribu jiwa. Jika separuhnya bekerja di bidang pertanian, secara keseluruhan hampir dua puluh ribu orang memberi makan dua puluh ribu orang lainnya. Artinya, hasil panen seorang petani selain untuk menghidupi diri dan keluarganya, paling banyak hanya cukup untuk satu warga kota.
Kendala tak kasat mata dari produktivitas terletak di sini. Barov mungkin sulit membayangkan bahwa ketika penanaman mekanis menjadi umum, produksi satu orang saja sudah cukup untuk menghidupi puluhan ribu orang. Prestasi Perbatasan Kota dalam meraih panen berlimpah tanpa perluasan teknologi pertanian terutama terletak pada "Golden One" hasil transformasi Yezi.
Menghidupi lebih banyak orang dengan petani sesedikit mungkin, melepaskan sumber daya manusia dari sawah untuk dialihkan ke produksi industri - inilah strategi yang ditetapkan Roland sejak awal. Kini Departemen Pertanian telah memperoleh prosedur penanaman optimal. Ditambah dengan alat-alat pertanian besi dan mesin yang akan digunakan tahun depan, produksi per kapita pasti akan semakin meningkat.
……
Di kala senja, Roland mengadakan pidato api unggun di tepi Sungai Redwater—waktu seolah kembali ke senja empat bulan lalu, dengan kobaran api unggun yang sama, kerumunan hitam legam, dan semburat cahaya terakhir yang memantul di wajah yang lain. Satu-satunya perbedaan adalah ekspresi wajah setiap orang, dibandingkan dengan kecemasan dan kegelisahan saat pertama tiba, kini wajah mereka dipenuhi kegembiraan panen dan harapan yang tak terbendung.
Roland mengayunkan tangannya ke bawah, suasana langsung hening. Semua orang menahan napas, menunggu Pangeran mewujudkan janjinya.
"Aku tahu apa yang ingin kalian dengar," ujarnya tanpa mengikuti kebiasaan menyebutkan gelar dan nama terlebih dahulu, melainkan langsung mengatakan, "--Dan aku bisa memastikan bahwa aturan kenaikan status yang diumumkan sebelumnya masih berlaku, dan akan terus berlangsung!"
Hanya dengan kalimat itu saja suasana langsung meledak, yang lain tak bisa menahan teriakan mereka. Banyak yang berlutut, memuji sikap baik Sang Pangeran. "Hidup Yang Mulia sang pangeran!" "Hidup Yang Mulia Pangeran!"
"Setelah penimbangan bahan makanan selesai, daftar kenaikan status juga akan diumumkan," lanjut Roland saat sorakan mulai mereda, "Pengaturan setelah menjadi rakyat merdeka akan menjadi tanggung jawab Balai Kota. Kalian bisa memilih terus bertani, atau mencari pekerjaan lain di kota."
“Mulai tahun depan, asalkan hasil panen mencapai standar promosi kali ini, meskipun produksi tidak masuk peringkat teratas, kalian bisa menjadi rakyat merdeka. Dengan kata lain, selama rajin bekerja, kalian pasti bisa melepaskan diri dari status budak - seperti yang kukatakan, kerja menciptakan kekayaan, kerja mengubah takdir.” Dia berhenti sejenak, memandang sekeliling, “Aku berharap suatu hari nanti, di Perbatasan Kota tidak akan ada lagi seorang budak pun. Semua orang bisa menjadi rakyat wilayahku yang sejati.”
Begitu kata Roland berakhir, sorak-sorai rakyat seketika menggema di udara Sungai Redwater, tak kunjung mereda.
